Home / CEO / Terpaksa Menikahi CEO / S3 : 1. Menguji Perasaan

Share

S3 : 1. Menguji Perasaan

Author: Hanazawa Easzy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Monika dan Rio terdiam sambil menundukkan kepala. Keduanya hampir lupa diri jika saja Eva tidak menghentikan kegiatan panas yang terjadi.

"Bukankah ibu sudah mengingatkan kalian? Untuk sementara jangan berhubungan lebih dulu!" ketus Eva sambil menatap putra semata wayangnya. "Tunggu sampai istrimu benar-benar pulih kesehatannya."

Rio menelan saliva. Dia juga tidak menyadari apa yang terjadi. Semua diluar kendali. Hasratnya sebagai laki-laki kembali datang setelah sebulan terakhir tidak mendapat haknya.

"Rio, angkat wajahmu!" tegas Eva, memaku pandang pada putranya. "Kamu ingat janji kamu?"

Pria dengan lesung pipi di kedua sisi wajahnya itu mengangguk perlahan, menyadari kekhilafannya sesaat lalu.

Eva mengembuskan napas berat dari mulutnya. Dia paham seberapa liar seorang Rio Dirgantara. Sifat itu diturunkan oleh Hans yang selalu meminta haknya setiap malam saat masih bersamanya dulu. Makanya dia memutuskan untuk pergi daripada selalu menanggung der

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 2. Rencana Tersembunyi

    Sudah satu jam berlalu sejak Rio masuk ke dalam kamar mandi. Dan sampai sekarang, suara gemericik air masih tetap terdengar. Hal itu tentu saja membuat Monika khawatir. Suaminya bisa sakit jika terus ada di dalam sana.Tok tok tok"Hubby," panggil Monika sambil mengetuk pintu warna putih yang menjadi penghalang antara dirinya dan Rio. Tapi, tak ada sahutan sama sekali. Rio mungkin tidak mendengarnya. Atau dia memang sengaja menulikan diri. Entahlah."Hubby, apa kamu belum selesai?" Sama seperti sebelumnya, tetap gemericik air yang menjadi jawabannya.Karena tak kunjung mendapat kepastian, Monika melangkah tergesa keluar kamar untuk menemui ibunya. Dia akan meminta pendapat pada wanita itu. Apa yang sebaiknya dia lakukan."Sayang, ada apa?" sergap Eva, menghentikan langkah kaki Monika di depan anak tangga pendek yang menghubungkan ruang tengah dan dapur tempat ibunya berada.Tanpa membuang waktu, Monika mengatakan apa yang terjadi. Termasuk k

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 3. Merindukan Sentuhanmu

    Rio sedang berkutat dengan laptop di atas meja. Matanya yang tajam terus menelisik jauh ke dalam rencana bisnis yang tengah disiapkannya. Kesepuluh jemarinya terus menari di atas keyboard, mencetak satu per satu huruf ke dalam monitor.Punggung tangannya sedikit biru, bekas memukul tembok di kamar mandi kemarin. Rasa nyeri dan berat tak bisa ia tepiskan saat mengetuk mouse di sisi kanan laptop. Tapi, dia mengabaikan hal itu dan menganggapnya baik-baik saja. Untuk menetralisir rasa yang ada, Rio mengibaskan tangannya."Hubby," panggil Monika, membuat Rio terperanjat dan segera menyembunyikan tangan kanannya di balik meja. Dia tidak ingin istrinya tahu dia terluka. Memalukan.Rio bungkam, jantungnya berdetak dua kali lebih kencang dibandingkan biasanya. Dia tidak tahu kapan Monika datang kemari karena terlalu fokus melihat layar dan tidak awas pada keadaan sekitar."Waktu makan siang sudah lewat. Apa pekerjaanmu masih banyak?" Monika mencoba mengak

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 4. Dendam Masa Lalu

    "APA KAMU GILA?" bentak Hans pada Rio yang kini duduk di hadapannya. Sebuah map tergeletak di meja, dilempar olehnya sesaat lalu. Dia marah besar mengetahui laporan keuangan yang selama ini dilihatnya hanya fiktif belaka. Nyatanya, Rio dan asistennya sudah memanipulasinya sedemikian rupa. "Bagaimana kalau para investor tahu rencana busukmu?" Nada bicara Hans sedikit turun, tapi tetap terasa kemarahannya. "Akuisisi perusahaan lain tanpa meminta pendapat mereka. Itu gila!" Rio masih tetap bungkam. Dia mengangkat dagunya dengan jemawa. Sikap angkuh dan congkaknya tidak berubah, selalu menjadi andalan di depan Hans Dirgantara. Sama seperti lima tahun yang lalu sejak menghandle perusahaan ini pertama kali. "Tidak bisakah kamu berpikir rasional? Jangan campuri urusan orang lain! Bisnis Mahendra bukan ranah kita. Tidak ada untungnya menghancurkan mereka." Rio mengangkat satu sudut bibirnya, menatap Hans dengan pandangan meremehkan. "Maksud ayah aku harus ber

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 5. Budak Cinta Seorang Wanita

    "Apa aku bisa bertemu istrimu?" tanya Hans penuh harap "Untuk apa? Kenapa tiba-tiba?" Hans mengangkat bahunya. "Entahlah. Minta maaf, mungkin." Dengan kening yang berkerut, Rio berdiri, menjauh dari ayahnya beberapa langkah. "Apa yang ayah lakukan sampai ingin minta maaf pada istriku?" selidik pria yang kini melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah masuk jam pulang kantor. Dia bisa terkena macet jika tidak segera meninggalkan tempat ini. Sebenarnya dia sudah mendapat laporan dari Leo hari itu, tapi Rio ingin mendengar fakta memalukan itu dari mulut ayahnya. "Itu..." Hans tergagap. Dia tidak bisa mengakui kesalahannya yang pernah berpikir mesum pada menantunya sendiri. "Kalau begitu lupakan saja. Aku hanya ingin menyapanya." "Tidak perlu." Rio semakin menjauh, kini duduk di ujung meja kerja sambil membuat jalinan tangan di depan perut. "Ayah hanya akan memperkeruh hubunganku dengan Monika. Dia semakin mantap bercerai setelah bertemu

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 6. Setiap Hela Napasku Adalah Milikmu

    Audi R8 warna hitam membelah jalanan ibukota yang cukup sepi, tak seperti biasanya yang penuh sesak oleh kendaraan. Langit sore terlihat cerah dan hangat, sama seperti perasaan seorang pria yang kini duduk di balik kemudi. Ingatannya kembali pada petuah Sang Ayah beberapa saat lalu, saat keduanya berbicara empat mata. "Perlakukan istrimu dengan baik. Jangan membuatnya menangis," tukas Hans, menepuk pundak Rio sambil memaku pandang tepat ke arah manik mata hitam gelapnya. "Ayah pernah salah memperlakukan ibumu, semoga kamu tidak mengulangi kesalahan itu. Berlaku lembutlah padanya." "Tapi, Yah, aku takut tidak bisa mengendalikan diri jika terus berdekatan dengannya. Ayah tahu seperti apa bahayanya. Seperti menara listrik tegangan tinggi." Rio menggambarkan dirinya yang begitu berhasrat ingin menyentuh Monika. Hans terkekeh mendengarnya. "Ayah tahu. Karena ayah juga pernah mengalaminya. Tapi, kendalikan dirimu sebaik mungkin. Buatlah istrimu nyam

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 7. Bidadari Tak Bersayap

    WARNING! 21+ BUKAN UNTUK DITIRU! Rio masih mendekap tubuh ramping istrinya dari belakang. Dia menempelkan hidungnya di ceruk leher Monika yang terbilang mulus. "Hubby," lirih Monika, meredam geleyar aneh yang mulai membuat tubuhnya menegang seketika. Akhir-akhir ini dia tidak pernah sedekat ini dengan Rio. Pria itu sengaja menjauhkan diri, tak melakukan skinship apapun dengannya. Tapi hari ini? Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi lembut dan penuh cinta. "Biarkan seperti ini sebentar saja, Sweety." Rio semakin mempererat pelukannya, membuat dada bidangnya menempel dengan punggung Monika. Perlahan namun pasti, Monika mulai merasa nyaman dengan dekapan Rio di tubuhnya. Ketegangan yang sempat melanda, kini terkikis dengan sendirinya. Dia ikut memejamkan mata, seperti yang Rio lakukan sejak beberapa detik yang lalu. Dua insan berbeda usia itu menyelami pikiran masing-masing, bagaimana keberadaan mereka salin

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 8. Rencana Makan Malam Bersama

    "Sweety, maaf," ucap Rio, membenahi helai rambut istrinya yang tergerai di belakang telinga. Selimut hitam menyelimuti keduanya, menjadi saksi penyatuan mereka beberapa saat yang lalu. Rencana hanya berendam berdua di bath tube hanya wacana, karena pada akhirnya Monika yang meminta Rio untuk menyentuhnya. "Maaf, aku tidak bisa menjaga komitmenku sendiri." Rio merasa bersalah karena dia lagi-lagi mengambil haknya sebagai seorang suami. Padahal, awalnya dia bertekad akan menunggu hingga satu bulan kedepan. "Umm. Kamu tidak perlu minta maaf. Memang aku yang memintanya." Monika meraih tangan Rio dan mendekapnya di depan dada. "Aku juga tidak bisa mengendalikan diri. Aku merindukanmu," lirihnya namun masih bisa tertangkap oleh indera pendengaran Sang Suami. Mendengar pernyataan Monika, membuat Rio mengulas senyum hangat di wajahnya. Dia bahagia karena Monika mulai terbuka padanya. Dia tidak tahu kalau akan sebahagia ini mendapat kembali kepuasannya setelah berpuas

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 9. Semua Ketakutan Sirna

    "Menjelaskan apa?" geram Monika, mencengkeram lengan Rio erat-erat. "Awas saja kalau penjelasanmu tidak masuk akal!" ancamnya. Wanita berbadan dua itu mengerucutkan bibirnya, merasa tidak suka.Keringat dingin segera menyapa pelipis pria dengan kemeja warna merah marun, senada dengan gaun yang dipakai Monika. Dia harus mempertanggungjawabkan rencana yang ia anggap brilian. Jika tidak, bisa saja ibu dan istrinya pergi begitu saja. Maka makan malam ayah dan ibunya akan batal."Ayah," panggil Rio ragu-ragu."Hmm?""Apa ayah bisa masuk lebih dulu ke dalam? Kami akan segera menyusul." Rio memberikan isyarat agar Hans pergi dari mereka. Ia akan mengondisikan istri dan ibunya.Hans mengangguk dua kali, "Tentu saja."Dengan langkah tegap dan penuh kharisma, Hans melenggang masuk ke dalam restoran dengan konsep klasik itu. Lampu berhias anyaman bambu menjadi penerangan di beranda depan. Hampir seluruh tempat ini terbuat dari kayu, dengan dekorasi uni

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi CEO   Perfect Happiness

    Tiga tahun kemudian ...."Daddy," panggil gadis dua setengah tahun yang kini memanjat dada bidang ayahnya."Hmm. Alea?" Rio mengerjapkan mata, namun belum membukanya. Dia masih dikuasai kantuk dan ingin terpejam sebentar lagi.Mentari bersinar hangat di musim semi, bersamaan dengan aroma bunga sakura yang diam-diam menelisik hidung. Di sebuah hunian mewah dengan dekorasi minimalis, seorang pria tidur terlentang di atas sofa bed bersama putrinya."Dad ...." Jemari mungil Alea meraba dada bidang Rio yang tertutup kaus putih. Aroma bayi yang menyegarkan menguar, menyapa indera penciuman sang ayah.Tiruan Monika itu mengulurkan tangannya, mengelus pelipis pria yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Sama seperti sang ibu yang suka mencium pipi Rio diam-diam saat tidur, Alea juga melakukan hal yang sama. Dia mendaratkan kecupan sayangnya sekedip mata di rahang kokoh ayahnya yang ditumbuhi cambang tipis.Rio mengangkat kedua alis sebelum balas

  • Terpaksa Menikahi CEO   Happily Ever After

    "Sweety, ada dua bayi di dalam perutmu?" tanya Rio tidak percaya, menatap Monika dengan pandangan yang penuh binar bahagia. "Kita akan punya twins baby?"Anggukan kepala terlihat, membuat kebahagiaan yang Rio rasakan semakin berlipat-lipat. Dia tidak pernah menyangka kalau dalam satu waktu akan ada dua buah cinta yang melengkapi kebahagiaannya dengan Monika. Seolah semua hanya mimpi, tidak pernah terjadi."Aku juga baru tahu."Rio memeluk istrinya, menyalurkan rasa cinta yang begitu luar biasa. Mereka baru sempat melakukan pemeriksaan kandungan setelah kondisi Rio benar-benar membaik. Observasi lanjutan pasca siuman harus dijalaninya selama dua minggu."Kondisi istri Anda baik, kedua janin di dalam perutnya juga sangat baik. Namun, alangkah baiknya jika porsi makannya ditambah lagi. Kebutuhan gizi dua anak tentu berbeda dengan kehamilan tunggal.""Saya akan memperhatikannya, Dok." Rio menjawab penuturan dokter kandungan di hadapannya dengan bahasa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 34. Akhir Kisah Indah (Ending Season 3)

    "Sweety, aku merindukanmu."Suara Rio yang lirih dan dalam berhasil membuat bulu roma Monika meremang seketika. Dia tidak tahu bagaimana bisikan itu bisa membuatnya jadi seperti sekarang ini, hang, blank, tidak bisa berpikir sama sekali."Apa kamu tidak merindukanku?"Melihat Monika tak merespon, Rio sengaja menggelitik perut istrinya, membuat bola mata sipitnya membulat seketika. Dua tangannya langsung menahan tangan Rio yang masih ada di dalam blouse putih yang dipakainya."Hubby?!" Kali ini tatapan tajam yang ia hadiahkan pada suaminya. Tak cukup sampai di sana, Monika juga segera berdiri, menjauh dari jangkauan tangan suaminya yang nakal.Gelak tawa Rio terdengar menggema, merasa bahagia melihat istrinya kembali sadar. Entah pergi ke mana akal sehatnya beberapa saat lalu, terlihat dari wajah cantik yang tampak bodoh."Berhenti bermain-main. Kamu koma satu minggu dan hampir meregang nyawa. Semua orang panik saat detak jantungmu berhenti k

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 33. Kerinduan yang Tak Tertahan

    "Rio," panggil Eva, memeriksa Respon putranya yang tampak mengerjapkan mata namun tak membukanya. Jemari tangan Rio bergerak perlahan, menunjukkan kalau kesadarannya sudah mulai kembali. Dia mendengar panggilan ibunya, tapi masih berat untuk melihat dunia di hadapannya. "Rio, kamu dengar ibu?" ulang Eva, menyentuh pipi putra semata wayangnya yang dilaporkan mengalami tanda-tanda akan bangun dari koma. Tak sia-sia dia dibawa ke Jepang dan mendapat perawatan intensif selama satu pekan. Wajah cantik Evalia menjadi pemandangan pertama yang Rio lihat begitu ia membuka mata. Namun, terlihat buram bersamaan rasa nyeri yang terasa di pangkal hidungnya seperti orang bangun tidur. "Dok, kondisi pasien sudah stabil," lapor perawat yang bertugas melakukan observasi lanjutan pada Rio. Eva mengangguk, sekilas melihat angka yang terpampang di monitor. Pandangan selanjutnya tertuju pada tabung ventilator yang tampak berembun semakin banyak, menunjukkan

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 32. Kesalahpahaman Jun

    "Dear," panggil Eva, memeluk bahu menantunya dari samping. Dia menemui Monika di ruangan khusus yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien. Kondisi Rio yang semakin menurun memaksa Eva harus menyetujui saran suaminya, membawa anak mereka ke negeri sakura untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Tidak ada jalan lain. Dia harus mengupayakan penyelamatan yang terbaik untuk putranya."Ayo temui Rio," ajaknya, "kondisinya sudah semakin baik. Kemungkinan hari ini dia akan siuman."Namun, hanya gelengan kepala yang terlihat dari wajah cantik Monika. Pipinya tampak semakin tirus. Dia tidak makan, juga tidak istirahat dengan baik seminggu ke belakang. Pemikirannya tertuju pada Rio. Rasa bersalah masih terus membayang, membuatnya bungkam seribu bahasa."Sayang, sudahi kesedihanmu. Jika kamu terus seperti ini, tidak baik untuk buah hatimu. Dia ikut tertekan dan tidak bahagia di dalam sana."Lagi-lagi gelengan kepala yang tampak di wajah Monika, bersa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 31. Hukuman yang Setimpal

    "Mommy," panggil Clara, menggoyangkan lengan Liliana dengan gerakan yang cepat dan tidak sabar. Netranya menatap sekeliling, menyadari kalau mereka berada di tempat antah berantah yang sepi dan lengang. Rumput ilalang yang tinggi mengepung mereka yang masih ada di dalam mobil."Ada apa?" Liliana mengerjap matanya dua kali, merasa enggan meladeni panggilan tadi. Tubuhnya terlalu lelah, ingin istirahat sedikit lebih lama lagi. Mereka berkejaran dengan sesuatu yang entah apa, seperti kriminal yang lari dari kejaran polisi. Meski kenyataannya, justru Hans dan orang-orangnya lebih mengerikan dari para petugas berseragam coklat muda itu."Kita ada di mana?""Hmm? Di mana?" Liliana mengambil alih kesadarannya, menatap Clara dengan pandangan heran. Isi kepalanya berputar, mencoba mengingat apa yang terngah terjadi pada mereka. Bukankah Clara yang memesan taksi online ini? Kenapa dia terlihat panik?Dengan enggan Liliana menatap arloji di tangannya, mendapati jaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 30. Pukulan Terbesar

    "Mom, ayo cepat!" Clara menyeret koper di tangannya dengan tergesa. Dua langkah di belakangnya, tampak Liliana melakukan hal yang sama. Namun, wanita yang tak lagi muda itu tampak kerepotan. Beberapa kali kakinya hampir tersandung kakinya sendiri. "Mommy!" teriak Clara, segera berpindah ke taksi yang lainnya. Dia tidak ingin membuang waktu dan membuat orang-orang suruhan Hans mengejarnya. "Tunggu!" Liliana harus melepas sepatu hak tinggi yang dipakainya dan berjalan tanpa alas kaki untuk menyusul calon menantu kesayangannya. Keduanya kini duduk di kursi belakang taksi yang mereka pesan online sesaat lalu. "Sayang, sebenarnya apa yang kamu dengar? Apa sesuatu yang buruk terjadi? Kenapa kita harus lari?" Liliana yang semakin heran dengan perilaku Clara, tak ayal mengeluarkan pertanyaannya juga. "Kamu gagal menyingkirkan Monika?" Clara langsung membekap mulut Liliana dengan tangannya, takut supir taksi yang ada di balik kemudi mendengarkan percak

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 29. Dia Koma?

    "Silakan, Nyona." Perawat yang pergi bersama Monika mempersilakan wanita blasteran yang Eva percayakan padanya untuk masuk ke dalam ruangan ICU. Baju hijau menempel di tubuhnya yang tetap terlihat kurus meski berbadan dua. "Aku boleh masuk?" Monika masih setengah tak percaya bisa menemui suaminya. "Sebenarnya, belum diizinkan jika kondisi pasien belum lepas dari kondisi kritis. Tapi, karena ini permintaan dokter Eva, kami tidak bisa menyangkalnya. Beliau pasti lebih tahu. Mungkin Anda bisa membuat suami Anda bangun dari komanya." "Dia koma?! Tapi ibu tidak ... " Bulir hangat luruh di wajah Monika, bersamaan dengan tangan yang menutup rapat mulutnya. Dia tidak bisa berkomentar lebih banyak. Eva tidak mengatakan hal itu, bahkan terlihat tenang dan tidak menitikkan air mata sama sekali. Perawat dengan pakaian hijau itu tampak terhenyak di posisinya. Dia tidak tahu jika pernyataan yang terlontar dari mulutnya akan melukai Monika. "Maaf, Ny

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 28. Memanjatkan Doa yang Sama

    "Kamu siap mendengar penjelasanku, Sayang?" Eva menatap Monika, berharap menantunya cukup tegar dan tidak tumbang. Ada hal yang harus ia sampaikan sebagai seorang dokter kepada keluarga pasien."Katakan saja! Jangan membuatku penasaran!" Bukannya Monika yang menjawab, tapi suara Hans-lah yang terdengar menggema di ruang konsultasi.Eva mengembuskan napas berat. Dia tahu tabiat dan temperamen suaminya, to the point dan tidak suka berbelit-belit. Berbeda dengan pembawaan Monika yang cenderung lemah dan mulai terlihat pucat wajahnya."Sayang?" Eva masih bersikeras, memastikan kesiapan hati dan indera pendengaran wanita cantik yang lagi-lagi meneteskan air mata tanpa suara."Aku baik-baik saja, Bu." Suara bergetar dari mulut Monika berhasil membuat Hans menoleh. Lagi-lagi dia melihat sisi lemah wanita, membuatnya membuang muka karena tidak nyaman. Hatinya terasa sakit, merasa tidak bisa menjaga mereka dengan baik. Seolah-olah tangisan Monika ini disebabkan ol

DMCA.com Protection Status