Hans masih lekat memandangi wanita di hadapannya. Mereka duduk berhadapan, terhalang meja bundar di private romm restoran. Keduanya tak berbincang satu jam kebelakang, hanya saling tatap dalam diam. "Ini seperti mimpi. Akhirnya kamu kembali, Sayang," komentar Hans membuka percakapan. Dia menatap Eva sambil mengulas senyum tipis di wajah. Samar-samar lesung pipi di kedua sisi wajahnya terlihat, satu ketidaksempurnaan yang ia turunkan pada putranya, Rio Dirgantara. "Sayangnya ini kenyataan. Dan aku kembali untuk putraku, bukan untuk menemuimu," ketus wanita yang kembali menerima cangkir kopi pesanannya. Dua cangkir lain telah kosong, menyisakan satu dua tetes di dasar gelas. "Tapi, tetap saja akhirnya kita bisa bertemu. Aku masih tidak menyangka hal ini. Bahkan dalam mimpi pun kamu tidak pernah muncul. Dan sekarang wujud aslimu ada di hadapanku." Eva membuang pandangannya ke samping, enggan mendengar berbagai ucapan suaminya. "Sayang, ada yang i
Read more