Sial! Dewa? De-wa? Siapa dia? Ah, masa bodoh dengan laki-laki itu, aku sudah membayangkan penampilannya tak jauh dari Ayah, seragam formal khas laki-laki kantoran. Pikirannya hanya ada berkas dan dokumen, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan bisnis, itu semua membuat kepalaku pening. Aku berjalan lemas kembali mendekati Hyun Joon. Kekasihku itu menatap penasaran. "Ada apa?" "Aku disuruh pulang. Ada sesuatu yang perlu dibahas. Aku pulang dulu, ya," jawab serta pamitku membuat dahinya mengerut. Hyun Joon segera berdiri dan menggenggam tanganku erat, kami berjalan keluar dari tempat itu menuju lokasi parkir setelah pamit pada Om Johan dan teman-temannya. "Apapun yang terjadi, kabari aku, ya," pesan Hyun Joon, kedua tangannya menyusup di antara pipi dan leherku. Matanya terpejam, perlahan bibir tipisnya mengecup keningku lembut. Oh, Tuhan. Aku mencintai laki-laki ini. Sungguh! Hyun Joon membuka mata lalu menyunggingkan senyumnya, senyum yang nyaris membuatk
Read more