'Ri, maaf aku tidak bisa pamit secara langsung, tapi aku sudah dikejar waktu. Aku kuliah dulu ya, nanti malam kita bertemu.' Begitulah pesan dari Regina yang dibaca oleh Maria. "Ck," berdecak, Maria menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan kesal. "Menyebalkan sekali," gerutu Maria mengusap wajah suntuknya. Maria itu hanya ingin satu hal, bisa berduaan dengan Regina, itu saja. Sangat simple bukan? Namun, sangat sulit ia dapatkan, sialan. Kembali membawa tubuh duduk, Maria menuruni ranjang. "Mau ke mana?" Namun, ingat ada Mario di sini, pria itu yang sedari tadi diam mengupas buah apel langsung saja bersuara saat melihat gerakan Maria. "Bukan urusanmu," menjawab ketus. "Itu urusanku, kau dititipkan denganku." Datar nan santai, Mario meletakan buah dan pisau yang ada di tangan ke meja depan sofa. "Aku bukan barang dan diam saja sebagai penonton." Maria sudah menarik pakaiannya yang terlipat rapih di atas nakas sisi ranjang. "Sorry, Maria, di sini aku bukan penonton." Terkeju
Read more