All Chapters of SWEETHEART MAFIA: Chapter 41 - Chapter 50

73 Chapters

KEBENARAN AKAN TERUNGKAP

Usai mendengar penjelasan dari Dokter, malah Rehan yang langsung terbelalak sebab dia sudah mengetahui apa yang terjadi kepada Aiza. Meski Aiza mengaku tak bisa mengingat kejadian yang sebenarnya, tapi kemungkinan besar, memang dia sudah diperkosa oleh Levi.Apabila memang itu yang terjadi, maka bisa jadi ..."Saya mau ketemu sama istri saya boleh, Dok?" tanya Ramon dengan muka semringah.Dokter mempersilakan Ramon untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Di dalam ruang pemeriksaan, Aiza sedang terbaring di atas ranjang pasien dengan muka pucat. Tak ada kegembiraan sama sekali di wajah cantiknya."Za, gimana kondisi kamu? Kamu udah dengar apa kata Dokter, kan?" Ramon duduk di sisi tempat tidur.Lamunan Aiza buyar seketika. Dia mengangguk pelan."Kamu hamil, Za. Kita akan punya anak." Ramon memegang tangan Aiza.Aiza tak bisa lekas menyambut kabar ini dengan gembira. Dia bingung. Kapan terakhir kali dia berhubungan dengan Ramon? Entah,
Read more

DI MANA LEVI?!

Aiza langsung memeluk Bu Raras begitu dia turun dari taksi yang dia tumpangi. Bu Raras menyambut kepulangan puteri tunggalnya dengan hati yang hangat dan bahagia, tapi Aiza justru sebaliknya.Kesedihan yang masih memenuhi kepala membuat Aiza hanya bisa menangis sambil memeluk erat tubuh ibunya. Seandainya dia bisa cerita mimpi buruk yang dia alami. Dia ingin sekali bersandar dan ditenangkan, tapi dia tak akan pernah sanggup untuk cerita soal itu."Kamu kenapa sedih banget, Za? Ada apa?" tanya Bu Marni yang juga ikut datang menyambut Aiza."Nggak ada kok, Bu. Aiza baik-baik aja. Cuma senang aja bisa balik lagi." Aiza menutupi."Jangan bohong, muka kamu keliatan pucat loh, Za. Nggak kayak Aiza yang aku kenal." Delima yang juga sudah lebih dulu sampai di rumahnya ikut menimpali.Bu Raras tak mau berkomentar, takut menyakiti perasaan Aiza walau dia pun bisa menyadari bahwa wajah dan gestur Aiza sedikit berbeda."Kita masuk dulu, yuk. Kamu kan ud
Read more

PERBUATAN CEROBOH

"Tolong mulai cari dia, Yo. Sekarang aku harus susul Aiza dulu buat meluruskan kesalah-pahaman ini." Ramon memberi keputusan.Leo mengangguk sepakat. Sekilas dia lirik Asti, "Terus dia gimana?""Kita nggak punya urusan sama dia lagi. Lepaskan aja."Ramon melengos begitu saja setelah dia memutuskan rencana selanjutnya. Usai ikatan di tangan dan kaki Asti dilepas oleh Leo, tiba-tiba saja Asti berdiri dan memanggil Ramon kembali."Jadi kamu yakin, Mon? Ini akhir semuanya? Ini betul-betul akhir dari semuanya?!" seru Asti."Jangan bikin masalah lagi, kamu beruntung Ramon ngelepasin kamu!" bentak Leo geram.Ramon berbalik badan, menatap Asti yang berdiri jauh darinya. "Ya. Ini udah akhirnya. Setelah hari ini, kita nggak akan pernah ketemu lagi. Kalau kamu masih cari masalah juga, maaf kalau aku terpaksa berbuat tegas nanti. Jangan berani kamu sentuh Aiza lagi."Ancaman serius itu menghancurkan hati Asti sampai pecah berkeping-keping. "Aku k
Read more

CURIGA

"Mas Ramon ...! Maafin Aiza, Mas ... Maaf ..." Aiza menangis tersedu-sedu.Kepalanya baru saja seolah dihantam palu godam mengetahui fakta bahwa bayi yang dia kandung adalah anaknya dengan Ramon. "Nyaris aja aku membunuh anak kita, Mas ..." tangis Aiza. Panik. "Aku betul-betul bego! Aku betul-betul ceroboh! Harusnya aku cari tau dulu kebenarannya ...!" Aiza tak henti-henti menangis.Tangan Ramon membelai rambut lembut Aiza penuh perasaaan. "Jangan terus-terusan salahin diri kamu sendiri, Za. Mas ngerti banget. Jiwa kamu juga pasti terguncang. Justru ini salah Mas karena udah lalai. Mas nggak berhasil menjaga kamu. Mulai sekarang, Mas janji nggak akan pernah ninggalin kamu lagi, Za." Ramon menarik Aiza lebih erat dalam dekapannya."Sekarang, udah jelas kan? Kita akan segera punya anak. Bulan akan cepat berlalu sampai bayi ini lahir. Itu artinya ...""Jangan diungkit lagi, Za.""Mau sampe kapan Mas Ramon lari? Jangan bikin aku stres, Mas. Aku bisa te
Read more

YAKUZA

"Za, Mas pergi sebentar, ya."Sedetik mendengar Ramon pamit, mata Aiza yang nyaris terpejam langsung terbuka kembali. Dilihatnya Ramon mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu kamar, bersiap untuk pergi secara mendadak."Mau ke mana?" tanya Aiza. Dia sudah mendengar percakapan Ramon lewat telepon tadi siang, tapi entah dia akan jujur atau tidak."Ada kerjaan yang harus Mas kerjain, shift malam. Kamu jangan nungguin Mas, ya. Tidur aja duluan.""Shift malam? Emangnya Mas dapat kerja di mana?" selidik Aiza."Ada pergudangan gitu. Kamu tidur aja, Za." Ramon tak menjelaskan lebih jauh.Diam-diam, setelah Ramon mengemudikan mobilnya, Aiza menghampiri sebuah taksi. Namun, kendala bahasa menghentikan geraknya. Dia tak akan berhasil apabila bahasa jepangnya saja jauh dari kata bagus, bahkan payah.Aiza tak mungkin mengambil risiko mengikuti Ramon sekarang. Setidaknya dia harus bisa menguasai bahasa jep
Read more

MUNDUR ATAU KALAH

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, Ramon pergi malam itu. Diam-diam, secara nekad Aiza mengikuti dengan menumpang taksi. Dengan modal bahasa jepang dasar yang sudah dirasa cukup, dia mengikuti ke mana Ramon pergi.Mata Aiza langsung membulat lebar begitu Ramon sampai di sebuah kawasan yang tepat seperti dikatakan oleh Satria. Di sisi kanan dan kiri, terdapat banyak toko maupun penyedia jasa dilengkapi lampu-lampu neon yang menyilaukan mata.Tubuh Aiza bergetar dari atas sampai ke bawah. Dia sejenak tak percaya. Tempat macam apa ini? Ini bahkan terlihat lebih asing ketimbang klub malam yang pernah dia masuki di Jakarta.Sama seperti di Jakarta, Ramon menghilang masuk ke dalam sebuah klub malam pula. Aiza langsung bergegas, hendak menangkap basah Ramon saat itu juga. Akan tetapi, langkahnya dihadang oleh dua orang sekuriti.Dua pria bertubuh besar dan berwajah sangar itu bicara terlalu cepat sampai tak satu pun dipahami oleh Aiza. Terpaksa dia mundur. Ketika
Read more

MODUS NGIDAM

Ramon baru selesai memakai sepatu saat Aiza menghampirinya, "Mas Ramon mau ke mana lagi? Belakangan ini pergi-pergi mulu! Katanya kerja shift malam, tapi sekarang pagi siang sore pergi juga!" gerutunya manja. Dia masih mencoba tetap bersikap pura-pura tak tahu apa yang dikerjakan oleh Ramon, menunggu waktu yang tepat sampai suaminya mau jujur. Lagipula, dokter menyarankan agar dia tak terlalu stres, demi janin di kandungannya. Untuk sementara saja, sampai dia memiliki bukti, dia akan menahan diri."Emangnya kenapa? Kamu nggak senang Mas kamu ini banyak kerjaan? Banyak kerjaan artinya banyak uang, kan?" Ramon membalas dengan manis, suasana hatinya sedang baik sepertinya."Iya tapi kan hidup bukan cuma tentang uang, Mas. Ada banyak sumber kebahagiaan yang juga harus kita kejar.""Apa ada sesuatu yang lagi pingin kamu minta? Tumben kamu ngomongnya bijak begitu." Ramon langsung cepat membaca situasi.Aiza nyengir malu sambil duduk di sampin
Read more

SERANGAN PERTAMA

Malam ini sedikit berbeda dari malam yang lain. Tidak biasanya Ramon diminta untuk menemani salah satu rekannya untuk menemui seseorang. Biasanya hanya anak-anak buah yang mengerjakan tugas rendah seperti itu. Meski mendapat tugas yang tak biasa, Ramon tetap ikut tanpa punya pikiran curiga sedikitpun.Sebenarnya tugas seperti ini paling dibenci oleh Ramon, sebab mau tak mau dia harus berhadapan dengan darah apabila orang yang mereka konfrontasi tak melakukan apa yang diminta, terlebih apabila itu menyangkut soal uang.Dan betul saja, malam itu pun dengan berat hati dia harus menyaksikan langsung seseorang dihajar sampai hampir mati di depan matanya. Namun Ramon memilih untuk tak ikut campur, tugasnya hanya memastikan semua berjalan lancar, dan dia harus ikut membantu jika terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan.Pikirannya sedikit berubah saat rekannya mengeluarkan pisau belati yang disembunyikan di belakang punggung. Ramon tak mengira orang malang ini akan bena
Read more

MENEBUS RASA BERSALAH

"Hati-hati di jalan! Sampai jumpa di kelas berikutnya!"Satu per satu murid keluar meninggalkan ruang kelas bahasa jepang. Seperti biasa, Aiza selalu keluar paling akhir. Setelah menyampirkan tas sandangnya, dia berjalan pelan menuju ambang pintu.Agak kikuk, Satria menghampiri. "Mau langsung pulang?""Ya, Mas. Kenapa?" Aiza balik bertanya. "Sebetulnya nggak juga sih, karena hari ini aku ada jadwal buat cek ke rumah sakit. Rencananya mau pergi makan siang dulu.""Rumah sakit? Kamu sakit?" Wajah Satria terlihat agak khawatir."Nggak, kok. Aku ... mau cek kandungan. He he."Bibir Satria sedikit terbuka. "Kamu lagi hamil? Wah, selamat ya. Aku baru tau. Keliatan kayak bukan ibu hamil." Dia berkomentar sedikit gugup."Ya, karena masih hamil muda.""Kalau gitu aku antar aja. Ramon lagi kerja, kan? Biar aku yang temani kamu check-up."Tawaran itu terdengar manis tapi juga membuat Aiza sedikit kikuk. Sebetulnya den
Read more

PERTANDA

"Dia masih hidup."Mendengar jawaban dari Nana, Aiza sama sekali tak terkejut, dia justru sudah menduga bahwa Levi masih hidup."Cuma itu yang mau kamu bilang? Apa pentingnya buat aku? Aku udah yakin kok kalau iblis itu masih hidup." Aiza menyahut datar.Nana maju satu langkah."Jangan lewati batasan kamu. Jangan kira karena aku lunak sekarang, kamu pikir hubungan kita udah balik kayak semula." Aiza melontarkan ancaman dingin.Nana tak menambah langkahnya lagi. "Ai, Levi sekarang sudah menjalin kerja sama dengan Yakuza. Sekarang sasaran mereka adalah Ramon. Dia dalam bahaya. Itu yang mau aku kasih tau. Cepat atau lambat kalian bakal dijebak. Kalau mau selamat, sebaiknya kalian kembali ke Indonesia."Alis Aiza meninggi. "Maksud kamu apa?""Levi sadar, selama Ramon ada di dekat kamu, dia nggak akan pernah mendapatkan kamu ataupun balas dendam. Satu-satunya cara biar kamu bisa dia taklukkan, dia ... dia akan membunuh Ramon. Dia sekarang
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status