Jack merosot duduk lemas di kursi penunggu rumah sakit. Ia menarik napas panjang yang tak segera ia hembuskan kembali. Jejak air matanya yang sudah mengering, ia basahi lagi dengan air mata haru."Syukurlah," gumam Jack menyatukan kedua tangan di pangkuan. Ia membungkuk, menopang kepalanya dengan tangannya yang tertaut."Anda tepat waktu. Jika terlambat sedikit saja, nyawa pasien tidak tertolong," puji Dokter menepuk pundak Jack pelan, menyalurkan energi positif lewat sentuhannya, kemudian ia berlalu pergi.Jack beranjak berdiri. Ia menatap lewat jendela ruangan, tubuh Max dipenuhi alat-alat medis yang tertancap di tubuhnya. Ia lalu duduk kembali dengan kasar."Tuan..." Belum juga Aiden melanjutkan ucapannya, ia terdiam ketika melihat Merry berlari dari arah koridor panjang menuju kepadanya. Terlihat perempuan itu teramat khawatir."Di mana Max, Aiden?" tanya Merry ketika sudah berada tepat di depan Aiden. Ia celingukan melihat ruangan tertutup di
Read more