Home / CEO / Nafsu Bejat CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Nafsu Bejat CEO: Chapter 91 - Chapter 100

120 Chapters

91. Dia Adikku, Mom

"Zeta..." panggil Jack mendongak ke dalam kamar Zeta dengan membawa sekotak coklat di belakang tubuhnya."Jack, kau sudah pulang?" Zeta berjingkat turun dari kasur dan berlari menghampiri Jack."Aku membawakan coklat untukmu," seru Jack menjulurkan sebuah kotak ke depan Zeta."Wow... Thanks, Jack." Zeta menerima kotak tersebut. Ia lalu menyuruh Jack duduk di pinggir tempat tidurnya, sementara ia sendiri sibuk membuka kota dan segera terkesima dengan coklat yang berjejer rapi dalam berbagai bentuk."Suapi aku, Jack." Zeta mengerucutkan bibir dan berbicara manja.Jack mengulas senyum lalu beranjak. "Aku harus cuci tangan dulu."Zeta mengangguk. Ia menaruh kotak coklat ke pangkuannya, sembari menanti Jack yang masih mencuci tangannya di kamar mandi.Jack kini berada di depan wastafel. Menyalakan kran, menyapukan sabun, lalu mengguyur kedua tangannya dengan air. Ia berbalik kembali kepada Zeta."Sudah..." Jack menghampiri Zeta. Ia
Read more

92. Pengakuan Max

Jack menggenjot miliknya, masuk lebih dalam lagi. Sedang, ia terus melumat bibir Zeta dengan rakus. Ia jelajahi ruang hangat itu, tak membiarkan terlewat sedikit pun.Jack melakukan pelepasan di luar rahim Zeta. Keduanya telah mencapai klimaks untuk ketiga kalinya, dan mereka limbung dengan posisi badan yang saling berhadapan."Kau pasti lelah. Tidurlah, Zeta." Jack tersenyum, mengusap pipi Zeta yang merah merona.Zeta balas tersenyum. "Iya, Jack. Kau juga tidurlah." Zeta mendorong tubuhnya sendiri mendekat kepada Jack, ia peluk perut berotot pria itu, membenamkan wajahnya pada dada bidang Jack.Jack membalas pelukan Zeta dan mulai terpejam. ***Jack terbangun. Ia papah pelan tubuh telanjang Zeta menuju ke kamar mandi. Ia menyalakan kran air hangat untuk memenuhi bathtub. Sembari menunggu, Jack meletakkan Zeta yang masih terlelap ke pangkuannya.Kejantanan Jack yang bergesekan dengan kulit mulus Zeta m
Read more

93. Max Terlihat Lemah

"Kau kenapa baru pulang sekarang, Max? Tidak biasanya kau pulang terlambat," celoteh Merry menyambut kedatangan Max di rumah. Baru saja Max melewati ambang pintu utama, namun Merry sudah bersedekap di hadapannya dan Edwin sedang duduk di sofa dengan ponselnya."Aku tadi sedang bersama Jack di kafetaria, jadi aku pulang terlambat," balas Max sengaja memancing respon kedua orang tuanya jika ia menyangkut nama Jack sebagai alasan."Kau bersama Jack? Mommy kan sudah bilang padamu kau harus menjaga jarak dengannya, dia bisa membuatmu celaka, Max." Merry berbicara lantang dengan wajah mengeras. Terlihat jelas rahangnya mengencang.Edwin menarik perhatiannya dari ponsel yang ia genggam. Ia bawa pandangannya ke arah Max dan Merry berdiri. Ia menyilangkan kakinya dan menghela napas panjang."Bagaimana mungkin aku menjaga jarak dengan adik kandungku, Mom? Jack adalah adikku. Aku tak mau hidup terus menghindar darinya. Dan satu lagi, Jack tidak membuatk
Read more

94. Air Mata Max

"Ah... Sepertinya Zeta sudah selesai memasak." Jack beranjak dari sofa, menggiring langkah menuju ponselnya yang berdering nyaring di atas meja.Aiden ikut beranjak, siap melaksanakan tugasnya mengambil masakan Zeta di rumah Jack dan membawanya, kembali ke ruangan ini.Jack membaca pesan dari Zeta yang mencuat di layar ponselnya, ia tersenyum lalu mengangguk menatap Aiden. "Makanannya sudah siap, Aiden.""Baik, Tuan. Saya akan pergi untuk mengambilnya." Aiden membungkuk sedikit."Thanks, Aiden. Maaf aku jadi merepotkanmu." Jack menaruh kembali ponselnya ke atas meja."Tidak apa, Tuan." Aiden mengangguk sekali lagi, sebelum enyah dari ruangan Jack. Ia lalu bergegas menuju ke area parkir. Setelah mencapai mobil, ia masuk dan melajukannya dengan kecepatan sedang.Mobil yang Aiden tumpangi bersandingan dengan kendaraan lain yang lalu lalang di jalanan.Aiden menaikkan kecepatan mobilnya agar segera sampai di kediaman Jack. Ia memutar seti
Read more

95. Kills Group Adalah Alat Untuk Mengancam Jack

Jack merosot duduk lemas di kursi penunggu rumah sakit. Ia menarik napas panjang yang tak segera ia hembuskan kembali. Jejak air matanya yang sudah mengering, ia basahi lagi dengan air mata haru."Syukurlah," gumam Jack menyatukan kedua tangan di pangkuan. Ia membungkuk, menopang kepalanya dengan tangannya yang tertaut."Anda tepat waktu. Jika terlambat sedikit saja, nyawa pasien tidak tertolong," puji Dokter menepuk pundak Jack pelan, menyalurkan energi positif lewat sentuhannya, kemudian ia berlalu pergi.Jack beranjak berdiri. Ia menatap lewat jendela ruangan, tubuh Max dipenuhi alat-alat medis yang tertancap di tubuhnya. Ia lalu duduk kembali dengan kasar."Tuan..." Belum juga Aiden melanjutkan ucapannya, ia terdiam ketika melihat Merry berlari dari arah koridor panjang menuju kepadanya. Terlihat perempuan itu teramat khawatir."Di mana Max, Aiden?" tanya Merry ketika sudah berada tepat di depan Aiden. Ia celingukan melihat ruangan tertutup di
Read more

96. Pertunangan Jack

"Jadi kau benar impotent, Jack? Kenapa kau baru bicara sekarang? Besok kita sudah mengadakan pesta pertunangan, tapi..." Fay mengeratkan kepalan tangannya di samping badan."Kalau kau tidak mau, kau tinggal membatalkan pertunangannya. Gampang kan?" Jack menyela dengan acuh tak acuh. Ia berdiri dengan punggung yang bersandar pada dinding."Tapi... Aku tidak mau membatalkannya." Fay bergeleng cepat. Ia lalu duduk di sofa yang ada di apartemennya. Ia sangat syok dengan perkataan Jack, di mana pria itu mendatanginya di pagi hari untuk mengatakan sesuatu yang tak ingin Fay dengar. Fay berusaha menyangkal kalau Jack menderita impotent."Cihhh... Kau tak perlu memaksakan diri untuk mengikuti keinginan orang tuamu. Aku bisa membantumu untuk membatalkan pertunangannya. Karena Edwin sudah menjeratku, aku jadi tak bisa bergerak leluasa, tapi aku tetap bisa membantumu kalau kau mau," ujar Jack setengah bergumam. Ia selipkan kedua tangan di saku celana, menatap ke arah Fay d
Read more

97. Zeta Cemburu

Zeta belum mengantuk. Ia duduk di atas ranjang sembari menggulir layar ponselnya. Ia melihat Fay sedang melakukan siaran langsung. Karena penasaran ia memencet dan melihat langsung sebuah acara mewah yang dihadiri tamu-tamu penting, kebanyakan tamunya adalah seorang pengusaha, model, aktris, dan juga ada pejabat kota. Ia terperangah dengan gaun indah yang melekat di tubuh ramping Fay. Sungguh menawan, sampai Zeta tanpa sadar bergumam, "Cantik sekali."Fay tersenyum. Ia berkedip menggoda ke arah kamera yang sedang di bawa oleh sahabatnya, Elle."Agak ke sini dong. Biar aku kelihatan lebih jelas lagi." Fay berucap dengan anggun.Zeta mengamati yang terlihat di layar ponselnya itu dengan seulas senyum. Ia menopang dagunya dengan sebelah tangan.Fay kini terlihat seperti seorang putri dari negeri dongeng bagi Zeta. Namun tak lama kemudian kamera bergetar sedikit, mengganggu siaran langsung yang dilakukan oleh Fay.Sontak Fay terlihat menol
Read more

98. Perubahan Sikap Zeta

Jack sengaja berangkat terlambat, dan memilih untuk tetap berada di kamar Zeta. Menanti perempuan itu keluar dari kamar mandi.Tak selang beberapa lama. Zeta muncul dari balik pintu kamar mandi yang terbuka. Ia berjalan seakan tak melihat kehadiran Jack di kamarnya. Ia memilih pakaian dari lemari, kemudian kembali ke kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya. Jack mengernyit. "Kau mau memakainya di kamar mandi? Kau kan bisa memakainya di sini, Zeta. Aku akan keluar." Jack paham. Sikap tak biasa yang ditunjukkan Zeta pasti dipicu karena perempuan itu sudah mengetahui tentang pertunangannya dengan Fay."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Zeta. Aku tunggu di ruang tamu." Jack berucap lembut sebelum ia pergi dari kamar Zeta."Hmmm..." Zeta mengangguk tanpa membalas tatapan Jack.Zeta lantas memakai pakaiannya dengan segera. Ia awalnya ingin menghindari Jack, tetapi ia terlalu lemah ketika menghadapinya. Sehingga ia kini menuruni ta
Read more

99. Jack Lepas Kendali

Aiden pergi dari hadapan Jack. Ia menuju ke rumah sakit untuk melaksanakan perintah Jack untuk menjemput Zeta.Selagi, Aiden bergerak ke rumah sakit dengan mobilnya, Jack tepekur di mejanya. Ia memutar ponselnya yang tergeletak di meja berulang kali. Kemudian melihat jam di lengannya dengan jengah. Setelah ini Jack akan pergi ke club milik sahabatnya, Marc. Menghabiskan waktu di sana untuk menenangkan diri sejenak, sebelum pulang menemui Zeta. Ia akan menjelaskan semuanya kepada Zeta. Ia berharap Zeta akan mengerti.*Jack pergi meninggalkan gedung Baron group ketika langit mulai gelap. Ia menyusuri  jalanan yang lumayan lengang, jarang kendaraan yang lalu lalang.Jack membelokkan mobilnya ke arah area parkir club. Ia membuka pintu mobil, dan melangkah turun. Kedatangannya itu disambut oleh dua penjaga club, Mike dan Zyan."Selamat datang, Tuan Jack." Mike dan Zyan mengucapkan salam bersamaan kepada Jack.Jack t
Read more

100. Bukan Anakku

Zeta mengernyit ketika tak mendapati haidnya datang, padahal harusnya ia sudah haid dua minggu yang lalu jika menurut kalender yang sudah ia setting untuk mengetahui siklus kapan ia akan haid. Zeta kemudian tersadar apa yang telah terjadi tiga minggu sebelumnya. Jack menyetubuhinya, dan Zeta dengan sengaja menyuruh Jack menyemburkan spermanya ke dalam rahim Zeta.Zeta menelan ludahnya dengan susah payah. Mungkinkah ini berhasil?Ketika Zeta mendapati Jack yang sedang mabuk berat, tiga minggu yang lalu. Sebuah pemikiran terbersit di dalam otaknya. Zeta tak akan bisa bersaing dengan Fay, tentu ia akan kalah telak. Tapi, jika ia mengandung anak Jack, ia pasti lebih unggul. Karena hatinya yang tak mau kehilangan Jack, dan ia juga sudah sangat mencintai pria itu, membuat Zeta tak bisa berpikir jernih.Jantung Zeta berdetak kencang, ia mengelus perut ratanya dan tersenyum." Mungkinkah akan ada Jack kecil di sini?"Pintu terbuka, memperlihatkan Jack
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status