Aiden pergi dari hadapan Jack. Ia menuju ke rumah sakit untuk melaksanakan perintah Jack untuk menjemput Zeta.
Selagi, Aiden bergerak ke rumah sakit dengan mobilnya, Jack tepekur di mejanya. Ia memutar ponselnya yang tergeletak di meja berulang kali. Kemudian melihat jam di lengannya dengan jengah.
Setelah ini Jack akan pergi ke club milik sahabatnya, Marc. Menghabiskan waktu di sana untuk menenangkan diri sejenak, sebelum pulang menemui Zeta. Ia akan menjelaskan semuanya kepada Zeta. Ia berharap Zeta akan mengerti.
*Jack pergi meninggalkan gedung Baron group ketika langit mulai gelap. Ia menyusuri jalanan yang lumayan lengang, jarang kendaraan yang lalu lalang.Jack membelokkan mobilnya ke arah area parkir club. Ia membuka pintu mobil, dan melangkah turun. Kedatangannya itu disambut oleh dua penjaga club, Mike dan Zyan.
"Selamat datang, Tuan Jack." Mike dan Zyan mengucapkan salam bersamaan kepada Jack.
Jack t
Zeta mengernyit ketika tak mendapati haidnya datang, padahal harusnya ia sudah haid dua minggu yang lalu jika menurut kalender yang sudah ia setting untuk mengetahui siklus kapan ia akan haid.Zeta kemudian tersadar apa yang telah terjadi tiga minggu sebelumnya. Jack menyetubuhinya, dan Zeta dengan sengaja menyuruh Jack menyemburkan spermanya ke dalam rahim Zeta.Zeta menelan ludahnya dengan susah payah. Mungkinkah ini berhasil?Ketika Zeta mendapati Jack yang sedang mabuk berat, tiga minggu yang lalu. Sebuah pemikiran terbersit di dalam otaknya. Zeta tak akan bisa bersaing dengan Fay, tentu ia akan kalah telak. Tapi, jika ia mengandung anak Jack, ia pasti lebih unggul. Karena hatinya yang tak mau kehilangan Jack, dan ia juga sudah sangat mencintai pria itu, membuat Zeta tak bisa berpikir jernih.Jantung Zeta berdetak kencang, ia mengelus perut ratanya dan tersenyum." Mungkinkah akan ada Jack kecil di sini?"Pintu terbuka, memperlihatkan Jack
"Aku hamil anakmu, Jack," balas Zeta pedih. Sudah ia duga, Jack akan bersikap seperti ini. Ditambah lagi pria itu sedang mabuk berat ketika melakukannya. Pasti Jack tak akan ingat dengan kejadian malam itu."Anakku? Aku tak merasa membuatmu hamil, Zeta?" Jack menautkan alisnya."Memangnya aku melakukannya dengan siapa lagi jika bukan dengan kau, Jack?" Zeta membalas dengan memberikan penekanan ke setiap kata yang terlontar. Setelahnya, ia gigit bibir bawahnya kuat untuk menahan diri dari menangis. Ia mengerjap cepat, mengusir air mata yang membuat pandangannya kabur."Bukankah kita sudah lama tak melakukannya, Zeta? Lagi pula setiap kali kita melakukannya aku selalu menyemburkan spermaku di luar, tidak..." Jack berhenti ketika melihat Zeta menangis sesengukan. Ia jadi tak tega melihatnya."Zeta..." Jack duduk di samping Zeta, meraihnya ke dalam pelukan."Kau tak ingat, Jack? Ketika kau mabuk berat, saat itu kita melakukannya. Dan ketika kau h
Merry bergegas menuju rumah Jack ketika putranya itu sedang bekerja. Ia ingin melihat seperti apa wanita rendahan yang telah dibawa dan disembunyikan Jack di rumah.Merry membawa langkahnya cepat tak sabaran melewati pintu utama. Sementara pelayan menghentikan apa yang mereka sedang kerjakan untuk memberikan salam hormat kepada Merry, setelahnya mereka saling berpandangan, bingung dengan kedatangan Merry yang tiba-tiba.Lerry menundukkan kepala. "Nyonya, apa yang membawa Anda kemari? Tuan Jack sudah berangkat kerja sedari tadi," tuturnya penuh kehati-hatian."Aku tidak sedang ingin menemui Jack. Aku hanya ingin melihat-lihat rumah putraku. Kau kembalilah bekerja, aku bisa berkeliling sendiri." Merry mengibaskan sebelah tangannya, menyuruh Lerry pergi darinya.Namun, Lerry tak mau meninggalkan Merry sendiri dan bersikukuh tetap berada di sisinya. Ia takut jika Merry dibiarkan, maka keberadaan Zeta di rumah ini bisa diketahui. Itu akan menjadi sesuatu
Merry menginjakkan kaki kembali ke rumahnya. Ia mengulas senyum setelah memberikan pelajaran kepada perempuan murahan yang telah merusak hubungan Jack dan Fay. Tapi, ia belum puas. Kalau perlu ia akan mengenyahkan perempuan itu dari muka bumi ini.Bertepatan dengan itu, ponsel di tas Merry berdering, sebuah pesan masuk dan menyembul di layar. Merry menguak tasnya dan merogoh untuk mengambil ponselnya. Ia lalu tersenyum ketika membaca pesan dari putranya."Kerasukan apa dia, sampai mengirimiku pesan seperti ini?" gumam Merry mengulas senyum miring.***Jack menghantamkan ujung berkas di depannya ke meja, menyesuaikannya agar bisa menjadi satu tumpukan yang rapi.Jack mengalihkan pandangannya ke amplop coklat yang terletak tak jauh darinya. Ia lalu berucap kepada Aiden. "Nanti malam aku akan mengundang keluarga Fay, Edwin dan Merry untuk acara makan malam di restoran yang sudah aku pesan sebelumnya. Jadi, kau ikutlah. Akan ada hal m
Fay tak melakukan perintah dari Jack yang menyuruhnya membaca dengan keras, ia memilih membacanya di dalam hati.Selesai membaca, Fay bergeleng pelan, suaranya seakan tersekat di tenggorokan, tak bisa keluar semuanya hingga membuatnya hanya bisa berkata lirih. "Ini tidak benar. Ini tidak mungkin.""Apa-apaan ini, Jack?" Kini giliran Edwin yang membuka mulutnya. Ia membolak-balikkan kertas yang ia pegang, sedikit tak percaya namun ia menatap Jack sekali lagi untuk mencari kebenarannya.Jack mengedikkan bahu sambil menampakkan senyum acuh tak acuh. "Daddy kan bisa membacanya di sana. Kalau Fayline group, perusahaan yang terlihat baik dan agung di luarnya ternyata juga memiliki bisnis gelap, yaitu pengedaran narkoba antar negara. Bahkan, ada kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh petinggi Fayline group, tapi kasusnya segera surut karena pelaku menyogok pihak yang berwenang." Jack menarik napas dan melanjutkan ucapannya. "Itu semua adalah bukti. Bukankah kasusny
Jack tersentak kaget dan langsung ikut bangkit duduk. "Zeta, Kenapa kau menangis?" tanyanya lembut."Ada darah, Jack," balas Zeta terisak sambil menunjuk ke arah celana yang ia pakai. Tepat di tempat itu terdapat bercak darah cukup banyak."Astaga!" Jack semakin terkejut ketika melihat darah yang meluruh sampai di kasur. Terlalu banyak untuk pendarahan normal seorang wanita yang sedang hamil muda."Aku takut, Jack," rintih Zeta meringis menahan sakit di bagian perutnya."Aku akan membawamu ke rumah sakit. Bertahanlah, Zeta. Bayi kita kuat, pasti tak terjadi apa-apa padanya." Jack berucap sembari mengangkat Zeta ke dalam gendongan. Ia meluncur ke dalam mobilnya yang segera membawa keduanya ke rumah sakit, meninggalkan kediaman Jack yang kini riuh karena para pelayan termasuk Lerry begitu khawatir melihat keadaan Zeta.Lerry terdiam di depan pintu utama, sejak ia melihat kepergian mobil Jack, ia semakin kalut. Setelah ini, Jack pasti bertanya kepadan
"Apa katamu? Bisa kau jelaskan lebih terperinci lagi? Kenapa ibuku ke sini? Dia melukai Zeta?" Jack menghujani Lerry dengan banyak pertanyaan bernada tinggi. Kesabarannya nyaris habis, menguap entah ke mana."Iya Tuan, Nyonya Merry tiba-tiba ke sini, Nyonya melakukan hal yang tidak biasa dengan berkeliling rumah Anda. Nyonya terlihat seperti sudah mengincar Nona Zeta sejak awal. Nyonya tidak mau berhenti sampai benar-benar bertemu dengan Nona Zeta. Nyonya mengatakan hal yang tak baik mengenai Nona dan menampar sekaligus menjambak rambut Nona," tutur Lerry menceritakan semua yang terjadi, tak terlewatkan satu pun.Jack tak berucap lagi. Ia segera berbalik dan bergegas pergi. Tujuan utamanya sekarang adalah Merry. Ia akan membuat ibunya itu menyesal telah mengusik miliknya—Zeta. Karena ulahnya, Jack hampir kehilangan putranya. Tentu, Jack tak akan tinggal diam.Dengan tangan yang mencengkeram erat setir, Jack berkendara dengan kecepatan tinggi. Ia ingin sece
Zeta menatap dirinya di pantulan cermin. Ia enggan untuk memoleskan wajahnya dengan benda-benda berjejer rapi di atas meja rias. Entah kenapa, untuk melihatnya saja ia sudah malas.Zeta terperanjat dari kursi yang ia duduki ketika matanya menangkap sosok Jack yang baru saja menongol dari balik pintu yang terbuka pelan."Jack..." Zeta menengok ke belakang, tepat di mana Jack berdiri.Jack melemparkan senyumnya dan bergerak kepada Zeta. Ia berhenti di tepi tempat tidur, mendudukkan dirinya di sana. "Kau ingin berdandan?" tanyanya yang seketika membuat Zeta mengerjapkan mata cepat, dan itu menurut Jack sungguh menggemaskan.Jack menyilangkan kedua kakinya, menanti jawaban Zeta yang tak kunjung terdengar dari bibir perempuan itu yang sebenarnya sudah terbuka sedikit, namun tak ada satu kata pun yang keluar.Zeta tepekur sejenak. Ia kemudian berucap seraya tersenyum canggung. "Aku tidak berdandan, Jack. Aku sedang malas.""Oh ya? Kau tak pe