Tidak ada pilihan lagi bagi Selena sekarang. Hanya dalam hitungan detik, pintu gereja akan terbuka. Di sisinya ada Henry yang berdiri dengan tegap, memakai setelan jas yang sangat rapi. Raut wajahnya sedih dan tidak ada senyuman ceria seperti biasa. Bukan hanya Henry, Selena pun merasakan hal yang sama.Pintu di depannya masih tertutup rapat. Sayup-sayup Selena bisa mendengar suara kidung nyanyian dari paduan suara di dalam sana. Ia memejamkan mata sebentar dan berharap ini hanya mimpi. Ini tidak nyata. Semua hanya mimpi buruk dari ketakutannya selama ini. Akan tetapi, setelah matanya terbuka, ia tetap melihat hal yang sama di hadapannya. Yaitu, sebuah pintu kembar yang besar dan tinggi masih tertutup rapat.“Elle … masih ada waktu untuk berubah pikiran,” bisik Henry pada mempelai perempuan yang sedang menggandeng lengannya bersama sebuket bunga mawar hitam.“Kumohon jangan mengatakan hal itu lagi, Henry. Itu tidak mungkin untukku membat
Terakhir Diperbarui : 2021-10-24 Baca selengkapnya