Tidak ada yang bisa bergerak sekarang, baik Rain maupun yang lainnya. Mereka membeku ketika melihat Arion yang melangkah tenang menuju keluar gereja. Tidak ada yang tahu apakah upacara pernikahan sudah terjadi atau belum. Yang jelas dari ekspresi tenang Arion menunjukkan bahwa semuanya berjalan baik-baik saja.
Rain mengepalkan tangannya ketika melihat Selena yang tak berdaya di belakang lelaki itu. Ingin sekali ia menyerang Arion secara membabi buta, akan tetapi kakinya masih saja terasa berat untuk melangkah. Bahkan bergerak saja dia tak bisa.
“Selena,” lirih Rain dengan suara berbisik.
Seperti mendengar panggilan dari Rain. Selena mengangkat wajahnya dan menatap nanar sang kekasih hati. Ia menggigit bibir bawah dengan kening mengernyit dan meringis. Bibirnya berucap satu kata nama Rain meski tak keluar suara apapun.
“Apa tujuan kalian kesini ingin membawa mempelai perempuanku?” tanya Arion dengan tenang.
“Serahkan Se
“Apa yang kau katakan?” tanya Rain yang mulai gelisah dengan kalimat bocoran dari Erika.Erika mendekati Rain. Menarik mundur lelaki itu agar menjauh dari Arion lalu ia sendiri menunduk untuk melihat wajah lelaki yang sekarang tersungkur ke tanah. “Arion … kau masih hidup?” tanya Erika dengan suara pelan.“Apa maksudmu, Erika?!” tuntut Rain yang ingin penjelasan lebih banyak. Ia belum bisa mencerna sepenuhnya maksud dari penyihir itu.Erika mengabaikan pertanyaan Rain hingga lelaki itu mengumpat kata fuck di belakangnya. Ia terus fokus pada Arion tanpa menyentuh lelaki itu. Ia hanya mengawasi mata Arion yang terpejam dengan lebam di mana-mana.“Arion,” panggilnya lagi dengan lirih.Arion membuka mata perlahan. Dia langsung melihat Erika yang begitu mencemaskannya. Namun, bukannya merasa terharu karena penyihir itu masih peduli, Arion malah bersikap menyebalkan. Ia berdecak sebal sambil berkata,
Semuanya menatap Erika dengan raut wajah tak percaya. Apa yang dikatakan Erika bisa mereka simpulkan bahwa sekarang penyihir itu bersiap mengorbankan dirinya sendiri.John tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Dirinya dan Arion langsung mendekati Erika dan membujuk gadis muda itu agar tidak melakukan hal bodoh seperti itu.“Erika, jangan lakukan itu!” kata John dengan wajah cemas. Dia menurunkan nada suaranya agar Erika bisa merasa aman sekarang. “Kita bisa bicarakan hal ini baik-baik.”Erika menatap John dengan mata berkaca-kaca. Ia menggelengkan kepalanya. “Aku yang membuat masalah ini, maka harus aku yang menyelesaikan semuanya.”“Erika!” seru Arion yang begitu ketakutan. Sorot mata yang sebelumnya begitu angkuh sekarang penuh dengan perasaan takut dan cemas. Melihat ujung belati sudah siap menancap jantung penyihir itu, Arion mengambil ancang-ancang untuk mengambil alih pisau tersebut.“Apa
Dalam gereja, semuanya duduk dengan tenang dan tanpa suara. Mereka bukan sedang melangsungkan pernikahan melainkan ingin membicarakan hal yang sangat serius.Di depan dekat altar yang seharusnya akan dijadikan tempat Arion dan Selena mengikrarkan janji suci, sekarang sudah duduk tiga orang dengan tiga belati di hadapan mereka. Arion, Selena dan Erika. Mereka memiliki satu belati yang diletakkan di atas meja.Sementara itu ada John yang bersilang tangan di dada menghadap mereka bertiga dengan ekspresi serius. Ia tak ingin bersikap lebih lembut sekarang. Tidak mungkin ada yang mendengarnya membujuk dengan kalimat lembut.“Apa maksudmu melakukan ini?” ketus Arion menatap John yang keningnya terus mengernyit dalam.“Kalian bertiga sudah memiliki pisau di depan kalian. Kalau kalian memang sangat ingin bunuh diri, silakan! Aku akan berusaha mengerti dan tak peduli pada keputusan bodoh itu!” kata John.Arion berdecih lalu tertawa s
Beberapa hari kemudian. Semua berjalan seperti biasa. Selena sudah tidak memiliki kutukan yang mengikatnya lagi. Ia bisa hidup dengan tenang bersama kekasih dan saudara-saudaranya. Sementara Arion tetap menjadi guru di SMA Valley dengan alasan dia akan mengambil hati Selena secara natural tanpa ada sihir atau apapun namanya.Semua kembali normal bagi Selena, namun tidak bagi Henry. Ia masih kehilangan Syilea yang melupakan kenangan tentang dirinya. Meski Arion sudah melenyapkan semua kemampuan sihirnya, tetap saja ingatan Syilea tidak kembali lagi.“Ini sangat aneh!” gerutu Henry ketika dia duduk dalam ruang guru saat jam pelajaran berakhir dan seluruh murid pulang ke rumah masing-masing.Henry menemui Arion yang begitu normal seperti manusia. Ia menjadi guru yang sangat baik. Sekarang saja dia sedang sibuk menilai tes para muridnya dan bersedia lembur di sekolah.“Apa? Tentang pacarmu?” tanya Arion dengan tenang dan terus mencoret
Selena dan Rain memutuskan untuk pergi ke pusat kota sekarang. Sesuai dengan keinginan mereka yang akan merenovasi rumah Rain agar layak huni, maka mereka harus membeli beberapa bahan dan perlengkapan rumah tangga di sebuah toko. Sambil mengendarai mobil terbaru milik Rain, lelaki itu mengemudi dengan kecepatan sedang.“Bagaimana kalau kita menambah beberapa lampu hias untuk di teras rumah?” usul Selena sambil memegang pulpen dan buku catatan kecil di tangannya.Di sampingnya, Rain memegang setir mobil dan menatap lurus ke depan sambil menganggukkan kepala tanda setuju. “Boleh. Seperti sedang natal, benar ‘kan?”Selena mengekeh dan menjawab, “Sebenarnya itu adalah suatu tanda dari pemilik rumah bahwa dia tipikal orang yang ramah dan hangat.”“Memangnya seperti itu?” tanya Rain ragu.Selena mengangguk mantap. “Dulu … beratus-ratus tahun yang lalu, orang-orang akan memasang pelita di
Arion sudah sampai di depan rumah keluarga Walter. Sekarang dia bisa sesuka hati keluar masuk rumah tersebut tanpa harus meninggalkan dendam satu sama lain. John mendidik anak-anaknya untuk memiliki hati yang lapang agar bisa memaafkan apapun yang sudah terjadi. Berdamai dengan masa lalu dan mencoba hidup tenang untuk hari ini dan seterusnya.Arion masuk melewati pintu utama yang terbuka lalu berhenti ketika melihat Bianca yang duduk di kursi ruang tamu sambil meringis kesakitan memegang pipinya.“Apa yang terjadi denganmu, gadis nakal?” tanya Arion mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar dan memilih mendekati Bianca.“Aku dan Henry sedang melakukan misi penting,” jawab Bianca dengan tenang dan terus memegang pipinya yang biru.“Apa yang kalian mainkan?” tanya Arion serius.“Aku menjadi penjahat dan Henry menjadi pahlawan.”“Lalu, siapa korbannya?”“Siapa lagi kalau b
Tak pernah Henry segugup ini sebelumnya. Pertanyaan Syilea membuatnya tak bisa berpikir apapun kecuali dugaan kalau gadis itu mulai mengingat dirinya. Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya yang langsung merekah. Lalu dengan nada suara penuh harap ia bertanya, “Kamu mengingatku?”“Hanya orang terdekatku saja yang memanggilku Lea,” jelas gadis itu dengan suara tenang.Seketika harapan Henry bahwa gadis itu mengingatnya langsung sirna detik itu juga. Bahunya yang tadinya begitu bidang dan tegap menjadi turun dan lesu. Tentu saja itu membuat Syilea menjadi bingung.“Ada apa?” tanya Syilea heran.“Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus pulang sekarang. Ini sudah sore dan sebentar lagi orang tuamu akan datang.”“Kamu tahu kalau setiap jam lima orang tuaku pulang?”Henry mengangguk mantap dan bangga. “Aku bahkan tahu apa yang kamu sukai dan yang kamu benci,” tuturnya.Seketi
“Arion,” panggil John ketika melihat Arion yang sibuk sendiri di ruang kerjanya. Lelaki itu sedang membaca buku.Sejak kejadian di gereja waktu itu, Arion memang tampak berubah jauh lebih baik. Dia juga dengan senang hati merelakan semua kekuatan sihir yang sudah dia pelajari ditarik kembali oleh Erika. Yang dia inginkan saat ini hanyalah sebuah keluarga hangat dan harmonis seperti sekarang. Karena itulah akhir dari tujuannya mencari perhatian selama ini.“Ya?” jawab Arion sambil menahan buku dengan tangannya agar tidak tertutup sementara ia mengangkat wajah melihat John yang berdiri di depan pintu.“Aku ingin membicarakan sesuatu,” kata John dengan serius lalu duduk di kursi menghadap Arion.“Katakan.”“Bagaimana kalau kita membawa Stefan ke rumah ini. Dia sekarang sendirian. Kupikir rumah ini akan lebih menyenangkan kalau ada dia di sini,” jelas John sungguh-sungguh.Arion menutup