Beranda / CEO / Mr. Gynophobia / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Mr. Gynophobia: Bab 41 - Bab 50

101 Bab

TALK (part 2)

Tiga menit sebelumnya. Sebuah pesan teks masuk ke dalam ponsel milik Dave. Pria yang baru bisa melepaskan rasa berdebar tidak nyaman itu langsung kembali dibuat berdebar oleh sebuah pesan yang hanya terdiri dari tujuh kata. Tepat setelah membaca kalimat menyebalkan itu, hatinya langsung mengutuk sang pengirim pesan dan wanita yang baru saja meninggalkan ruangannya ini.[Aku menuju restaurant Estrella bersama nona penguntit.]Isi pesan yang tentu langsung membuat Dave berdiri dan bergegas dengan membawa amarah menuju tempat Estelle dan dokter gilanya berada. Apa yang sebenarnya ada di otak mereka? Damn! Mereka benar-benar mengesalkan!Berjalan dengan aura yang membuat para pegawainya menunduk tidak berani menatap. Dave memasuki lift dengan pikiran yang sudah menerka-nerka apa yang akan terjadi jika orang yang mengawasi dirinya tahu keberadaan Andrew yang bertemu dengan Estelle.Di sini, semua lantai memiliki mata dan telinga. Dave mema
Baca selengkapnya

KADO LOUIS

“Huh? Sebentar Dave, kita mau ke mana?” tanya Estelle, mematung di samping maserati perak. Setelah setengah menit berdiri linglung di depan hotel. Ia pikir Dave mau mengajaknya bicara soal Andrew, tetapi sekarang malah muncul sebuah mobil dengan supir yang baru saja meninggalkan mereka.Dave yang baru ingin mengitari depan mobil jadi berhenti. Menoleh dan memandang Estelle malas. “Memberikan apa yang kamu mau," singkatnya, sedikit terpaksa mengeluarkan suara untuk wanita yang sejak tadi terus saja mempertanyakan geraknya.Estelle mengerutkan kening, angin yang berembus menerpa wajahnya itu sama sekali tidak bisa mendinginkan pikirannya yang runyam. Sejak tadi, Dave seolah sedang berbicara dengan bahasa yang hanya pria itu mengerti.Estelle membuyarkan raut masamnya. “Memberikan yang aku, mau? Seriously Dave, aku benar-benar tidak paham."Sungguh, ia sama sekali tidak terpikirkan apa pun. Yang ia i
Baca selengkapnya

UNTUK MENJEMPUTMU

Wangi yang beraneka ragam. Harum yang selalu melekat dalam ingatannya. Seperti bau tubuh mendiang ibu yang selalu bisa membuat hati mendamai. Oleh karena itu, meski waktu kembali berputar, yang terbaik tetap merelakan rumah daripada Bloom Florist. Keputusan singkat yang begitu membuatnya berdosa sampai sekarang, menjual satu-satunya kenangan yang telah mereka bangun sejak dirinya masih menjadi embrio. Tega, kejam? Benar ... seperti itulah ia melabel dirinya."Kenapa kamu melamun?" tanya Merry, pelanggan setia Bloom Florist.Estelle tersentak dan memberikan senyum untuk menutupi luka lama yang kembali menganga. "Aku tidak melamun, aku hanya bingung membandingkan ... bunga itu selalu mutlak dibilang cantik oleh semua orang, tapi aku merasa itu salah, karena menurutku Auntie Merry lebih cantik dari bunga hyacinth ini."Estelle pun memberikan seikat hyacinth biru yang sudah ia rangkai itu. "Suamimu juga akan setuju dengan perkataanku."Merry terk
Baca selengkapnya

KLINIK RAIN

Klinik Rain. Huruf-huruf besar yang berdiri tegak di atas rerumputan yang tertampung dalam wadah marmer persegi panjang nampak begitu estetis dan bersahabat di mata.Estelle langsung takjub begitu dirinya keluar dari mobil, melihat pemandangan klinik yang terasa nyaman dan indah ini. Taman hijau dengan gazebo cantik dan beberapa bunga yang tumbuh menghiasi tepi batas taman di sana. Meski sederhana tetapi tampilannya cukup memukau hati.Ia pikir akan terlihat kecil dan biasa saja sebab akses menuju ke tempat ini cukup dalam dan jauh dari perkotaan. Namun, ini ternyata lebih luas dan indah, ditambah pemandangan laut yang tidak jauh dari bangunan ini berdiri.Tidak sampai di situ, masuk ke dalam klinik, rasa hangat dan harum aromaterapi bunga lebih mendominasi daripada bau obat-obatan. Lagi-lagi, hatinya dibuat kagum dengan interior yang benar-benar mengedepankan estetika demi menjaga kenyaman pasien ini. Sofa yang berwarna warni dan lukisan air sepanjang dinding y
Baca selengkapnya

KABAR BAIK DAN BURUK

Dua aroma kopi yang menguar memenuhi setiap sudut kini sudah meredup. Pembicaraan yang serius itu tanpa terasa ternyata sudah berlangsung selama dua jam.Entah sudah berapa kali Estelle membekap mulutnya sendiri, wanita itu sungguh amat tidak menyangka dengan prilaku kejam yang Dave terima dari pengasuhnya sendiri.Bisa ia bayangkan, bagaimana ketakutannya Dave sewaktu kecil. Dipukul tanpa tahu kesalahannya, diraba tanpa mengerti apa itu kenikmatan sentuhan dewasa.Usia sekecil itu hanya mengerti tentang sentuhan kasih sayang, bukan sentuhan diluar batas normal untuk kepuasan seksual. Mengajarkan anak kecil tentang apa itu nikmat birahi, tanpa mau tahu betapa Dave sudah sangat tersiksa dengan berbagai alat yang di masukan ke dalam tubuhnya.Memikirkannya saja sudah membuat Estelle ingin muntah. Dave menjalani hari-harinya dibawah ancaman sang pengasuh. Bertahan selama itu, sungguh ... entahlah, Estelle sudah tidak sanggup membayangkannya. Rasanya, semua m
Baca selengkapnya

BERKACA

Happy reading!----- "Dave jatuh sakit. Dia bertemu lagi dengan wanita iblis itu. Sekretarisnya bilang, kondisi Dave berbeda dari biasanya, sulit didekati oleh siapa pun. Sepertinya, kita harus segera melihatnya."===== Kepada siapa harus menyalahkan semua ini? Haruskah menyalahkan pada si pemberi luka atau pada diri yang masih betah mempertahankan rasa sakit?Luka yang susah payah dikikis, kembali membentuk hanya dalam hitungan waktu yang singkat. Sakit yang sudah berlalu lama, masih teringat seakan baru terjadi kemarin. Berulang dan terus berulang sampai diri merasa muak. Hanya pertemuan singkat dan perkataan menjijikkan, mampu membangunkan diri yang lemah.Semua gelap, ruang hampa yang menakutkan. Dave berjalan dalam ruang yang tidak berbentuk, berbau ataupun bertekstur. Pupil emerald itu semakin membesar demi mencari setitik cahaya. Namun sia-sia, semua kosong dan hitam. Bahkan di mana kakinya berpijak pun ia
Baca selengkapnya

SERANGAN DAVE

Happy reading!----- Beberapa saat sebelumnya ....Bola mata yang bergerak perlahan dalam selimut pelupuk itu mulai nampak. Dave yang sudah terlepas dari pengaruh obat biusnya mulai terbangun, seluruh indranya pun segera bekerja kembali.Detak jantung dan panasnya suhu tubuh bisa ia rasakan. Sorot lampu yang menyerang pupil, membuat kelopaknya mengerjap perlahan.Jemari yang bergerak merasakan tekstur kain sprei, membangunkan rangsang impuls untuknya menghela napas lega. Bagaimanapun, bisa terbangun dari mimpi aneh lagi memilukan itu, sungguh hal yang patut ia syukuri. Detik berikutnya, ingatan Dave kembali melayang pada kejadian yang telah terjadi sebelum ia terbaring di sana.“Iya, sebentar lagi aku pulang. Jangan khawatir, aku bersama Sam.”Keberadaan Estelle yang baru ia sadari sontak membuat kepala Dave bergerak ke samping. Matanya membulat menangkap postur tubuh wanita yang sedang duduk menyamping di de
Baca selengkapnya

TEKA TEKI SIALAN!

Happy reading!----- Dave merenung di atas bar stool dapurnya. Di bawah lampu sorot yang menyinari gelap di sana, ia memandang botol obat yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Obat yang dokternya dulu dan sekarang resepkan untuk membuat tubuhnya bisa merasa tenang.Pria bercelana pendek selutut dengan kaus berwana gelap itu mendebas pusing. Entah mana dulu yang harus ia pikirkan. Pertemuannya dengan Bertha kali ini membuatnya sampai kehilangan kendali.Awal pertemuan, Dave mengira kalau ia hanya terkejut saja, tetapi tadi itu benar-benar terasa aneh, semakin ingin bergerak, tubuhnya malah semakin sulit terasa kaku. Andrew pun menjelaskan, bahwa hal yang ia rasakan adalah wajar.Bertemu secara langsung dengan si penyiksa. Membuat alam bawah sadarnya terbangun. Apalagi Bertha melakukan hal menjijikan yang sewaktu kecil selalu ia alami. Tubuh Dave otomatis langsung bereaksi seperti dulu ... diam, pasrah, dan ketakutan.Bug
Baca selengkapnya

FOTO KELUARGA

Happy reading!------ Benturan di antara pisau dan piring terdengar samar dari meja makan panjang yang hanya di huni oleh sepasang suami istri. Beberapa hidangan menu sarapan pagi terhampar lezat di sana. Sebuah hiasan lilin juga turut serta berdiri tegak dalam rengkuhan candle holder kristal, terpajang hanya untuk mempercantik penampilan isi meja.Sayang, aura di antara keduanya tidak cocok untuk isi meja yang penuh warna itu. Suasana hati mereka ikut berbaur dingin bersama cuaca di luar rumah besar tersebut. Sepasang suami istri itu, hanya fokus pada makanan dengan wajah yang sama sekali tidak mengekspresikan apa pun."Aku akan keluar kota lagi," ucap Louis membuka kesunyian dengan suara rendah, tangannya menusuk bagian kecil roti berisi daging dan sayuran terakhir.Callie Jasmin, wanita bersurai pendek sebahu itu sedikit mengerutkan kening. "Lagi? Sampai kapan?"Tidak langsung dibalas, Louis menghabiskan potongan kecil makan
Baca selengkapnya

TAMU MISTERIUS?

Happy reading! ------   "Sakit bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dan melupakan tanggung jawab, bukan? Jadi, aku akan istirahat kalau pekerjaan ini sudah selesai," seru Dave tanpa memandang orang yang duduk tidak jauh darinya. Menimpali ucapan berisi ketulusan Gavin dengan kalimat yang terdengar sedikit keras kepala itu. Gavin hanya menelan saliva, dalam hati ia menggerutu. Sudah ia duga, hanya sakit saja tidak akan bisa menghentikan sifat workaholic direkturnya itu. Padahal ia hanya meminta Dave untuk beristirahat sebentar. Namun, pria berwajah pucat itu masih saja ingin menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan di hari esok.. "Tidak perlu khawatir, kemarin aku sudah banyak istirahat." Bohong. Tanpa Dave sadari, Gavin sudah memicing sinis, bibirnya menekuk ke bawah, tanda ia sedang meremehkan bosnya dalam diam. Pagi tadi ketika ia tiba di penthouse ini, bau semerbak alkohol telah menggantikan wangi mint yang sel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status