Happy reading!
-----
Dave merenung di atas bar stool dapurnya. Di bawah lampu sorot yang menyinari gelap di sana, ia memandang botol obat yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Obat yang dokternya dulu dan sekarang resepkan untuk membuat tubuhnya bisa merasa tenang.
Pria bercelana pendek selutut dengan kaus berwana gelap itu mendebas pusing. Entah mana dulu yang harus ia pikirkan. Pertemuannya dengan Bertha kali ini membuatnya sampai kehilangan kendali.
Awal pertemuan, Dave mengira kalau ia hanya terkejut saja, tetapi tadi itu benar-benar terasa aneh, semakin ingin bergerak, tubuhnya malah semakin sulit terasa kaku. Andrew pun menjelaskan, bahwa hal yang ia rasakan adalah wajar.
Bertemu secara langsung dengan si penyiksa. Membuat alam bawah sadarnya terbangun. Apalagi Bertha melakukan hal menjijikan yang sewaktu kecil selalu ia alami. Tubuh Dave otomatis langsung bereaksi seperti dulu ... diam, pasrah, dan ketakutan.
Bug
Happy reading!------Benturan di antara pisau dan piring terdengar samar dari meja makan panjang yang hanya di huni oleh sepasang suami istri. Beberapa hidangan menu sarapan pagi terhampar lezat di sana. Sebuah hiasan lilin juga turut serta berdiri tegak dalam rengkuhan candle holder kristal, terpajang hanya untuk mempercantik penampilan isi meja.Sayang, aura di antara keduanya tidak cocok untuk isi meja yang penuh warna itu. Suasana hati mereka ikut berbaur dingin bersama cuaca di luar rumah besar tersebut. Sepasang suami istri itu, hanya fokus pada makanan dengan wajah yang sama sekali tidak mengekspresikan apa pun."Aku akan keluar kota lagi," ucap Louis membuka kesunyian dengan suara rendah, tangannya menusuk bagian kecil roti berisi daging dan sayuran terakhir.Callie Jasmin, wanita bersurai pendek sebahu itu sedikit mengerutkan kening. "Lagi? Sampai kapan?"Tidak langsung dibalas, Louis menghabiskan potongan kecil makan
Happy reading! ------ "Sakit bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dan melupakan tanggung jawab, bukan? Jadi, aku akan istirahat kalau pekerjaan ini sudah selesai," seru Dave tanpa memandang orang yang duduk tidak jauh darinya. Menimpali ucapan berisi ketulusan Gavin dengan kalimat yang terdengar sedikit keras kepala itu. Gavin hanya menelan saliva, dalam hati ia menggerutu. Sudah ia duga, hanya sakit saja tidak akan bisa menghentikan sifat workaholic direkturnya itu. Padahal ia hanya meminta Dave untuk beristirahat sebentar. Namun, pria berwajah pucat itu masih saja ingin menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan di hari esok.. "Tidak perlu khawatir, kemarin aku sudah banyak istirahat." Bohong. Tanpa Dave sadari, Gavin sudah memicing sinis, bibirnya menekuk ke bawah, tanda ia sedang meremehkan bosnya dalam diam. Pagi tadi ketika ia tiba di penthouse ini, bau semerbak alkohol telah menggantikan wangi mint yang sel
Happy reading! ------ "Apa-apaan sekretaris ini!" murka Dave, melihat Gavin malah membiarkan orang asing itu masuk. Dave segera bangkit dari kursi panasnya, kemudian melangkah lebar untuk keluar dari ruang kerjanya. Kenapa dari kemarin orang-orang terdekatnya bisa dengan mudah membawa hal yang tidak ia suka ke dalam rumah ini! ===== Entah harus tertawa atau marah. Begitu keluar dari ruang kerja dan ingin mendekati ruang tengah, Dave langsung tercengang sampai tidak bisa berkata apa pun. Jika di telusuri, Dave yakin rasa kesalnya masih memenuhi relung hati. Namun, kini ia tidak tahu harus bagaimana cara menyampaikan amarahnya itu. Sekali lagi, ini semua karena ia tidak tahu harus marah atau tertawa. Hampir setengah menit mereka saling pandang. Diam membisu seolah sedang menunggu siapa yang akan bersuara lebih dulu. "Kalau tidak ada yang mau di katakan, aku izin meminjam dapurmu, boleh?" Suar
Happy reading!------“Apa lagi yang kamu lakukan, hah?!” seru Dave, matanya memandang tajam Estelle.=====Estelle diam tidak mempedulikan amarah Dave. Ia fokus mengecek obat apa saja yang Dave ambil dari laci bar. Usai memeriksa, Estelle pun mengambil obat antidepresan lalu memberikan obat demam dan yang lainnya pada Dave.Pria itu sedikit mengerutkan dahi melihat tingkah Estelle yang menurutnya sudah melebihi batas. Rahangnya mengeras, Dave masih mencoba menahan amarah yang meronta ingin di luapkan.“Aku bilang, apa--”“Dave... tolong jangan marah dan dengarkan aku ... dokter Andrew menyuruhku untuk melakukan ini. Dia bilang, selama kamu berada di sampingku, kamu harus bisa bertahan tanpa obat ini,” sela Estelleberusaha menjelaskan.Estelle memang akan seperti ini jika sudah berniat untuk melakukan sesuatu. Memiliki tekad yang begitu besar sampai tid
Happy reading!------Beberapa saat sebelumnya.Estelle yang sedang berjalan memenuhi titah tuan rumah itu masih saja mendumal kesal dengan tingkah Dave yang sungguh membuat hatinya merasakan berbagai rasa dalam sekejap. Ia sampai ragu dengan keberadaan gynophobia Dave, melihat tingkah yang berani menyentuhnya dengan tatapan seperti itu terlebih pengakuan yang pernah bertahan tanpa obat, membuat Estelle berpikir ... apakah bantuannya akan menjadi sia-sia?Sepertinya Dave bisa mengurus dirinya sendiri. Namun, kenapa belum kunjung sembuh padahal Dave sudah mendapatkan perawatan sejak usia tiga belas tahun?Estelle mendebas sambil menggeleng pelan, ia bingung. Sepertinya nanti harus berkonsultasi dengan Andrew lagi.Sepertinya Estelle tidak sadar, perhatiannya sudah teralihkan pada dunia barunya ini. Biasanya, dalam keadaan apa pun wanita itu akan tetap mengingat sang tunangan. Di setiap hembusan lelahnya ada kerinduan yang di pen
Happy reading!------“Pfft!” Dave menyemburkan air yang baru masuk ke dalam mulutnya, lalu terbatuk sampai matanya memerah.Estelle hanya bisa melebarkan matanya, terkejut bingung. Bagaimana bisa tiba-tiba membahas cucu? Dari mana asalnya?====="Cucu? Kalian?" gumam Estelle, bertanya pada udara yang tentu suaranya masih bisa di dengar Dave dan Callie. Estelle benar-benar tidak tahu maksud dari orang yang menyuruhnya memanggil Mommy itu. Ia juga tidak berani menjawab ataupun bertanya.Dave yang ingin membantah pun harus lebih dulu menenangkan kerongkongan yang gatal dan perih sebab tersedak air dan obat, untungnya tiga butir obat bisa masuk tanpa halangan meski caranya sedikit berbahaya.Dave berpikir, apa Mommynya sudah kehabisan bahan candaan, sampai hal yang tidak lucu seperti itu tiba-tiba di ungkit? Sudah berkali-kali ia menjelaskan bahwa semua itu tidak benar dan sekarang, kenapa masih sa
Happy reading!------Beberapa saat sebelumnya ....Suara debum pintu terdengar nyaring hingga menghantarkan getar samar pada benda-benda yang menempel di dinding. Dave masih membawa rasa kesal yang diberikan Callie ke ruang kerjanya.Pria tersebut melangkah gusar lalu menghempaskan tubuh ke kursi bersamaan dengan hembusan napas frustasi. Dave kesal dengan pembicaraan yang tentu ia tahu maksud Callie membahas hal itu sampai berulang-ulang. Apa lagi kalau bukan menginginkan seorang menantu? Dave pun tidak bisa menyalahkan, karena harapan itu begitu sulit untuk ia kabulkan.Punggung dan leher yang tegang Dave sandarkan untuk mencari kenyamanan yang bisa membuat urat sarafnya kembali merileks."Haah ...." hela pelan di tengah kesunyian. Dua jarinya memijat sedikit keras pangkal hidung kemudian merambat pada dahi. Tidak ada yang berjalan lancar akhir-akhir ini, begitu pikirnya.Teringat dengan sesuatu di saku, Dave pun merog
Happy reading!------Di ruang tengah yang hangat dengan aroma harum yang menyebar, terhirup menyegarkan oleh dua indra penciuman yang baru akan memulai perbincangan penting usai tamu wanita berpakaian pria pergi setelah makan malam bersama dengan mereka.Dave dan Callie tengah menikmati dua kopi yang dibuatkan Estelle sebelum wanita itu pamit untuk pulang. Callie menaruh kopi creamernya di atas piring kecil cantik yang sedang di pegang tangan kirinya kemudian meletakkan satu set cangkir itu ke atas meja.Lingkar emeraldnya memandang teduh Dave yang diam menatap cangkir kopi hitam manisnya. “Estelle, wanita yang baik dan sopan, ya?” kata Callie membuka obrolan.Dave menghela napas pelan sebelum menjawab. “Entahlah,” singkatnya. Ia masih memikirkan soal foto Louis dan pengirimnya.Gavin yang ia suruh untuk mengecek CCTV agar bisa mengetahui siapa yang mengantarkan paket misterius itu pun tidak membuahkan
Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit
Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la
Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est
Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung
Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap
Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m
Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan