Happy reading!
------
“Pfft!” Dave menyemburkan air yang baru masuk ke dalam mulutnya, lalu terbatuk sampai matanya memerah.
Estelle hanya bisa melebarkan matanya, terkejut bingung. Bagaimana bisa tiba-tiba membahas cucu? Dari mana asalnya?
=====
"Cucu? Kalian?" gumam Estelle, bertanya pada udara yang tentu suaranya masih bisa di dengar Dave dan Callie. Estelle benar-benar tidak tahu maksud dari orang yang menyuruhnya memanggil Mommy itu. Ia juga tidak berani menjawab ataupun bertanya.
Dave yang ingin membantah pun harus lebih dulu menenangkan kerongkongan yang gatal dan perih sebab tersedak air dan obat, untungnya tiga butir obat bisa masuk tanpa halangan meski caranya sedikit berbahaya.
Dave berpikir, apa Mommynya sudah kehabisan bahan candaan, sampai hal yang tidak lucu seperti itu tiba-tiba di ungkit? Sudah berkali-kali ia menjelaskan bahwa semua itu tidak benar dan sekarang, kenapa masih sa
Happy reading!------Beberapa saat sebelumnya ....Suara debum pintu terdengar nyaring hingga menghantarkan getar samar pada benda-benda yang menempel di dinding. Dave masih membawa rasa kesal yang diberikan Callie ke ruang kerjanya.Pria tersebut melangkah gusar lalu menghempaskan tubuh ke kursi bersamaan dengan hembusan napas frustasi. Dave kesal dengan pembicaraan yang tentu ia tahu maksud Callie membahas hal itu sampai berulang-ulang. Apa lagi kalau bukan menginginkan seorang menantu? Dave pun tidak bisa menyalahkan, karena harapan itu begitu sulit untuk ia kabulkan.Punggung dan leher yang tegang Dave sandarkan untuk mencari kenyamanan yang bisa membuat urat sarafnya kembali merileks."Haah ...." hela pelan di tengah kesunyian. Dua jarinya memijat sedikit keras pangkal hidung kemudian merambat pada dahi. Tidak ada yang berjalan lancar akhir-akhir ini, begitu pikirnya.Teringat dengan sesuatu di saku, Dave pun merog
Happy reading!------Di ruang tengah yang hangat dengan aroma harum yang menyebar, terhirup menyegarkan oleh dua indra penciuman yang baru akan memulai perbincangan penting usai tamu wanita berpakaian pria pergi setelah makan malam bersama dengan mereka.Dave dan Callie tengah menikmati dua kopi yang dibuatkan Estelle sebelum wanita itu pamit untuk pulang. Callie menaruh kopi creamernya di atas piring kecil cantik yang sedang di pegang tangan kirinya kemudian meletakkan satu set cangkir itu ke atas meja.Lingkar emeraldnya memandang teduh Dave yang diam menatap cangkir kopi hitam manisnya. “Estelle, wanita yang baik dan sopan, ya?” kata Callie membuka obrolan.Dave menghela napas pelan sebelum menjawab. “Entahlah,” singkatnya. Ia masih memikirkan soal foto Louis dan pengirimnya.Gavin yang ia suruh untuk mengecek CCTV agar bisa mengetahui siapa yang mengantarkan paket misterius itu pun tidak membuahkan
Happy reading!------Berjalan di bawah atap langit yang sudah menggelap. Melangkah santai bersama pejalan lain dengan iringan hawa dingin yang menusuk lembut renik kulit. Sambil berjalan yang beberapa meter lagi sampai rumah, Estelle beberapa kali menggosok-gosok kedua telapak tangannya kemudian meniupkan hawa panas tubuhnya pada tangan yang masih saja terasa dingin.Rencananya ingin pulang sebelum langit menggelap. Namun, Callie memaksanya untuk ikut makan dengan mereka. Makan malam yang benar-benar sulit ia telan. Bagaimana tidak? Setelah Dave mempertanyakan tentang masalah percintaan orang tuanya. Suasana di antara mereka langsung berubah aneh. Dingin dan tegang, sungguh membuatnya tidak nyaman. Dave bahkan terus menerus memandangnya dengan tajam, tatapan yang seolah menyuruhnya untuk segera pergi. Jika saja Callie tidak berkali-kali membuatnya rileks, mungkin ia akan tersedak setiap kali menyuap makanan.Estelle menggeleng seraya menghe
Happy reading!------Dengan langkah gontai, Estelle keluar dari gang buntu yang bertemankan cahaya temaram. Semenit lalu, Joe kembali pergi meninggalkannya. Pria itu bilang punya waktu banyak untuknya malam ini. Namun, begitu dering telepon memanggil, Joe segera pergi setelah memeluk tanpa memberi kepastian yang bisa menenangkannya. Hanya sebuah perintah untuk menunggunya.Menunggu untuk apa? Apa yang sebenarnya pria itu lakukan sampai seolah sulit untuk menemuinya?Estelle mendesah, lalu berjongkok di tepi gang, kakinya tidak kuat lagi untuk menompang seluruh berat tubuhnya. Wanita itu terisak sambil memeluk kedua lututnya. Sakit, pertemuan ini sungguh menyesakkan dadanya. Estelle tidak ingin berpisah kembali tanpa ada kejelasan. Lagi, dirinya hanya bisa meraba hubungannya dan menunggu seperti orang bodoh."Itu, suara wanita ...," gumam Estelle, bisa ia dengar jelas saat Joe berbicara pada seseorang di telepon. Suara wanita yang ter
Happy reading!------Derik kertas terdengar dalam suasana sunyi yang hangat. Api yang menyala melahap rakus kayu-kayu di dalam perapian, selimut yang terbentang menutupi perut hingga kaki membuat tubuh semakin terasa hangat dan nyaman.Dua iris terus membaca serius setiap barisan kalimat yang tercetak tinta hitam. Mendapatkan bacaan yang dibutuhkan, membuat Estelle menciptakan dunianya sendiri. Mengabaikan teh panas yang sudah tidak lagi mengepulkan hawa panas, bahkan kehadiran Alan di sana juga tidak wanita itu hiraukan.Pemilik lingkar aswad itu pun memindai meja yang terisi dengan beberapa buku. Dahinya langsung mengeryit ketika membaca semua judul dari buku-buku milik sang kakak, semua berkaitan tentang psikologis.Pikiran Alan seketika ditarik mundur ke masa lalu dan berhenti ketika kakaknya juga melakukan hal yang sama saat Noel sedang dalam perawatan di rumah sakit. Pria dua puluh tahun itu pun berpikir, untuk apa Estelle memb
Happy reading!------Dua manik mata indah yang dibingkai kacamata itu sudah menatap fokus layar laptop yang sedang berada dalam pangkuannya sejak dua jam lalu. Duduk bersandar di atas sofa panjang yang berada dalam kamar. Dave tidak sendiri, pria itu di temani Lea yang ia dudukan di samping kanannya.Berselancar dengan serius mencari jejak Bertha dari nomor identitas yang belum lama ia dapatkan. Dave heran, mengapa Bertha memiliki banyak nomor identitas?Apa wanita itu sering berpergian menggunakan identitas palsu? Tetapi, nama yang tercantum semuanya adalah nama asli, yang berbeda hanya nomor penduduk saja. Apa ini cara untuk mengelabuinya? Mencari satu persatu semua nomor ini untuk menemukan yang asli? Benar-benar cerdas! Siapa pun itu, telah berhasil membuat Dave kesal."Shit!" makinya, melihat data yang tiba-tiba tidak bisa di akses. Ini bukan yang pertama, melainkan sudah sampai ke sekian kali terjadi seperti ini.Dave pu
Happy reading!------"Apa foto itu sudah selesai di bereskan?" tanya Dave seraya membubuhkan tanda tangannya ke sebuah dokumen persetujuan anggaran Hotel Polaris."Sudah Direktur, dan Pak Sam juga sudah mengambilnya."Dave menegakkan kepalanya. Menutup dokumen kemudian menyerahkannya kembali pada Gavin. "Sam? Kapan terakhir kali kamu bicara dengannya?"Dahi Gavin terlipat kecil, merasa heran dengan pertanyaan atasannya, tidak biasanya Dave menanyakan hal-hal seperti ini. "Em, sekitar siang tadi.""Siang? Ya sudah, kamu boleh keluar." Dave melirik pada jam tangannya, sudah jam tujuh malam. Ia ingat, siang tadi juga menghubungi Sam, tetapi panggilannya masih saja dialihkan. Bahkan dua jam lalu Dave pun masih mencoba mengontak temannya itu dan hasilnya masih sama."Baik, Direktur."Telunjuk Dave mengetuk pelan tepi meja, ia diam bersandar dengan mata memandang lekat punggung Gavin yang semakin menjauh lalu menghilan
Happy reading!------"Gugup?"Estelle mengangguk mantap menjawab pertanyaan Dave yang sedang duduk di sebelahnya itu. Mereka tengah berada di dalam mobil yang melaju menuju tempat acara. Sebuah acara pertunangan yang sudah lama di nantikan oleh semua. Akhir dari benang yang terpintal kusut mungkin akan terlihat malam ini."Apa hatimu sudah siap?" tanya Dave lagi.Wanita itu hanya mendesah, tidak tahu pasti apa yang dirasakan hatinya. Estelle benar-benar gelisah. Apakah tindakannya ini benar? Joe sudah memperingatkan dirinya untuk menunggu. Namun, hanya menunggu tanpa penjelasan juga sulit untuk dirinya bertahan. Percakapan malam itu terhenti begitu saja dengan meninggalkan luka dan menciptakan rasa penasaran yang lebih besar di hatinya.Bisakah ia melihat prianya bertukar cincin dengan wanita lain di depan matanya? Sudah lama Estelle meyakinkan dirinya kalau ia harus bisa bertahan, tetapi malam ini rasa keberaniannya tiba-tiba
Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit
Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la
Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est
Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung
Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap
Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m
Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan