Home / Romansa / My Possessive Sugar Daddy / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of My Possessive Sugar Daddy: Chapter 131 - Chapter 140

152 Chapters

EP. 13. Calon istri.

Keseriusan hubungan Brandon dan Janice mulai tercium oleh Chris dan juga Amber. Pasalnya, mereka berdua tidak lagi malu-malu menunjukkan perhatian satu sama lain saat berada di dalam rumah. Seperti saat Brandon sedang berenang di kolam renang, Janice akan ada di tepi kolam menemaninya. Atau jika Janice sedang berada di dapur, Brandon sering terlihat menggodanya dan gadis itu sama sekali tidak merasa terganggu.Chris dan Amber tidak ingin mengusik mereka. Sejauh mereka masih bisa menjaga diri sebelum akhirnya menikah, Chris dan Amber akan menutup mata dengan romansa yang tanpa sadar sering mereka tunjukkan.Namun saat di kantor, situasinya tetap sama. Mereka tidak ingin ada yang tau dulu, sampai keduanya benar-benar menikah. Bahkan masih banyak yang berasumsi jika Brandon berpacaran dengan Chelsea dan Janice tidak keberatan mendengar isu tersebut. Beruntung sebelumnya mereka memang sudah sering ke lapangan bersama, jadi mereka tidak terlalu kesulitan mendapat quality ti
Read more

EP. 14. Kapan?

Suasana hari minggu pagi di kediaman Ellordi. Amber terlihat sudah sibuk di dapur sejak pagi. Pasalnya puteri, menantu dan cucunya akan datang ke rumah. Ini adalah kali pertama Edric akan mendatangi rumah oma dan opa-nya. Jadi Amber berinisiatif untuk memasak sendiri sajian untuk makan siang nanti. Janice membantunya bersama dua orang bibi yang memang kerjanya berada di kitchen. "Yang ini tolong dipotong dadu ya, Jan." Amber menunjuk kentang yang masih terbungkus rapih di dalam plastik kemasan supermarket. "Baik, Tan. Mau sebanyak apa?" "Hm, taruh sekitar sepuluh saja. Cha suka kentang kalau sudah di sop." Janice langsung melaksanakan arahan Amber. Dikeluarkannya sepuluh butir kentang dan ditaruhnya ke dalam sebuah wadah. Sisanya ia kembalikan ke dalam rak penyimpanan. "Brandon sudah tau adiknya bakalan datang, Jan?" "Udah, Tan. Tadi malam dia sudah singgung tentang hari ini juga." Amber meletakkan melirik sebentar ke arah Jani
Read more

EP. 15. Kakak ipar.

Keributan di ruang keluarga pagi ini didominasi oleh Edric yang bergantian diganggu oleh om dan tante Janice-nya. Bayi kecil yang sudah bisa tertawa itu berulang kali dibuat tergelak kencang oleh Brandon yang tidak berhenti menciumi perutnya. "Abangg! Jangan digelitikin terus-terusan ih!" Chalondra sampai khawatir Edric akan kelelahan karena tertawa. "Dia senang padahal. Tuh lihat." Brandon menunjukkan Edric yang sedang menatapnya dengan mata yang berbinar. Seperti minta diajak bermain lagi dan lagi. "Iya, namanya juga bayi, Abangggg, suka diajak main. Kita orang dewasa yang harus tau kapan harus berhenti." Chalondra masih mengomel meski tidak bergerak mengambil Edric dari abangnya. Dia malah asik dengan stik keju yang ada di dalam jar yang kini tergeletak manja di atas pahanya. Janice yang sedang duduk di sofa seberang pun tertawa melihat kekesalan Chalondra. Sedangkan Dom dan Chris, as usual, mereka langsung adu jotos lewat permainan catur di ruanga
Read more

EP. 16. Laundry room.

Chalondra kabur dari dapur karena Brandon tiba-tiba datang dan sepertinya mendengar semua isi pembicaraannya dengan Janice. Apa katanya tadi? 'Saat kami bercumbu'? Wedewwww, Cha sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana Janice menghadapi kekakuan abangnya. "Daddyy." Chalondra duduk di sebelah Dom yang sedang memegang ponselnya. Cha dengan cepat membisikkan sesuatu di telinga sang suami. "Kamu tau dari mana, Cha?" "Tadi dia yang ngomong sendiri." Cha berbisik pelan lagi. "Ya wajarlah. Menurut kamu, waktu mereka ke Bandung dulu, sampai pulang subuh, kalau tidak bercumbu, memangnya mau ngapain lagi?" jawab Dominic santai, ikut-ikut dengan low tone-nya. "Ah iya sih. Tapi aku nggak bisa membayangkan abang yang dingin itu kissing dengan kak Janice. Pasti kaku." "Sudah, jangan urusi percumbuan orang lain. Urusin yang kita saja." Dominic mendekatkan wajahnya secara tiba-tiba. Refleks Cha memundurkan kepalanya. "Heh? Kita sudah over
Read more

EP. 17. Jangan lama-lama.

Janice tidak bisa tenang setelah Brandon membuat rencana akan singgah ke hotel di tengah jadwal kunjungan mereka. Jantungnya tidak berhenti berdetak sejak tadi. Padahal pekerjaannya cukup banyak sebelum dia dan B keluar kantor. Janice menekan-nekan tuts keyboard dengan pikiran yang melayang ke masa depan. Apakah B sudah membooking kamar? Apakah dia memakai identitas asli mereka? Apakah nanti dia akan menyerahkan keperawanannya? Oh come on, sekalipun mereka keturunan luar, Janice terus terang belum siap melepas harta berharganya itu untuk Brandon. Apakah parfum yang dia pakai sekarang baunya enak? Atau terlalu norak? Apakah kemeja yang dia pakai akan menyulitkan Brandon dalam melancarkan aksi mereka? Ah, apakah nanti dia akan membagi isi pahanya juga kepada Brandon? Oh Tuhan! Janice sama sekali tidak bisa fokus! Kringgg ....! Lamunannya buyar. Pesawat telepon di dekat komputernya berbunyi dengan nyaring. Janice refleks memanjangkan tangan untuk mengang
Read more

EP. 18. Seonggok vs segumpal?

Janice seketika merasakan debaran aneh di dalam dirinya. Brandon benar-benar sudah ada di hotel? Seriusan? Nekat juga dia. Lalu, sekarang dia harus bilang apa kepada Toni? Laki-laki itu ‘kan managernya. Atasannya. Masak dia pergi tanpa ada alasan yang jelas? Think, Janice!Drtt … drttt …Jantung wanita itu terasa akan copot saat Brandon meneleponnya. Akh! Biasanya juga dia berani mengangkat telepon Brandon di depan Toni. Kenapa sekarang mendadak tidak berani? Apakah ini dipengaruhi fakta kalau hari ini mereka ada janjian ingin anu di hotel?“Halo, Pak?” Janice memutuskan mengangkatnya saja. Semoga saja Brandon tidak aneh-aneh. Dari sudut matanya, terlihat Toni menoleh sekilas kepadanya.“Oh, sudah dalam perjalanan pulang, Pak. Oh begitu? Urgent banget ya, Pak? Baiklah kalau begitu, saya akan beri tahu pak Toni. Di mana, Pak? Halte depan? Baik, Pak. Terima kasih, Pak.”Klik.Urgent ndasmu, B! Janice
Read more

EP. 19. Nyaris.

“Aku ingin kita saling menyentuh, Janice ….” Sekujur tubuh Janice kaku mendengar permintaan gamblang dari Brandon. Sepertinya pria itu sudah tidak bisa menahan diri lagi. Selama ini mereka bisa tidur di kasur yang sama tanpa melewati batas. Hanya berpelukan dan ciuman panas. Selebihnya, Brandon masih bisa mengontrol tangan dan seluruh dirinya. Kemarin sore, saat di laundry room itu adalah untuk pertama kalinya B kehilangan control. Entah kenapa. Mungkin efek obrolan rencana pernikahan, gairah keduanya menjadi tiba-tiba meningkat. Baik Brandon, maupun Janice, sama-sama menyukai cara mereka mulai saling terbuka kemarin sore. Lantas, apakah siang ini mereka juga akan buka-bukaan seperti kemarin? Saling jujur tentang keinginan dan kerinduan satu sama lain yang sebenarnya ingin melangkah lebih jauh? Membuktikan adanya korelasi usia matang dengan tingkatan gairah yang berbanding lurus. Mereka … sama-sama saling menginginkan. “Hanya menyentuh. Tidak lebih.”
Read more

EP. 20. My fiance.

Rencana ingin menyentuh ini dan itu pun berlanjut, namun masih dalam tahap aman. Masih terkontrol dan tidak ada pengeluaran sedikitpun. Mereka berhasil dikuasai kewarasan hingga akhir. Bahkan saat keduanya sudah sama-sama polos dan saling memuji area keintiman masing-masing. Tidak ada cairan berlebih yang keluar. Hanya Janice yang tidak bisa menghindari kebasahannya. Namanya juga perempuan. Jika pria akan berubah ukuran juniornya saat gairahnya bangkit, ya wanita harus rela tidak nyaman dengan bagian tengah paha yang basah. Begitulah yang dialami Janice. Apalagi sentuhan-sentuhan Brandon membuat sekujur tubuhnya begitu lemas. Pukul empat sore, mereka pun bersiap untuk kembali ke kantor. Saling mencari pakaian dan dalaman yang sudah berserakan di atas lantai marmer. Janice hendak ke kamar mandi untuk membilas diri duluan. “Aku ikut.” “Hehh? Aku dulu saja, B!” “Kau tidak tertarik untuk membilaskan ini untukku?” Brandon menunjuk bawahnya lagi dengan nada
Read more

EP. 21. Hahhhhh?!!!

"Si pak Sandi?" Dominic menimpali pembicaraan Brandon dan Chris yang sedang mengobrol saat mereka semua sedang makan siang di salah satu restoran yang ada si kawasan Malioboro. "Sandi toko buku xx?" "Iya, tau yang mana orangnya, bro?" tanya Brandon. "Tau lah. Beliau mantan klien Inti Global. Kenapa dia? Berulah?" "Mantan? Hmh. By the way dia memaksa anak buah ku untuk menaikkan plafon pengambilannya. Aku yakin dia ingin buang ke daerah lain." "Memangnya kenapa dia tiba-tiba meminta tambahan barang?" tanya Chris masih tidak mengerti. Sandi itu memang kenalannya. Namun yang dia tau, Sandi tidak akan sanggup jika upgrade plafon. Dana yang dia miliki tidak mumpuni untuk membeli barang banyak-banyak. "Kami juga tidak tau, Pa. Sudah dua minggu ini Toni dan Janice repot gara-gara dia." "Setau papa keuangannya hanya sanggup di pengambilan skala kecil. Kalau tiba-tiba minta penambahan, harus diusut dia akan buang ke mana barangnya. Jangan sampa
Read more

EP. 22. What the hell??

Kepala Brandon dan Janice mendadak seperti tertimpa batu yang begitu berat. Foto mereka? Di hotel? WHATT!!!!! Janice seketika mematung, sedangkan Brandon langsung meraih ponselnya sendiri. Begitu pun dengan Chris, Amber dan Dominic. Jantung mereka semua sudah memukul kencang dan tidak sabaran melihat foto apa yang Chalondra maksud. Tapi … Hah! Ya Tuhan! Sekujur tubuh Brandon langsung merasakan kelegaan yang luar biasa. ITU FOTO DIA DAN CHELSEA!!! “Ini aku dan Chelsea. Saat di reuni kemarin. Siapa yang sudah mengambil foto ini?! Iseng sekali!” Namun amarah tetap meledak di dalam dada Brandon karena foto dia dan Chelsea saat di lorong waktu itu seperti sengaja diambil dari angle yang membuat mereka seperti sedang berciuman. Belum lagi headline beritanya sangat menjurus, seolah-olah ingin membuktikan jika mereka berdua memang sedang memiliki hubungan yang serius. 'Diam-diam, influencer ternama berinisial CF, menjalin hubungan dengan pewaris Cakra
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status