Home / Romansa / My Possessive Sugar Daddy / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of My Possessive Sugar Daddy: Chapter 111 - Chapter 120

152 Chapters

Gara-gara mapping.

Sepanjang hari ini Brandon mondar-mandir dari ruang meeting dan ruang kerjanya sendiri. Hari ini setidaknya ada tiga meeting yang dia ikuti sejak pagi tadi. Meeting divisi marketing dan operasional, meeting dengan klien baru dari Kota Palembang dan yang terakhir meeting internal antar petinggi Cakrawala Paper. Sebagai calon direktur utama, Brandon selalu ikut memantau perkembangan perusahaan sekalipun sekarang dia masih fokus di bagian pemasaran. Selain meeting-meeting itu, dia pun harus mempelajari banyak dokumen yang membutuhkan approval-nya. Belum lagi memantau penjualan harian dari sistem yang ada di Mac Book-nya. PP Kesibukan itu membuatnya hampir tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan Janice. Memegang ponsel pun dia tidak sempat. Karena kalau dia sudah menyentuh benda tersebut, dia akan tergoda untuk menggoda Janice seperti biasanya. "Pak?" Dika, salah seorang supervisor-nya muncul dari balik pintu. Meski usianya sudah matang, menjelang empat puluh, jabatan
Read more

Kisah kelam.

"Buka pakaianmu!" Baru juga Janice masuk dan ingin memasang sabuk pengaman dengan satu tangan -karena tangannya yang lain sedang menahan kemejanya agar tidak terbuka- Brandon langsung meneriakinya dengan sebuah perintah yang aneh. "U-untuk apa?" "Aku tidak suka kau disentuh laki-laki lain." Brandon berucap sambil memanjangkan tangannya ke jok belakang. Seingatnya selalu ada kaos cadangan miliknya di dalam paper bag. Diraihnya benda tersebut dan mengeluarkan selembar kaos hitam dan diserahkan kepada Janice "Pakai ini dan buang itu!" Janice melongo. Ini hanya kelepasan kancing dua buah, kenapa harus se-lebay itu? "Ini masih bisa dipasang lagi kancing yang baru, B! Tidak usah berlebihan." Brandon menarik tangan Janice yang menahan kancing kemejanya dengan paksa. Oke, ini sungguh tidak masuk akal. Tangan Brandon terlalu kuat sampai sekuat apa pun cengkeraman Janice di sisi-sisi kemejanya, dia tetap memisahkan kedua tangan wanita it
Read more

Dalam mimpi basah.

Malam ini kediaman Louis terlihat begitu ramai karena kedatangan keluarga Ellordi. Mereka sepakat mengadakan acara barbeque untuk merayakan kehamilan Chalondra. Chris, Amber, Brandon, Dominic, Chalondra dan Janice sudah ada di sana. Di taman belakang Miranda yang sudah disulap menjadi tempat yang nyaman untuk menghabiskan malam dengan daging dan juga bir. "Tante, aku masih belum terbiasa. Bagaimana mungkin kita malah menjadi besan?" Amber dan Miranda yang sedang mempersiapkan lalapan menjadi tertawa-tawa mengingat status mereka yang sedikit rancu sekarang. Berkat ulah Dominic dan Chalondra, sekarang status mereka adalah besan, bukan tante dan keponakan jauh lagi seperti sebelumnya. Karena Chris itu adalah putera dari Fransisco, sahabat Marcus. Itu lah sebabnya Amber menjadi serba salah jika berhadapan dengan Miranda. "Semua berkat libido anak semata wayang ku yang tidak pernah tersalurkan. Ha-ha-ha," tawa Miranda cukup keras. Begitu pun Amber yang semakin cengengesan
Read more

Perjuangan.

"Hoeeekkkkkk!!" "Hoeeeekkkk!!" Untuk yang ke sekian kalinya suara muntah itu terdengar dari kamar mandi yang ada di dalam apartemen Dominic dan Chalondra. Perut orang itu terasa begitu sakit. Seluruh makanan yang tadi sudah ia makan saat sarapan, keluar lagi dan berakhir di toilet. Seseorang melangkah dengan lambat ke arahnya. Tubuhnya yang mulai padat berisi tampak mulai kesusahan berjalan dengan cepat. "Ini, Dad." Chalondra menyodorkan beberapa lembar tisu kepada Dominic yang kembali terkulai lemah di lantai kamar mandi yang kering. Dominic meraih tisu dan membersihkan area mulut. Kemudian bangkit dengan perlahan untuk menekan flush toilet. Setelah itu dia berkumur dan sikat gigi. Setiap kali muntah, dia akan melakukan hal tersebut berulang-ulang. Tidak ingin mulutnya dipenuhi aroma tidak sedap akibat sisa muntahan. Chalondra memeluk Dominic dari samping. Sudah satu bulan suaminya itu terkena sindrom simpatik atau sindrom couvade. Ya
Read more

Meet baby Edric.

Sekujur tubuh Dominic kini membeku. Jantungnya seperti berhenti memompa darah ke seluruh tubuhnya. Napasnya tertahan begitu saja, melihat tim dokter dan perawat mondar mandir melakukan Z1 penanganan terhadap istrinya. Belum sempat Dominic melangkah untuk menanyakan kondisi Cha kepada salah seorang tim medis, kakinya sudah tidak kuasa lagi berdiri. Dalam hitungan detik, pria itu pun terjatuh ke lantai dan membuat perhatian orang-orang teralih. ***** "Dom." "Dom, wake up!" "Dom!" Suara-suara itu berebutan memanggil nama Dominic yang mulai terlihat sadarkan diri. Kelopak mata pria itu bergerak-gerak dan membuka secara perlahan. "Kau sudah sadar? Dasar payah!" Itu suara Marcus. Ayahnya. Di sebelah Marcus terlihat ada Miranda dan Brandon. Dom memegang kepalanya yang dirasa begitu sakit. Mencoba menganalisa di mana dia sekarang. "Aku di mana, Pa?" Bukannya tadi dia ada di ruang operasi Chalondra? "Kau di ruang
Read more

Deal!

Proses persalinan secara caesar membuat fisik Chalondra masih lemah sampai sekarang, empat hari pasca persalinan. Dia masih di rumah sakit bersama bayi kecil dan bayi besarnya. Benefit rumah sakit punya keluarga sendiri membuat Chalondra merasa nyaman tinggal berlama-lama di sana. Amber dan Chris juga menetap di rumah sakit dan tinggal di kamar lain. Mereka sangat tau Chalondra membutuhkan banyak orang di sekelilingnya agar kesehatan psikis-nya tetap terjaga. Heidy juga datang setiap hari dan membuat keonaran di sana sini. 'Edricc ayo main sama tante, kamu ih tidur terus.' 'Dric Edriccc, tante punya siomay, mau nggak?' 'Edriccccc ya Tuhannnn, tante kok diompolin sih, Nakk? Kamu kalau mau pipis mbok ya ngomong-ngomong dulu to Nakkkk.' 'Tante, Edric ini kok mirip sama tetangga Tante yang di rumah ya?' Candaan tidak bermutu Heidy bisa dibilang menjadi hiburan Chalondra di tengah-tengah masa pemulihannya. Kekonyolan gadis itu muncul setela
Read more

Welcome (to the new) home.

Tepat saat usia Edric satu bulan, Dominic dan Chalondra memutuskan untuk pulang. Jahitan di perut Cha sudah benar-benar kering. Bahkan bekas lukanya sudah mulai tersamarkan karena dia rajin mengoleskan lotion penyamar bekas luka di san. Semua barang-barang mereka dikemas sendiri oleh Dominic dan Chalondra. Edric sendiri digendong oleh Janice. Ah ya, Janice. Dia dan Brandon masih survive dengan hubungan tanpa status mereka. Aneh bin ajaib, karena sampai sekarang Janice masih berhasil mempertahan mahkota-nya meskipun sudah puluhan kali tidur satu kasur dengan Brandon. Dia juga bahkan belum pernah melepaskan busananya di depan laki-laki itu. Janice benar-benar tipe wanita yang hanya akan tidur dengan suaminya kelak. Lantas bagaimana dengan Brandon? Seperti janjinya dulu, dia akan bersabar menunggu Janice menerima perasaannya. Entah kapan itu terwujud, Brandon sesungguhnya tidak tau. Tapi dia tetap bersabar. Toh Janice tetap menerima setiap perlakuannya dengan tidak ada
Read more

Kita sama-sama terus (END)

Tiga minggu kemudian... Kalender di atas meja kerja Dominic sudah menunjukkan lewat satu minggu dari masa aman Chalondra. In other words, sudah waktunya dia buka puasa. Dom sengaja mengundur waktu satu minggu agar Cha benar-benar siap dan tidak khawatir akan kondisi kesehatannya. [Daddy maunya aku pakai lingerie yang mana? Yang Victoria Secret atau yang Dior?] Salah satu pesan iseng dari Chalondra yang membuat celana Dom langsung mengetat. Sabar ya terong, sebentar lagi kamu bisa nyelup sepuasnya, katanya. [Surprise me, My little wife ], balas Dom. [Baiklah. Cepat pulang, Dad. Bibi dan Edric sudah mengungsi.] Ohhh, salahkan Chalondra jika Dominic memutuskan untuk segera pulang. Padahal tadi niatnya dia akan di kantor sampai jam lima sore. Ini masih jam dua siang tapi Chalondra sudah mengungsikan bayi mereka. Untuk apa lagi dia berlama-lama di kantor? Istrinya sudah sendirian di rumah. Dia membunyikan bel rumah dengan tidak saba
Read more

Extra part 1. Masih ingat Dion?

Dering ponsel menggema di kamar tidur bergaya minimalis dimana Chalondra sedang tidur siang bersama dengan bayi kecilnya, Edric. Seperti pesan Amber yang sedang menjaga mereka sekarang, Cha harus memanfaatkan waktu tidur Ed dengan ikut beristirahat demi mengganti jam begadangnya. Chalondra yang merasa terusik dengan bunyi tersebut pun terbangun dan meraih ponsel dari bawah bantal. Dia melihat suaminya memanggil dengan fitur video call. “Ya, Daddd?” Chalondra menjawab dengan suara parau sambil langsung mengarahkan kamera ke wajah Edric. “Kalian sedang tidur yaa?” “Hm-m." "Udah lama tidurnya?" "Baru, Dad. Setengah jam yang lalu Ed pup, aku baru ganti. Habis itu tidur lagi." “Oh, udah berapa kali pup sejak saya pergi?” “Dua kali, Dad. Banyakan pipis.” “Bagus lah. Udah kenyang 'kan dia?" "Hm. Udah kok, Dad." "Kamu mana mukanya, Cha? Saya mau liat muka kamu juga.” “Lagi ngantuk, Dad,” jawab Ch
Read more

EP. 2. Menjagamu.

Brandon mengangkat kepalanya dari atas paha Janice. Dion? Bukan kah Kinan, almarhum ibunya Janice dan Felisha, ibunya Dion, lsatu ayah biologis, yaitu opa Richard? Bagaimana bisa mereka berdua menjalin hubungan seperti itu? “Kau bercanda ‘kan? Kalian saudara satu kakek, Janice.” “Kami cuma berpacaran, apa salahanya?” Brandon sepertinya langsung kehilangan selera. Dia turun dari kasur dan keluar dari kamar Janice begitu saja. Ada sebersit rasa kecewa yang muncul di hati pria itu saat Janice menolaknya dengan cara berbohong yang seperti ini. Hah, mustahil dia dan Dion berpacaran. Amber saja sudah menceritakan semuanya. Janice tidak pernah berhubungan dengan laki-laki mana pun. Perempuan itu introvert dan sangat susah bergaul. Sebaliknya, Janice menghembuskan napas lega. Brandon mungkin akan kesal dan marah. Tapi jika itu yang dapat membuat laki-laki itu melonggarkan ikatan mereka, tidak apa-apa. Janice masih butuh waktu untuk meyakinkan dirinya akan hub
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status