Semua Bab My Possessive Sugar Daddy: Bab 101 - Bab 110

152 Bab

Aku akan menunggumu.

Somehow in Denpasar. Satu minggu lebih Anjar stay di kota itu untuk sebuah misi : membawa Reina pulang kembali bersamanya. Namun ternyata tidak semudah yang ia pikirkan. Hari itu, saat mereka kembali bertemu, Reina akhirnya setuju untuk membuktikan kata-kata Anjar yang ingin bermain ranjang tanpa pengaman. Hari itu sisa adonan brownies pun terbengkalai karena permainan mereka sambung menyambung hingga ke malam harinya.  Bersama-sama mereguk kepuasan di atas ranjang nyatanya belum cukup membuat Reina menjadi yakin akan ketulusan Anjar. Seakan mendapatkan karma, sekarang berganti Anjar yang terobsesi dengan wanita itu. Dengan kecantikannya, keuletannya, kelihaiannya di atas tempat tidur. Pria itu juga menyadari bahwa sekarang, dia tidak ada bedanya dengan Reina yang pernah dia jadikan sebagai pemuas nafsu dulu. Dia seperti sudah menyerahkan seluruh raganya bagi wanita itu meski Reina belum mau memberikan kejelasan atas hubungan mereka.
Baca selengkapnya

Reuni.

Chalondra dengan cepat berlari kala netra-nya berhasil menangkap sosok seorang gadis yang sudah belasan tahun menyandang status sebagai sahabatnya, Heidy. Sahabat yang belum mengetahui jika dia sudah kembali dari Dubai dan juga perihal akan kembali kuliah di kampus ini. Ya, Dominic akhirnya mengizinkan Cha kembali berkuliah di kampus yang sama saat sebelum diasingkan ayahnya ke Amerika. Setelah dipikir-pikir, dia tidak perlu terlalu khawatir perihal Bryan. Dia memilih untuk percaya jika Chalondra hanya mencintainya. Pria itu juga merasa kasihan jika Chalondra harus kuliah di tempat baru dan harus beradaptasi lagi. "DHUAR!" Chalondra menepuk kedua pundak Heidy dengan kencang, membuat sahabatnya itu shock setengah mati. Buku yang ada di atas pahanya terjatuh ke pavin blok, di bawah kakinya. Hampir saja dia menyemburkan sumpah serapah. Namun saat dilihatnya siapa yang datang, wajah kesalnya pun berubah menjadi wajah terkejut. "Cha!! Kamu!!" Tanpa ada yan
Baca selengkapnya

Main bola.

Chalondra shock berat. Hanya mendengar suara bariton itu saja, dia sudah sangat tahu itu siapa. Gadis itu tanpa sadar mendorong Bryan sampai pria itu nyaris terjengkang.Dominic menatap istrinya dengan tatapan yang menggambarkan beragam emosi. Namun yang paling ketara adalah marah dan cemburu. Keduanya bercampur menjadi satu. Saat Chalondra dengan cepat berlari ke arahnya, Dominic juga ikut melangkah maju ke depan dan mereka berdua berhenti di tengah-tengah."Dad, Dad, jangan salah paham dulu. Aku ... aku bisa jelasin." Chalondra langsung meraih tangan Dominic dan meremasnya. Entah bagaimana bisa Dom ada di tempat ini, Chalondra tidak sempat memikirkannya. Yang terpenting sekarang adalah, suaminya tidak boleh salah paham dengan apa yang di liat barusan.Dominic menatap nanar ke wajah pucat wanita itu. Jangan salah paham katanya? Bukan kah kedua matanya sudah melihat dengan jelas jika istrinya sendiri lah yang memeluk Bryan terlebih dahulu?"Ini baru hari
Baca selengkapnya

Hanya terpaksa.

Dua minggu berlalu setelah perjalanan Brandon dan Janice ke Bandung. Meskipun hingga saat ini Brandon belum mendapat jawaban dari wanita itu, dia tetap mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Janice demi membuatnya semakin yakin akan keseriusan Brandon. Mungkin, dari banyak orang yang berusaha mereka kelabui dengan masih bersikap jaga jarak di depan umum, Amber dan Chris ternyata cukup memahami hanya dengan melihat gesture tubuh dan cara mereka menatap satu sama lain. Keduanya tentu saja merasa ini sebagai hal yang sangat melegakan. Permintaan almarhum Kinan sepertinya akan bisa terwujud sebentar lagi. "Menurutmu apa mereka akan seperti Dominic dan Chalondra?" Amber yang sedang menonton televisi tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang cukup membuat suaminya terkejut. Chris Ellordi langsung meletakkan koran yang sejak tadi menutup setengah wajahnya. "Kenapa kau seperti tidak percaya kepada anakmu sendiri?" "Aku juga percaya kepada Chalondra. Tapi godaan
Baca selengkapnya

Aku mau.

Jika sebenarnya sudah tidak ada lagi cinta yang tertanam di hati Reina untuk Anjar, seharusnya dia tidak sampai se-nelangsa ini. Seharusnya, gairahnya tidak sampai drop seperti ini. Bisnis brownies kukusnya berhenti total semenjak Anjar pergi. Yang mana itu berarti sejak dua mingguan lebih yang lalu. Reina seperti kehilangan separuh nyawa dan seluruh semangatnya. Anjar pun sama sekali tidak menghubungi wanita kesepian itu. Seolah satu minggu yang mereka lewati bersama tidak berarti baginya. Bukan kah katanya dia cinta? Mengapa begitu cepat menyerah hanya karena Reina sudah menolaknya? Para tetangga kiri dan kanan kontrakan Reina mulai menyadari jika wanita itu jarang keluar rumah. Ellen adalah orang pertama yang menyambangi kediaman Reina setelah tidak memunculkan batang hidungnya selama hampir dua minggu. Reina yang tidak ingin menarik perhatian ketika Ellen mengetuk pintunya, terpaksa mengangkat tubuh dari atas sofa malas dan membukakan pintu. "Kak!
Baca selengkapnya

Merindukanmu.

"Jadi kau tidak pulang ke Jakarta?" tanya Reina kepada Anjar saat pria itu kembali ke ruang tamu setelah selesai dari dapur. Dia membawa sekaleng minuman soda dengan kadar yang cukup ringan."Hm. Kau sendirian di sini. Bagaimana mungkin aku pulang?" jawab Anjar sambil membuka penutup kaleng dan meneguk sedikit isinya. Setelah itu dia sodorkan kepada Reina tapi wanita itu menolak dengan halus. Kemudian Anjar duduk di sofa, lalu menarik tangan Reina supaya duduk di celah yang barusan dia ciptakan dengan membuat jarak di antara kedua pahanya. Wanita itu menurut, sama sekali tidak berkutik."Ceritakan, bagaimana kau bisa sampai ke lapangan voli tadi. Selama dua minggu ini kau bahkan tidak keluar rumah.""Ellen tadi ke sini. Katanya tetangga pada nyariin aku. Entah kenapa tadi aku seperti terdorong untuk menceritakan kegalauanku ke dia, karena seingat ku dia sempat melihatmu datang waktu itu. Setidaknya Ellen pasti tau siapa pria yang ku maksud. Kemudian, Ellen melih
Baca selengkapnya

Test pack.

Rutinitas yang dijalani Dominic dan Chalondra tidak membuat kemesraan keduanya berkurang. Sekali pun sedikit sibuk dengan proyek baru Inti Global, Dominic selalu memiliki cara agar punya banyak waktu dengan istri kecilnya itu. Setiap Chalondra sudah selesai kuliah, wanita itu datang ke kantor Dom. Menghabiskan waktu bersama sang suami sampai jam pulang kantor pun tiba. Sesekali Dom memilih untuk pulang duluan dan menjemput Cha langsung ke kampusnya. Baik di kantor mau pun di kampus, mereka selalu berhasil membuat gempar semua orang. Pasangan dengan perbedaan usia yang cukup jauh itu sudah terkenal sejak lama. Karena lamaran Dom di Times Square yang viral di dunia maya dan karena pernikahan mereka pun diliput media. Sebagai wanita yang sudah bersuami, Chalondra tidak bisa menampik jika kehidupannya sudah berbeda seratus delapan puluh derajat dari yang sebelumnya. Di usianya yang masih belia, dia dituntut untuk mulai menata diri. Memang tidak akan mudah, apalagi periha
Baca selengkapnya

Saya bahagia.

Sejak Dominic bangun, dia sudah melihat wajah Chalondra sedikit aneh. Sang istri seperti sedang bahagia karena selalu tersenyum. Saat memakaikan dasi untuk Dom, saat mereka sedang sarapan, saat di dalam mobil, Chalondra tampak jelas seperti sedang berbunga-bunga. Hal tersebut pun tentu saja mengundang rasa curiga dan penasaran Dominic. "Kamu kenapa, Chalondra?" Chalondra menoleh dengan senyum yang semakin lebar. Tapi kepalanya menggeleng. Artinya 'tidak kenapa-kenapa'. "Kamu sejak pagi senyum-senyum terus. Pakai baju dan sepatu pun sambil bersenandung. Kamu tidak ingin membagi kebahagiaan kamu dengan saya?" "Aku cuma habis nonton drama Korea, Dad. Tadi happy ending, jadi aku senang gitu." Dominic mengerutkan keningnya. "Seriusan?" tanyanya masih tidak percaya. Namun Chalondra tetap meyakinkan dia dengan mengangguk-angguk. "Jadi sekarang kamu senyum-senyum karena sedang memikirkan aktor Korea itu, ko sementara kamu sedang berada di samp
Baca selengkapnya

First chek up.

Dominic menarik pergelangan tangan Chalondra menuju lift vvip miliknya. Meninggalkan orang-orang dan perempuan aneh yang akhirnya memutuskan untuk pergi dengan menahan rasa malu yang begitu besar.Saat pintu lift tertutup Dom langsung menarik Chalondra lagi ke dalam pelukannya."Kenapa kamu tega menyimpan hal se-besar ini dari saya, Sayangku? Seharusnya kita mengeceknya bersama-sama tadi pagi.""No, Dad. Aku nggak mau Daddy bakal kepikiran semisal tadi hasilnya negatif. Untuk itu aku cek sendiri dulu."Dom menghujani puncak kepala Chalondra dengan ciuman penuh kasih sayang. Sesaat kemudian pintu lift terbuka. Dom menuntun Chalondra keluar dan membawanya masuk ke dalam ruangan. Dia memperlakukan istrinya itu seperti barang pecah belah."Duduk." Dom dengan hati-hati mendudukkan Chalondra di sofa. "Ceritakan apa yang kamu rasakan sekarang." Dom bertumpu di hadapan Cha, menekuk salah satu lututnya sehingga Cha menjadi lebih tinggi darinya."Belu
Baca selengkapnya

Chek in.

Kabar gembira atas kehamilan Chalondra pun langsung tersebar ke seluruh penjuru rumah sakit. Kejadiannya sama persis seperti saat Amber hamil Cha waktu dulu. Ungkapan bahwa dinding juga bisa mendengar, mungkin menjadi hal yang cukup bisa dimaklumi sebagai penyebab cepatnya kabar itu menyebar.Bukan dokter Elsa yang memberi tahu pada siapa pun, melainkan para perawat yang sesumbar menerka-nerka tujuan sang keluarga petinggi mendatangi divisi Obgyn. Seharusnya bisa saja banyak kemungkinan, namun sebagai orang awam yang tidak mau pusing, rata-rata langsung berasumsi jika Chalondra kemungkinan sedang hamil.Saat mereka berempat keluar dari ruangan VIP tersebut, semua mata tertuju kepada mereka dan tidak bisa berbohong, rasa penasaran semua orang terlihat begitu ketara. Tidak sedikit yang menaruh rasa iri melihat wanita muda seperti Chalondra memiliki suami se-tampan Dominic. Sudah cantik bak bidadari, dapat suami yang bak prince charming pula. Kebayang gimana paras anak me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status