Sejak Dominic bangun, dia sudah melihat wajah Chalondra sedikit aneh. Sang istri seperti sedang bahagia karena selalu tersenyum. Saat memakaikan dasi untuk Dom, saat mereka sedang sarapan, saat di dalam mobil, Chalondra tampak jelas seperti sedang berbunga-bunga. Hal tersebut pun tentu saja mengundang rasa curiga dan penasaran Dominic.
"Kamu kenapa, Chalondra?"
Chalondra menoleh dengan senyum yang semakin lebar. Tapi kepalanya menggeleng. Artinya 'tidak kenapa-kenapa'.
"Kamu sejak pagi senyum-senyum terus. Pakai baju dan sepatu pun sambil bersenandung. Kamu tidak ingin membagi kebahagiaan kamu dengan saya?"
"Aku cuma habis nonton drama Korea, Dad. Tadi happy ending, jadi aku senang gitu."
Dominic mengerutkan keningnya. "Seriusan?" tanyanya masih tidak percaya. Namun Chalondra tetap meyakinkan dia dengan mengangguk-angguk.
"Jadi sekarang kamu senyum-senyum karena sedang memikirkan aktor Korea itu, ko sementara kamu sedang berada di samp
Gagal romantisss.
Dominic menarik pergelangan tangan Chalondra menuju lift vvip miliknya. Meninggalkan orang-orang dan perempuan aneh yang akhirnya memutuskan untuk pergi dengan menahan rasa malu yang begitu besar.Saat pintu lift tertutup Dom langsung menarik Chalondra lagi ke dalam pelukannya."Kenapa kamu tega menyimpan hal se-besar ini dari saya, Sayangku? Seharusnya kita mengeceknya bersama-sama tadi pagi.""No, Dad. Aku nggak mau Daddy bakal kepikiran semisal tadi hasilnya negatif. Untuk itu aku cek sendiri dulu."Dom menghujani puncak kepala Chalondra dengan ciuman penuh kasih sayang. Sesaat kemudian pintu lift terbuka. Dom menuntun Chalondra keluar dan membawanya masuk ke dalam ruangan. Dia memperlakukan istrinya itu seperti barang pecah belah."Duduk." Dom dengan hati-hati mendudukkan Chalondra di sofa. "Ceritakan apa yang kamu rasakan sekarang." Dom bertumpu di hadapan Cha, menekuk salah satu lututnya sehingga Cha menjadi lebih tinggi darinya."Belu
Kabar gembira atas kehamilan Chalondra pun langsung tersebar ke seluruh penjuru rumah sakit. Kejadiannya sama persis seperti saat Amber hamil Cha waktu dulu. Ungkapan bahwa dinding juga bisa mendengar, mungkin menjadi hal yang cukup bisa dimaklumi sebagai penyebab cepatnya kabar itu menyebar.Bukan dokter Elsa yang memberi tahu pada siapa pun, melainkan para perawat yang sesumbar menerka-nerka tujuan sang keluarga petinggi mendatangi divisi Obgyn. Seharusnya bisa saja banyak kemungkinan, namun sebagai orang awam yang tidak mau pusing, rata-rata langsung berasumsi jika Chalondra kemungkinan sedang hamil.Saat mereka berempat keluar dari ruangan VIP tersebut, semua mata tertuju kepada mereka dan tidak bisa berbohong, rasa penasaran semua orang terlihat begitu ketara. Tidak sedikit yang menaruh rasa iri melihat wanita muda seperti Chalondra memiliki suami se-tampan Dominic. Sudah cantik bak bidadari, dapat suami yang bak prince charming pula. Kebayang gimana paras anak me
Sepanjang hari ini Brandon mondar-mandir dari ruang meeting dan ruang kerjanya sendiri. Hari ini setidaknya ada tiga meeting yang dia ikuti sejak pagi tadi. Meeting divisi marketing dan operasional, meeting dengan klien baru dari Kota Palembang dan yang terakhir meeting internal antar petinggi Cakrawala Paper. Sebagai calon direktur utama, Brandon selalu ikut memantau perkembangan perusahaan sekalipun sekarang dia masih fokus di bagian pemasaran. Selain meeting-meeting itu, dia pun harus mempelajari banyak dokumen yang membutuhkan approval-nya. Belum lagi memantau penjualan harian dari sistem yang ada di Mac Book-nya. PP Kesibukan itu membuatnya hampir tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan Janice. Memegang ponsel pun dia tidak sempat. Karena kalau dia sudah menyentuh benda tersebut, dia akan tergoda untuk menggoda Janice seperti biasanya. "Pak?" Dika, salah seorang supervisor-nya muncul dari balik pintu. Meski usianya sudah matang, menjelang empat puluh, jabatan
"Buka pakaianmu!" Baru juga Janice masuk dan ingin memasang sabuk pengaman dengan satu tangan -karena tangannya yang lain sedang menahan kemejanya agar tidak terbuka- Brandon langsung meneriakinya dengan sebuah perintah yang aneh. "U-untuk apa?" "Aku tidak suka kau disentuh laki-laki lain." Brandon berucap sambil memanjangkan tangannya ke jok belakang. Seingatnya selalu ada kaos cadangan miliknya di dalam paper bag. Diraihnya benda tersebut dan mengeluarkan selembar kaos hitam dan diserahkan kepada Janice "Pakai ini dan buang itu!" Janice melongo. Ini hanya kelepasan kancing dua buah, kenapa harus se-lebay itu? "Ini masih bisa dipasang lagi kancing yang baru, B! Tidak usah berlebihan." Brandon menarik tangan Janice yang menahan kancing kemejanya dengan paksa. Oke, ini sungguh tidak masuk akal. Tangan Brandon terlalu kuat sampai sekuat apa pun cengkeraman Janice di sisi-sisi kemejanya, dia tetap memisahkan kedua tangan wanita it
Malam ini kediaman Louis terlihat begitu ramai karena kedatangan keluarga Ellordi. Mereka sepakat mengadakan acara barbeque untuk merayakan kehamilan Chalondra. Chris, Amber, Brandon, Dominic, Chalondra dan Janice sudah ada di sana. Di taman belakang Miranda yang sudah disulap menjadi tempat yang nyaman untuk menghabiskan malam dengan daging dan juga bir. "Tante, aku masih belum terbiasa. Bagaimana mungkin kita malah menjadi besan?" Amber dan Miranda yang sedang mempersiapkan lalapan menjadi tertawa-tawa mengingat status mereka yang sedikit rancu sekarang. Berkat ulah Dominic dan Chalondra, sekarang status mereka adalah besan, bukan tante dan keponakan jauh lagi seperti sebelumnya. Karena Chris itu adalah putera dari Fransisco, sahabat Marcus. Itu lah sebabnya Amber menjadi serba salah jika berhadapan dengan Miranda. "Semua berkat libido anak semata wayang ku yang tidak pernah tersalurkan. Ha-ha-ha," tawa Miranda cukup keras. Begitu pun Amber yang semakin cengengesan
"Hoeeekkkkkk!!" "Hoeeeekkkk!!" Untuk yang ke sekian kalinya suara muntah itu terdengar dari kamar mandi yang ada di dalam apartemen Dominic dan Chalondra. Perut orang itu terasa begitu sakit. Seluruh makanan yang tadi sudah ia makan saat sarapan, keluar lagi dan berakhir di toilet. Seseorang melangkah dengan lambat ke arahnya. Tubuhnya yang mulai padat berisi tampak mulai kesusahan berjalan dengan cepat. "Ini, Dad." Chalondra menyodorkan beberapa lembar tisu kepada Dominic yang kembali terkulai lemah di lantai kamar mandi yang kering. Dominic meraih tisu dan membersihkan area mulut. Kemudian bangkit dengan perlahan untuk menekan flush toilet. Setelah itu dia berkumur dan sikat gigi. Setiap kali muntah, dia akan melakukan hal tersebut berulang-ulang. Tidak ingin mulutnya dipenuhi aroma tidak sedap akibat sisa muntahan. Chalondra memeluk Dominic dari samping. Sudah satu bulan suaminya itu terkena sindrom simpatik atau sindrom couvade. Ya
Sekujur tubuh Dominic kini membeku. Jantungnya seperti berhenti memompa darah ke seluruh tubuhnya. Napasnya tertahan begitu saja, melihat tim dokter dan perawat mondar mandir melakukan Z1 penanganan terhadap istrinya. Belum sempat Dominic melangkah untuk menanyakan kondisi Cha kepada salah seorang tim medis, kakinya sudah tidak kuasa lagi berdiri. Dalam hitungan detik, pria itu pun terjatuh ke lantai dan membuat perhatian orang-orang teralih. ***** "Dom." "Dom, wake up!" "Dom!" Suara-suara itu berebutan memanggil nama Dominic yang mulai terlihat sadarkan diri. Kelopak mata pria itu bergerak-gerak dan membuka secara perlahan. "Kau sudah sadar? Dasar payah!" Itu suara Marcus. Ayahnya. Di sebelah Marcus terlihat ada Miranda dan Brandon. Dom memegang kepalanya yang dirasa begitu sakit. Mencoba menganalisa di mana dia sekarang. "Aku di mana, Pa?" Bukannya tadi dia ada di ruang operasi Chalondra? "Kau di ruang
Proses persalinan secara caesar membuat fisik Chalondra masih lemah sampai sekarang, empat hari pasca persalinan. Dia masih di rumah sakit bersama bayi kecil dan bayi besarnya. Benefit rumah sakit punya keluarga sendiri membuat Chalondra merasa nyaman tinggal berlama-lama di sana. Amber dan Chris juga menetap di rumah sakit dan tinggal di kamar lain. Mereka sangat tau Chalondra membutuhkan banyak orang di sekelilingnya agar kesehatan psikis-nya tetap terjaga. Heidy juga datang setiap hari dan membuat keonaran di sana sini. 'Edricc ayo main sama tante, kamu ih tidur terus.' 'Dric Edriccc, tante punya siomay, mau nggak?' 'Edriccccc ya Tuhannnn, tante kok diompolin sih, Nakk? Kamu kalau mau pipis mbok ya ngomong-ngomong dulu to Nakkkk.' 'Tante, Edric ini kok mirip sama tetangga Tante yang di rumah ya?' Candaan tidak bermutu Heidy bisa dibilang menjadi hiburan Chalondra di tengah-tengah masa pemulihannya. Kekonyolan gadis itu muncul setela
(Yokk nangis berjamaah duluu hahahaaa.)HAHHH! FINALLYYY TAMAT JUGAAAAAAAAAA. AKU MEWEK NIHH NULISNYA HIKSSSSSSSS :( :(Nggak kerasa M.P.S.D ini sudah menemani kita selama 7 bulan yaaa (Mei-November 2021). Ahhhh, time fliessss.Masih ingat awal-awal aku ngerencanain novel ini, nggak ada persiapan yang matang sama sekali. Cuma mau cek ombak Goodnovel sambil nulis di aplikasi hijau (K.B.M). Karakter Dom dan Cha ini bahkan aku bikin ngalir aja, nggak ngarep banyak. Cover juga hasil crop foto random dari G**gle.TAPI SAMPAI SE-BOOMING INI, hikssss. Aku gak nyangka M.P.S.D sudah membawaku ke tahap ini. Bisa kasih penghasilan, buat namaku sedikit dikenal juga. Bisa bertemu dengan banyak pembaca yang sekarang udah aku anggap kayak saudara :( :(..GAIISSSS MAKASIH YAAAAAAA.WITHOUT YOU I'M NOTHINGGGG. ASLIII.Itu IG-ku yang Ootbaho baru berisi setelah ada Dom-Cha. F
"Buruan, B! Pesawat kita sudah mau berangkat!!""Don't push me, J! Siapa suruh kau tidak membangunkan aku!" Setelah menikah, Brandon jadi terbiasa memanggil istrinya dengan sebutan 'J' saja, sama seperti Janice yang memanggilnya dengan 'B'."Siapa suruh kau begadang? Sudah tau kita harus flight pagi!""Shiitt!" Brandon memaki dirinya sendiri yang bisa-bisanya menganggap sepele jam terbang mereka. Berharap tangan dan kakinya bisa bergerak dua kali lebih cepat sekarang. Janice pasti akan menggorok lehernya jika mereka ketinggalan pesawat. Dia tidak ingin diceramahi dua SKS jika tiket mereka hangus dan jika mereka harus beli tiket on the spot yang tentunya jauh lebih mahal.Sepanjang perjalanan Janice hanya diam karena pikirannya tidak tenang. Pergerakan mobil yang sudah sangat maksimal di dini hari tetap terasa begitu lambat baginya. Kenapa di saat genting seperti ini supir pribadi Brandon terkesan tidak lihai dalam membawa mobil?"J, kita tidak akan
Keesokan harinya, kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menghabiskan waktu seharian di hotel. Mereka bercinta, makan, tidur and repeat. Benar-benar menikmati hidup tanpa beban. Tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Baik keluarga maupun pekerjaan.Satu hari ini Janice merasa begitu dimanja oleh Brandon. Laki-laki itu sangat lembut baik dari tutur kata maupun caranya memperlakukan Janice. Sebaliknya, Brandon pun tidak ingin lepas atau jauh-jauh darinya. Persis seperti anak bayi yang ingin selalu berada di samping sang ibu.“I love you.”“I love you too, B. Sudah seratus kali loh ya. Aku bosan mendengarnya.”“What? Berani-beraninya?!” Bukannya tersinggung, Brandon malah menghujani pipi Janice dengan kecupan yang bertubi-tubi. Dia sepertinya sedang merasakan pelipatgandaan cinta setelah mereka resmi menjadi suami dan istri. Bagi Brandon, Janice adalah wanita sempurna yang membuat hidupnya lengkap, utuh dan bahagia. Di
Warning 21+ Yang fanatik agama tolong menyingkir, karena bab ini akan membuat anda pusing dang mual. Daripada lapor-lapor, mending sadar diri untuk out. Saya menulis bukan untuk tabungan saya di surga kelak. Paham ya? Buat yang udah nungguin belah duren manten baru, happy reading!! ***** Hari H pernikahan Brandon dan Janice sudah di depan mata. Gedung tempat diselenggarakannya pesta resepsi sudah dipenuhi oleh teman-teman sejawat Brandon dan rekanan bisnis semua keluarga. Keluarga Ellordi, keluarga Richard, keluarga Alexander. Janice dan Brandon benar-benar menjadi raja dan ratu sehari yang tidak berhenti menyapa semua tamu yang datang. Setelah kedua mempelai selesai berdansa, Janice mengganti sepatu pengantinnya dengan sepatu sneakers dengan sol sedikit tebal saat akan turun menyapa para tamu. Setidaknya tinggi tubuhnya bisa mengimbangi tinggi Brandon. Mereka menyapa teman satu sekolah yang memang diundan
"Brandon! Your hand!" Janice bolak-balik geram karena selama proses berganti di dalam kamar, Brandon seperti tidak sabaran ingin memijit betisnya. Sejak pulang dari konferensi pers tadi, pria itu kelihatannya sudah gatal ingin menyentuh tubuh calon istrinya.Brandon tidak perduli pekikan Janice. Dia menarik wanita itu ke atas kasur. Dress mahalnya sudah luluh ke lantai dan memang Brandon sengaja menunggu momen dimana dia hanya mengenakan sepasang pakaian dalamnya."B!""What?!" Brandon membalas seraya menaiki tubuh Janice dengan cara yang seksi."Wajahku masih penuh make-up! Aku mandi dulu, baru lakukan apa yang kau mau!""Tapi ada yang sudah mendesak ingin berdekatan dengan belahan jiwanya. Melihat kharisma mu di sepanjang acara tadi, jiwaku jadi meronta-ronta, Janice.""Kharisma yang bagaimana yang bisa membuat jiwa seseorang meronta-ronta? Aw! Brandon!" Janice memekik lantaran pria itu tanpa permisi menurunkan segitiga pengaman Janice. Da
Konferensi pers yang tadinya digelar hanya untuk klarifikasi hubungan antara Brandon dan Chelsea, nyatanya berubah menjadi konferensi pers besar-besaran karena Richard memutuskan untuk ikut tampil di depan media. Malahan setting tempat yang tadinya direncanakan di Cakrawala, kini berpindah ke kantor Richard, yaitu Rich Textile. Brandon dan Janice langsung saling beradu pandang lewat dinding kaca saat pesan dari Chris masuk ke ponsel mereka berdua, yang menyuruh keduanya untuk segera meninggalkan kantor dan hadir di konferensi pers. “Opa sepertinya ingin mengumumkan kamu sebagai penerus perusahaan.” Brandon menebak saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan Richard. “Aku … dengan tampilan yang seperti ini?” Janice langsung panik karena sekarang dia hanya memakai celana jins berwarna hitam dan kemeja biru muda. Itu juga lengan pendek. Jelek sekali! “It’s oke. Kita ketemu opa dulu. Siapa tau mereka sudah mempersiapkan yang terbaik untukmu.”
Janice menghembuskan napasnya ke udara bebas. Dia sedang berdiri di balkon dan menikmati udara pukul dua dini hari. Dia tidak bisa tidur. Di antara mereka, hanya Brandon lah yang berhasil terlelap satu jam yang lalu. Dia tidak bisa berhenti memikirkan semua hal. Pernikahan dan tanggung jawab yang baru saja dia emban sebagai penerus keluarga Richard. Dia sempat bertanya secara diam-diam kepada opa-nya, kenapa bukan Dion saja yang mengelola perusahaan? Tapi Richard menjawab kalau Dion sudah mendapat hak-nya, yaitu perusahaan yang ada di Jepang. Dan Dion sendiri yang meminta demikian, karena dia tidak ingin menetap di Indonesia. Sebentar lagi hidup Janice tidak akan sama lagi. Menikah dengan Brandon saja sudah akan membuat statusnya berbeda dengan rekan-rekan di kantornya, apalagi menjadi penerus Richard. Janice tidak tau apakah ini sebuah berkat atau malah sebuah petaka yang akan membawanya ke kehidupan yang serba rumit. "Kau belum tidur?" Tiba-tiba sua
Notes : Bab ini berisi Brandon-Janice, dan sampai tamat juga akan tentang mereka. Kisah Dom-Cha udah selesai ya gaes, di ige -ku juga udah aku info kalau ekstra part hanya untuk BJ, karena aku ga jadi bikin buku khusus mereka. Kalaupun aku bikin Dom-Cha sesekali, itu buat selingan aja. Jadi, yang ga suka Brandon-Janice, skip aja yaa, thank youu. Happy reading. ***** “Janice … wake up.” Janice merasakan pipinya ditepuk seseorang. Sayup-sayup juga dia mendengar namanya disebut dan orang tersebut menyuruhnya bangun sekarang. Itu suara Brandon. Kedua kelopak mata Janice terbuka dan didapatinya Brandon sedang duduk di tepi kasur. Sudah dengan celana boxer pendek yang menutupi bagian bawahnya. “Sudah sore, Sayang. Kau harus mandi,” ucap Brandon seraya tersenyum manis. “Om dan tante sudah pulang?” “Belum. Mereka sudah langsung ke rumah opa Richard. Dan kita disuruh ke sana sekarang.” Janice spontan terduduk. Selimut ya
"Kenapa kau sangat perhatian kepada Chelsea?" tanya Janice dengan nada yang sedikit curiga. Matanya memicing kepada Brandon yang duduk di sebelahnya. "What?" Pria itu pun tidak kalah kaget mendengar pertanyaan tunangannya. "Aku tidak salah dengar?" "Hm-m. Kenapa kau sepertinya begitu khawatir akan Chelsea?" ulang Janice seraya menatap Brandon yang sempat sesekali menoleh kepadanya. "Kau cemburu?" "Jelas. Aku tidak suka kau memikirkan wanita lain sampai sebegitunya. Apalagi sampai memikirkan nasib hubungan pertunangannya." Brandon langsung tergelak mendengar Janice yang tidak malu berterus terang. Gadis itu jelas-jelas sedang cemburu buta kepadanya. Ha-ha-ha. Menggemaskan sekali. Padahal tidak ada sedikitpun maksud tersembunyi di balik kekhawatiran Brandon kepada Chelsea. Murni hanya sudut pandang dia sebagai seorang laki-laki yang gentleman. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya melihat ini dari sudut pandang seorang pri