Home / Romansa / My Possessive Sugar Daddy / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of My Possessive Sugar Daddy: Chapter 81 - Chapter 90

152 Chapters

(Bukan) Malam pertama.

WARNING 21+++.  HARAP YANG GAK SUKA MENYINGKIRRRR.   . Chalondra belum pernah merasa selelah ini sebelum-sebelumnya. Bangun subuh dan beracara hingga malam hari membuat seluruh tubuhnya seakan remuk dan pegal. Mana sisa jetlag yang kemarin pun masih tertinggal. Mereka berdua, Dominic dan Chalondra, baru benar-benar bisa masuk ke kamar hotel mereka sendiri sekitar pukul sembilan malam. Acara resepsi sih kelar jam lima sore, namun tamu-tamu yang datang dari luar negeri dan merasa jarang pulang ke Indonesia, memilih untuk tinggal lebih lama. Mengobrol dengan Chris, Marcus, Fransisco, Brandon dan Dominic. Chalondra sendiri harus ikhlas meladeni ibu-ibu sosialita yang sudah sering dia jumpai saat ikut arisan ibunya. Saat memasuki kamar dan Dominic menutup pintu, kegugupan Chalondra kembali lagi. Ini adalah malam pertama setelah status mereka berubah menjadi pasangan suami istri yang sah. Chalondra tidak tau apa yang harus mereka l
Read more

Jatah Dominic.

Dominic terperangah mendengar kalimat yang barusan diucapkan Chalondra dengan setengah berbisik. Memakan terong yang bisa mengeluarkan mayonnaise? Maksudnya … dia? Dominic tersenyum sambil kembali melumat bibir istrinya yang masih kesusahan mengatur napas. Sepertinya klimkas yang baru dia dapatkan membuat seluruh oksigen di dalam paru-parunya menguap. “Katakan dengan jelas, apa maksud kamu, Chalondra.” Dominic menuntut sambil menekan pinggulnya di atas milik Chalondra yang masih basah. Matanya berkabut karena begitu menginginkan apa yang dikatakan istrinya tadi benar-benar terwujud. “I want you, Dad. In my mouth.” “Ohhhh,” Dominic langsung mendesah kasar. Dia melumat bibir Chalondra lagi dengan lebih agresif. Sedangkan Chalondra, kedua tangannya mulai menjalar masuk ke celah antara tubuhnya dan Dominic. Tangannya meraba-raba perut rata laki-laki itu dan memijitnya pelan. Dominic sengaja mengangkat pinggulnya agar Chalondra bebas melakukan aksinya di b
Read more

Negosiasi.

“Memangnya kenapa?” Dominic mengerutkan keningnya karena merasa tidak menangkap arti ucapan Chalondra barusan. Memangnya kenapa kalau dia sudah tidak minum pil KB? “Aku nggak mau hamil, Dad! Aku masih kuliah dan masih sembilan belas tahun! Kok masih nanya kenapa?" Wowowow! Apakah di luar sedang hujan deras? Karena Dominic merasa seperti baru disambar petir? Sebagian darahnya langsung naik ke puncak kepala. Oke, amarahnya jangan sampai tersulut juga. Chalondra sudah berteriak dengan nada tinggi, Dominic tidak seharusnya semakin memperburuk suasana. Dia pun bergerak dari kasur dan turun menghampiri istri kecilnya itu. Chalondra refleks mundur melihat Dom yang masih polos, turun dari kasur dan berjalan dengan ke arahnya. Dia tidak mau dimasuki lagi. Tidak! Dia tidak mau hamil! “Chalondra!” Dominic dengan cepat menangkap lengannya. Emosinya justru semakin tersulut melihat Chalondra yang ingin menghindar. Dia menarik istrinya itu kembali merapat ke tubuhny
Read more

Dubai, here we go.

Pagi keesokan harinya, Dominic dan Chalondra masih belum kunjung turun dari kamar mereka, padahal semua keluarga sudah menunggu untuk sarapan bersama. Sebuah ruang makan yang cukup besar sudah di booking agar cukup untuk semua orang. Fransisco dan Iriana, Marcus dan juga Miranda duduk berhadap-hadapan. Chris dan Amber berhadap dengan Ken dan Aliya. Sedangkan Janice dan juga Grace, berhadapan dengan dua kursi kosong yang disisakan untuk pengantin baru. Brandon sendiri duduk di bangku single yang ada ujung meja.   “Pengantin baru sepertinya baru kerja lembur. Apa kita harus membangunkan mereka?” Marcus berseloroh saat makanan mereka mulai dihidangkan.   “Seharusnya iya, karena mereka akan flight sore ini bukan?” Fransisco menyahut seraya meminta jawaban kepada Chris.   “Iya, Pa. Tapi kata Dom mereka akan berangkat kalau Chalondra sudah fit. Karena dia masih jetlag setelah kembali dari New York dan langsung pesta seharian.”
Read more

Burj Khalifa lt.160

Marcus kembali menjaga jarak dari istrinya, Miranda, setelah mereka meninggalkan hotel. Sungguh kekanak-kanakan jika mengingat usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Sudah hampir tiga minggu, sejak kejadian terungkapnya masa lalu Miranda dan Ares. Bahkan Ares sudah meminta maaf kepadanya dengan berbicara langsung empat mata. Entahlah, Marcus masih belum bisa menerima fakta jika dulu, sebenarnya Miranda tidak pernah memilihnya. Istrinya itu ternyata hanya terpaksa menerima perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka. Marcus bahkan sempat berbohong kepada Dominic di hari sebelumnya perihal pernikahan mereka. Dia tidak ingin puteranya itu tahu kalau kedua orang tuanya juga menikah karena perjodohan, sama seperti dia dan Reina. Namun ternyata, Dominic justru lebih dulu mengetahui kebenaran itu karena dia sudah bertemu dengan Sagara. Malahan, Dominic jauh selangkah di depannya karena dia terlebih dahulu mengetahui perihal Sagara yang merupakan darah daging Miranda juga. H
Read more

I love you more.

"Cha? Ka-kamu ... ngompol?"   Pertanyaan aneh dari Dominic membuat sakit kepala Chalondra langsung hilang begitu saja. Ngompol?? Ngompol apanya??   Gadis itu langsung terduduk menatap Dominic. "Siapa yang ngompol, Dad?"    Dominic mengarahkan dagunya menunjuk bagian bawah Chalondra. Gadis itu pun mau tidak mau melihat ke bawah. Melebarkan kedua pahanya untuk melihat kebenaran ucapan Dominic.    "Hah?? Ini kenapa?" Benar saja! Celana jins-nya yang berwarna biru langit kini sudah berubah warna menjadi biru tua. "K-kok bi-sa ya?" Chalondra bertanya seperti orang bodoh sambil mendongak ke arah Dominic yang masih berdiri di dekatnya.   "Mana saya tau, Cha. Kamu nggak sadar udah pipis tadi? Ya ampun! Jangan-jangan tadi pipis kamu ada yang ketinggalan di lift?" Dominic membesarkan keda matanya. Oke, dia mungkin sedikit berlebihan, tapi dia sangat senang melihat wajah ketakutan
Read more

Reina Anjar love story.

Denpasar, satu bulan setelah semua kebenaran terungkap. Reina tampak sedang berkutat dengan adonan kue dan puluhan loyangnya. Produk cemilan brownies kukus yang baru saja dia launching minggu kemarin mendapat respon baik dari warga setempat. Dua hari ini dia tidak bisa tidur karena memikirkan hari ini. Dia khawatir tidak bisa menyelesaikan pesanan lima puluh loyang brownies tepat waktu. Dia juga khawatir loyang-loyang terakhir akan mengalami penurunan rasa karena tenaganya sudah terkuras di awal. Tapi yang namanya demi uang, Reina tidak merasakan lelah meski sudah setengah hari berkutat dengan tepung dan telur. Tiga puluh loyang sudah selesai di packing, tinggal dua puluh lagi. Peluhnya menetes di dahi, namun cepat-cepat dia tepis agar tidak menodai adonannya. Reina mengontrak rumah kecil minimalis di tengah kota dan menjadikan kontrakan tersebut sebagai pabrik sekaligus kantor untuk bisnisnya. Tetangga kontrakannya terbilang cukup ramah karena mereka bersedia memban
Read more

Kado dari Louis.

Pagi pertama di lantai 160 Burj Khalifa. Dominic dan Chalondra masih terlelap di bawah balutan selimut tebal dengan posisi saling berpelukan. Setelah bellboy mengantar koper mereka kemarin, Dominic kembali ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi bersama sang istri. Ritual mandi yang harus membutuhkan waktu yang cukup lama karena mereka memilih untuk saling menggosok satu sama lain. Dominic dengan senang hati membalur seluruh tubuh Chalondra yang kecil dengan sabun, tapi Chalondra sendiri sedikit kesulitan karena tubuh suaminya yang besar dan kekar. Drama mandi itu pun semakin panjang karena Chalondra keasyikan memandikan si terong sampai bersih. Memang dasar bocah kurang kerjaan. Dengkuran halus Chalondra terdengar di bawah dagu Dominic. Saling menyahut dengan dengkuran Dom yang sedikit lebih keras. Ternyata, tidur berdua setelah sah menjadi suami istri, itu jauh lebih nyenyak dari pada saat mereka masih backstreet dan mencuri-curi kesempatan. Sekarang, Chalondra s
Read more

Baso urat.

Dominic dan Chalondra menghabiskan waktu seharian di apartemen Louis. Mereka benar-benar dibawa berkeliling apartemen dan memberi tahu semua hal yang perlu mereka ketahui sebagai pemilik baru unit itu nantinya. Padahal Dominic sudah menolak pemberian mahal dan fantastis tersebut, tapi Louis tetap memaksa. “Untuk apa, Opa? Kami juga akan kembali ke Indonesia setelah ini." Lagi-lagi Dominic ingin memberi pengertian dengan sopan. “Opa tidak ada pewaris lagi, Dom. Ini satu-satunya properti opa yang tersisa di sini. Nanti aset yang lain kita bicarakan saat sudah di Indonesia.” Setahu Dominic, Louis memang tidak punya keturunan lain selain ayahnya, Marcus. Biasalah, bule-bule jaman dulu itu sepertinya lebih fokus berbisnis dari pada memikirkan berkeluarga. Ayahnya Marcus juga tidak mau punya anak lagi setelah dia lahir. Jadi, Dominic memang satu-satunya pewaris di keluarga Louis. Tapi … apartemen di Dubai? Untuk apa? Belum tentu mereka akan sering ke tempat ini.
Read more

Infinity pool.

“Berenang?” Chalondra masih belum mengerti tujuan Dominic membawanya ke Address Beach Resort se-pagi ini. Resort dengan tinggi bangunan 293 meter yang terletak 300 meter dari Marina Dubai dan terkenal dengan infinity pool-nya. Apakah mereka akan benar-benar berenang? Tapi kan dia tidak membawa pakaian khusus untuk berenang? Dominic mengangguk. “Kolam renangnya ada di lantai tujuh puluh tujuh dan kita bisa menikmati pemandangan bagus sambil bermain air. Termasuk Burj Khalifa.” “Tapi aku nggak bawa baju renang, Dad.” Chalondra menyamai langkah cepat Dominic yang akan melakukan registrasi. “Kita bisa menyewa di sana. Nanti pakai yang tertutup. Saya tidak akan mengizinkan kamu memakai pakaian minim di sini.” Chalondra menggaruk kepalanya kebingungan. Mau berenang tapi pakai pakaian tertutup? Maunya bapak yang satu ini apa sih? Chalondra ingin protes lagi tapi dilihatnya Dominic sedang berbicara dengan resepsionis. Beberapa saat lamanya pria itu berdiri di
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status