Semua Bab Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Bab 81 - Bab 90

247 Bab

81. Rasa yang Tidak Seharusnya

    Perpisahan, suatu yang sangat menyakitkan ketika harus melepas, meninggalkan hal yang sangat berharga. Separuh hati yang pergi, meninggalkan segala rasa yang pernah singgah, tentu bukan hal mudah. Akan tetapi, ketika hati merasa lelah, melepas belahan jiwa adalah hal yang membuatnya bahagia, maka dengan berat hati memang harus melepasnya. senja dalam cinta, hanyut tenggelam ditelan kenyataan. Senyum itu melebur, melepas yang harus dilepaskan. Hati remuk redam menerima kenyataan, yang baru saja terjadi seolah semu, kebahagiaan yang terenggut sempurna, hilang seiring langkah mulai menjauh. Jalan yang ditempuh, bukan jalan menuju kenyataan manis, Akan tetapi, menapaki terjalnya jalan, sesuatu dari yang tidak dapat kita sentuh. Sakit, itu yang kini Kenzo rasakan, pelabuhan untuk tempatnya singgah sekejap. Kebahagiaan seujung kuku dia rasa. Terpaksa semua kembali pada luka tempat semua berasal. Bukan sebuah harapan hampa yang tidak bertepi, hanya rasa itu memang tidak sehar
Baca selengkapnya

82.Para Wanita

    Sore hari ketika Edzard baru saja menginjakkan kaki di pelataran rumah, terdengar suara riuh para wanita. Sang surya masih semangat bersinar meski sudah hampir memasuki waktu maghrib. Cahaya sang surya perkasa, menghujani langit yang kemudian berwarna kemerahan, sangat indah. Lukisan nyata dari sang kuasa. Edzard mendongak menikmati sejenak langit sore tersebut lalu dia tersenyum. Menatap ke arah pintu yang sedikit terbuka. Suara lantang Angel terdengar nyaring, diiringi tawa jenaka yang lain. Entah sejak kapan ke empat wanita tersebut menjadi akrab satu sama lain. Bahkan menurut pengakuan Rere, ada satu grup khusus di aplikasi FastaApp, aplikasi untuk berkirim pesan. Edzard membuka pintu rumah, gelak tawa semakin terdengar nyaring. Keempat wanita yang asyik mengobrol tersebut memandang ke arah Edzard, lelaki tampan tersebut mengerutkan kening melihat mereka kompak terdiam.      “Kenapa diam?” tanya Edzard.       Mereka buk
Baca selengkapnya

83. Orang Ketiga?

    Setiap kenangan pahit yang terlewat, tanpa sadar memberikan rasa sakit kembali selama puncak duka lara tersebut masih ada. Berada di tempat dan hadir pada masa yang salah. Benarkah rasa cinta itu salah? Jika demikian apa tidak pantas untuk merasa bahagia. Malam yang dingin berselimut kabut mendung hati. Hal paling berat bagi Evelyn kala terbangun dari lelap mimpi. Mengingat kehidupan pernikahan yang membuatnya tak berdaya. Malam waktu paling lama berlalu, berbagi kehidupan berharga, mengingat sang suami bukan hanya milikmu. Kehidupan Evelyn yang menyakitkan.      Beberapa kali dia terbatuk lantaran tenggorokan terasa kering. Evelyn menghela napas panjang, memantapkan hat. Kakinya pelan melangkah keluar kamar. Samar Evelyn mendengar erangan bersahutan dari kamar istri pertama sang suami. Sakit, sangat sakit, ketika sebuah hati dan raga harus terbagi. Evelyn mencoba legowo namun, tidak dengan perasaannya. Dia sakit hati, air mata meleleh membasahi
Baca selengkapnya

84. Lebih Baik Pergi

     “Kenapa harus sesakit ini.” Kalimat itu yang sempat terlontar dari mulut Kenzo sebelum dia dan Nayla berpisah. “Apa lebih baik aku menjadi seorang mualaf agar bisa menikahimu Nay?” tanya lelaki tersebut.       “Abang, rasa ini hanya sementara, itu tidak akan bertahan lama. Semua hanya rasa sesaat yang belum tersampaikan di masa lalu.” Begitu jawaban Nayla kala itu. “Untuk menjadi seorang muslim, itu bukan karena cinta pada sesama, Bang. Namun, harusnya itu niatan dalam hati Abang kepada sang pencipta,” imbuh Nayla.      Ucapan dan juga perhatian terakhir yang Kenzo ingat selalu, membuatnya memantapkan hati untuk pergi menjauh sebentar, menenangkan pikiran. Menghilangkan segala hal yang menyakitkan dengan mencoba berada di tempat yang baru. Kini lelaki itu tengah berada di bandara internasional. Langkahnya pasti, senyumnya terukir, meski sakit hati namun, kebersamaan sekejap itu Kenzo rasa menjadi penyemangat dirinya u
Baca selengkapnya

85. Merasa Bersalah

   Hidangan lezat tidak membuat Nayla lahap menyantapnya. Rasanya makanan yang masuk ke dalam mulut tidak dapat tertelan. Bukan hal mudah bagi Nayla untuk bisa beradaptasi dengan orang baru. Terutama tatapan yang membuat Nayla jengah. Akbar yang mengetahui kegugupan calon istri, dia meraih tangan Nayla dan mencengkram lembut di balik meja. Nayla tersenyum lalu melanjutkan makan bersama.     Nayla melongo, tidak hanya berhenti di situ. Mereka kini mengajak Nayla mengobrol santai dengan para wanita. Sedangkan pihak lelaki berkumpul di ruang berbeda membahas bisnis. Terpaksa Nayla berpisah dengan Akbar. Pemuda gagah itu terlihat mencemaskan sang calon istri mengingat para tantenya itu sangat menyebalkan. Perbincangan bisnis tidak berlangsung baik, Akbar lebih banyak diam menyimak tetapi pikiran ke arah Nayla. Saking frustrasinya, Akbar bangkit berdiri membuat para saudara memandang ke arahnya.      "Mau kemana Akbar?" tanya sang ayah.
Baca selengkapnya

86. Luka Hati

    Melihat sang suami memapah istri keduanya, Rere merasa cemburu. Wajar bukan, dia istri pertama Edzard. Ada sedikit rasa tidak suka melihat pemandangan harmonis itu. Mengapa wanita itu yang sang suami cintai, mengapa harus ada orang ketiga pada mahligai rumah tangganya, begitu berontak Rere dalam benak. Ah, semua kesalahan ada pada dirinya, bukan. Waktu lalu dia mengejar cinta lelaki brengsek, bernama Kenzo. Lelaki yang pada kenyataan sesungguhnya mencintai Nayla sang sahabat, orang terdekat Rere. Lalu kejadian tidak terduga, sebuah kesalah pahaman membuat ibu mertuanya menikahkan sang suami dengan Evelyn. Sungguh ironis, begitu bahagia Rere mempersiapkan pernikahan nan mewah, dia turut bahagia, bodoh. Memang bodoh, gadis itu masih menyimpan rasa pada lelaki lain. Hingga ijab qobul kedua yang sang suami ucap membuat dadanya mendadak sesak. Ah, rasa apa itu, Rere belum begitu peduli. Namun, gelebah itu semakin merasuk sukma ketik
Baca selengkapnya

87. Malam

   Sunyi, gambaran pada malam syahdu dimana angin malam sayup-sayup halus menyapa. Gerakan anggun Rere menapaki rerumputan di sekitar taman. Sesekali dia membenahi letak syal yang merosot ke bagian lengan. Edzard berjalan di sampingnya, sepasang suami istri itu nampak harmonis, senyum Rere mengembang. Sejenak Edzard menghentikan langkah, memandangi wajah sang istri dalam remang semburat cahaya candra yang mengguyur tubuh keduanya. Langit malam nan indah bertabur bintang menjadi saksi bisu keadaan yang sangat Rere ingin, berdua bersama sang suami. Egois benar memang egois, dia ingin merengkuh sang suami untuk dirinya sendiri, setidaknya untuk malam ini. Edzard membelai rambut panjang Rere yang tergerai indah menjuntai ke bawah. Lelaki itu mengecup kening sang istri. Gelayar aneh menjalar di tubuh keduanya, tatapan mereka bertemu pandang. Cukup lama, sampai akhirnya Edzard menarik tubuh Rere dalam dekap hangat.      Nyaman, wanita muda tersebut merasa
Baca selengkapnya

88. Serangan Fajar

    Hari masih gelap ketika Rere terbangun dari tidur, dengan keadaan masih polos. Sang suami sudah tidak lagi berada di tempatnya. Miris, dia tersenyum kecut, dada terasa sesak menyeruak, dia tidak menjadi istri Edzard sendirian, ada Evelyn di sisinya. Sepi, terasa hampa, Rere harus terima kenyataan pahit itu lapang dada, matanya berembun seketika. Dia beringsut bangun dari, ada rasa nyeri di area punggung dan perut, Rere menggigit bibir bawah, meraih selimut menutupi tubuh telanjangnya. Persetubuhan semalam lebih terasa luar biasa mengingat Edzard tidak menyentuh istri-istrinya beberapa hari. Rere sampai tidak bisa mengimbangi permainan Edzard yang lagi dan lagi. Dia tersenyum lalu menutup wajah dengan kedua tangan. Malu pada diri sendiri yang berpikiran mesum. Rere menyentuh area leher, kemudian dada dan lengan yang terasa sedikit perih. Gigitan juga cupangan Edzard masih membekas. Tubuh telanjang yang sangat mempesona itu juga masih Rere ingat dengan baik. Jantungnya m
Baca selengkapnya

89.Sedu Sedan

     Edzard terkekeh melihat tingkah laku menggemaskan Rere. Dia bangkit berdiri mencubit pipi Rere dengan gemas, lalu menciumnya bertubi-tubi. Rere meronta-ronta antara bahagia dan malu bercampur menjadi satu. Dekapan hangat sang suami, aroma parfum maskulin itu benar-benar terasa membahagiakan. Edzard menghentikan aksinya setelah mengecup bibir Rere. Dia mengajak Rere berdiri, menggandengnya hingga depan meja rias. Edzard mengeringkan rambut sang istri dengan hair dryer.      Rere tersenyum malu sedikit menundukkan kepala, ah, betapa bahagianya dia kini. Kalau boleh memohon, Rere berharap waktu berhenti sejenak agar waktunya dengan sang suami lebih lama lagi. Andai saja, sayangnya apa yang Rere harap tidak seperti apa yang dia inginkan. Istri pertama akan tetapi lebih seperti seorang selingan, seperti dibutuhkan ketika butuh saja, sakit tentu saja. Bukan Rere namanya jika tidak berusaha bertahan. Ketika cinta Kenzo dulu untuk Nayla, Rere pun b
Baca selengkapnya

90.Cemburu

   Rere menyibukkan diri dengan membantu Edzard merapikan beberapa dokumen, atas arahan asisten dari Devan—ayah mertuanya—yang kebetulan mampir. Edzard sendiri masih sibuk di ruangan bagian perencana. Bersama para staf, mengecek sekali lagi data yang akan dijadikan bahan meeting setelah ini. Lelaki itu membaur dan nampak serius membahas presentasi yang akan dibawakan salah satu anak buahnya. Seorang wanita cantik bertubuh sexy, tinggi semampai, rambutnya digulung ke bagian atas belakang kepala. Salah satu karyawan lama yang berada di kantor Edzard semenjak perusahaan kecilnya merintis.     “Bagaimana, ok tidak, Pak?” tanya wanita tadi yang duduk di kursi sebelah Edzard.      Edzard mencondongkan tubuh ke arah wanita itu, menatap lurus ke layar laptop si wanita lalu manggut-manggut, “Good,” jawab Edzard, “baik semua mari kita siap-siap, ayo semangat ya.” Edzard bangkit berdiri dari kursi bundar yang dia duduki. &nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
25
DMCA.com Protection Status