Semua Bab Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Bab 71 - Bab 80

247 Bab

71. Pertemuan Angel dan Helene

    Langit begitu gelap, rintik hujan yang turun sejak tadi cukup membasahi kota A. Edzard baru saja pulang dari luar kota. Dia sendirian, yah sendiri, untuk pertemuan di luar kota ini Edzard berangkat dengan Kenzo sore tadi. Jalan masih ramai, lalu lalang kendaraan umum masih terlihat di bawah guyuran gerimis. Matanya menyipit ke arah sebuah halte, dimana ada seorang wanita menggendong seorang anak di pangkuannya. Edzard tahu benar siapa wanita tersebut. Dia menepikan mobil di sebarang jalan.       "Helene, malam-malam begini apa yang dia lakukan," bisik Edzard di dalam hati masih memperhatikan dengan seksama.        Ingin berhenti, dia kebingungan, takut ada salah paham, lelaki tersebut kemudian berpikir sebentar. Mengingat halte itu dekat dengan kediaman Angel. Edzard dengan mantap menghubungi wanita itu. Keraguan yang dia rasa ditepis mengingat seperti melihat wanita yang menggendong seorang anak itu tampak menangis. D
Baca selengkapnya

72.Rere Merajuk

   Rere terbangun dari tidurnya, merasa tenggorokan kering, dia terbatuk. Wanita itu kemudian keluar kamar membawa gelas bening yang telah kosong. Dia hendak mengambil air minum. Langkahnya terhenti, begitu mengejutkan pemandangan yang meluapkan rasa sesak bercampur panas di dada, melihat suami dengan madunya sedang bercumbu mesra di dapur. Tanpa sengaja Rere melepas genggaman, membuat gelas yang dibawa jatuh ke lantai. Prang! pecahan gelas kaca itu menyebar di lantai. Tubuh Rere tiba-tiba lemas pikiran kacau, luruh air mata secara mendadak.      Wanita muda itu segera berlari meninggalkan tempat tersebut. Edzard dan Evelyn yang tengah bercumbu kasih terkejut mendengar benda terjatuh. Mereka menoleh ke arah suara. Hanya terlihat punggung Rere berlalu pergi. Evelyn menatap Edzard dengan ekspresi terkejut.      "Pergilah Bang, susul Rere, jangan sampai dia merasa sakit hati karena perbuatan kita," ucap Evelyn merasa bersalah.
Baca selengkapnya

73.Pilihan Hati

Udara dingin malam masuk lewat ventilasi. Rere setulus hati meminta maaf kepada sang suami atas tindakan kekanak-kanakan yang tidak memikirkan posisi sang madu. Dua wanita yang sebenarnya sama-sama merasa sakit hati.       "Tidak bukan kau yang bersalah tapi aku," kata Edzard. "Abang yang kurang bisa menjaga diri dan bertindak adil," sela Edzard menghentikan ucapan Rere.      "Tidak Rere yang bertindak kekanak-kanakan, tidak berpikir secara dewasa." Gadis tersebut mendongak.        Netra sepasang suami istri itu saling bertemu. "Kau baik-baik saja?" tanya Edzard.       Rere tersenyum, "Ya, saya sekarang baik-baik saja. Pergilah temui Mbak Eve, Bang. harusnya malam ini adalah malam kalian berdua bukan," ucap Rere dengan linangan air menggenang di pelupuk mata.     Edzard membimbing sang istri berbaring di tempat tidur. "Tidurlah!" perintah Edzard.   &nb
Baca selengkapnya

74. Para Mantan

    Saat jam makan siang, Edzard mengajak Eve dan Rere makan siang di sebuah resto, salah satu cabang milik perusahaan Edzard. Ketiganya makan dengan tenang. Edzard bangkit dari duduk membuat kursi yang diduduki berderit. Kedua istrinya memandang ke arah Edzard. Lelaki itu tersenyum, menoleh ke arah Rere juga Evelyn secara bersamaan.      "Abang ke dalam dulu melihat pembukuan resto," ujar Edzard.      "Iya, Bang," jawab Rere,sedangkan Evelyn hanya mengangguk dan tersenyum.      Edzard melenggang pergi berjalan masuk ke dalam meninggalkan kedua istrinya. Hiruk-pikuk orang berlalu lalang membuat suasana semakin ramai. Rere menatap Evelyn dengan canggung, dia hendak mengutarakan isi hati namun kebingungan. Evelyn tidak se
Baca selengkapnya

75.Antara Keduanya

   Suasana terlihat sedikit memanas antara para wanita yang bercengkrama. Edzard meminit pelipis dengan kedua ujung jari. Rasanya sangat penat, lelah, mendengar ocehan ke empat wanita di sampingnya. Seperti tidak ada lelahnya jika mereka membahas sesuatu yang Edzard anggap tidak terlalu penting. Lelaki itu melirik ke arah jam di tangan, hampir menunjukkan pukul satu siang. Saat Edzard hampir berpamitan. Terdengar suara khas anak kecil.     "Mama." Sekali lagi panggilan tersebut terdengar.     Semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara. Helen bangkir dari duduk dan berjalan mendekat. "Iya Sayang, Mama ada disini," ucap Helene.     Edzard menatap ke arah kedua istrinya, dia mengangkat tangan kanan lalu mengarahkan jari telunjuk ke arah jam tangan yang dia pakai. Rere beserta Evelyn yang duduk berdampingan saling pandang, lalu mengangguk. Mereka bangkit secara bersamaan.     "Ka
Baca selengkapnya

76. Kumpul Keluarga

   Edzard memeluk hangat tubuh dalam dekapannya, lelaki tersebut mengusap punggung Evelyn, mencoba menenangkan hati wanita tersebut yang penuh kecemasan. Edzard paham benar apa yang dirasakan sang istri, dia mencoba menyelami kegundahan Evelyn. Posisinya memang bukan hal yang menguntungkan kini. Mengingat dia tidak lagi bisa meninggalkan dua wanita dalam hidupnya, posisi Edzard yang serba salah. Yah, Edzard kini berada di posisi serba salah, melepas Rere bukan hal mudah. Mengingat gadis baik hati tersebut sudah memantapkan hati untuk bersamanya. Edzard yang lebih dahulu tergoda akan kemolekan Rere. Malam yang merubah segalanya, malam dimana Edzard secara sadar mengambil kesucian Rere.      ‘Aku yang terlalu tergoda pada kenikmatan itu, sekarang aku yang bersalah, menyakiti dua wanita sekaligus,’ bisik Edzard. “Semua salahku Eve,” ucap Edzard. Bibirnya terasa kelu, hanya kata maaf yang berulang kali dia lontarkan.     “Berhentilah me
Baca selengkapnya

77. Adik Kecil

    Ketika sebuah hubungan yang telah dipertahankan. Tidak akan mungkin mampu bertahan jika pondasi dari keduanya tidak sama-sama dipupuk, saling menjaga dengan baik. Saat diri tersesat dalam kesedihan. Kemudian secuil kekosongan itu akan membuat jiwa lain masuk. Lalu jalan mana yang akan ditempuh sebagai tempat untuk kembali. Hati gundah gulana tidak bertepi, seolah takdir sedang mengajak bercanda. Kehidupan tak ubahnya sebuah garis yang telah terencana oleh sang pencipta. Maka sudah sepantasnya aku kembali kepada haribaannya, bukan. Dengan bersungguh-sungguh, disepertiga malam ini aku memohon kepada sang pencipta.      “Ya Allah, Engkau yang mampu membolak-balik hati manusia. Ketika rasa itu terlanjur ada pada satu hati yang bercabang. Maka hancurkan saja salah satu rasa yang salah. Sebelum berkembang pesat dan tidak mampu melepas keduanya,” ungkapku kemudian meraupkan tangan ke arah wajah. “Amin, aamin ya rabbal alamin,” imbuhku kemudian.
Baca selengkapnya

78.Sahabat Brengsek

    Rere menghela napas panjang, aku melepas pelukan. Kemudian membalikkan tubuhnya. Tatapan begitu tenang, dia tersenyum manis, aku membalas senyum itu. Aku meraih segelas susu tadi, lalu berjalan ke dekat meja makan. Derik kursi terdengar nyaring ketika ditarik untuk duduk. Rere memperhatikanku dengan tatapan yang entahlah, tidak dapat digambarkan dengan kata.      “Kemarilah!” perintahku menepuk-nepuk paha, dimana aku masih mengenakan sarung. Rere tersenyum, ah sebuah senyum yang sangat manis. Wanita muda tersebut duduk di pangkuan. Aku menyesap susu hangat di dalam gelas lalu menyisakan sebagian untuk Rere. Gadis itu kembali tersenyum, dia meraih gelas susu yang aku ulurkan dan meminumnya sedikit demi sedikit.      “Tidak seperti itu juga, Bang,” kata Rere menjeda, “mau mendengar cerita saya?” tanya Rere.      Aku memeluknya, “Katakanlah,” ujarku.     Rere kemudian menceritakan dari
Baca selengkapnya

79. Perubahan

   Dalam hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak bisa menghakimi, semua mempunyai pilihan masing-masing, sebagai orang terdekat hanya bisa menasehati juga memberi saran. Selebihnya pilihan ada ditangan masing-masing. Masalah yang datang membuat seseorang menjadi lebih baik dalam bersikap. Usai pagi tadi menemui Kenzo, dimana ini demi seorang adik yang aku sayangi. Siang ini aku menemui calon suami Nayla, yaitu Akbar, aku mengajaknya bertemu di sebuah resto. Sejalan dengan apa yang terjadi, aku ingin berusaha meyakinkan, agar hubungan mereka baik-baik saja. Disinilah kami sekarang, duduk berdua menikmati santap siang, lebih tepatnya hanya aku. Akbar terlihat ogah-ogahan, hanya mengaduk-aduk nasi di dalam piring.      “Makanlah, aku tidak akan mengobrol denganmu jika kau tidak habiskan makananmu!” perintahku.
Baca selengkapnya

80.Memberikan Waktu

     Menjelang siang, Nayla mengganti pakaian yang lebih rapi, hari ini dia libur kuliah. Hati sedikit lega usai menceritakan sebagian masalah kepada Edzard. Sang kakak bahkan membantunya untuk berbicara dengan Akbar. Ada sedikit rasa was-was takut lelaki itu tidak mempercayainya, Nayla hanya meminta sedikit waktu kepada Akbar untuk menyelesaikan urusan dengan hatinya. Masa lalu yang membuat terbelenggu, Nayla ingin melepaskan segalanya. Tidak butuh waktu lama, gadis tersebut keluar dari kamar dengan cantik, mengenakan dress overal warna orange dipadukan dengan blazer warna biru cerah. Flat shoes yang dia kenakan sesuai dengan warna tas selempangnya. Kenzo menantinya dengan tidak sabar, dia tengah duduk di sofa ruang tamu. Kedua netra Nayla dan kenzo saling bertemu, mereka melempar senyum. Kenzo begitu terpesona wajah ayu Nayla.        “Kita pergi sekarang!” ajak Kenzo.       “Iya,” jawab Nayla. Mereka berjalan beriri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
25
DMCA.com Protection Status