Rere menghela napas panjang, aku melepas pelukan. Kemudian membalikkan tubuhnya. Tatapan begitu tenang, dia tersenyum manis, aku membalas senyum itu. Aku meraih segelas susu tadi, lalu berjalan ke dekat meja makan. Derik kursi terdengar nyaring ketika ditarik untuk duduk. Rere memperhatikanku dengan tatapan yang entahlah, tidak dapat digambarkan dengan kata. “Kemarilah!” perintahku menepuk-nepuk paha, dimana aku masih mengenakan sarung. Rere tersenyum, ah sebuah senyum yang sangat manis. Wanita muda tersebut duduk di pangkuan. Aku menyesap susu hangat di dalam gelas lalu menyisakan sebagian untuk Rere. Gadis itu kembali tersenyum, dia meraih gelas susu yang aku ulurkan dan meminumnya sedikit demi sedikit. “Tidak seperti itu juga, Bang,” kata Rere menjeda, “mau mendengar cerita saya?” tanya Rere. Aku memeluknya, “Katakanlah,” ujarku. Rere kemudian menceritakan dari
Baca selengkapnya