Home / Romansa / Godaan Memikat Lelaki Penguasa / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Chapter 51 - Chapter 60

247 Chapters

51.Ciuman Rere

     Edzard mengerutkan kening mencerna kalimat yang dilontarkan Rere. Gadis itu ingin tidur dengan 'dipeluk' olehnya. Lelaki itu malah berpikiran hal yang tidak-tidak. Otaknya berjalan-jalan, terisi adegan ketika Rere dan Kenzo berciuman di ruang tengah. Bayangan tersebut  mengusiknya, Kenzo berpikir keras mungkinkah sang istri tengah menginginkan belaian lelaki mengingat sudah beberapa bulan ini tidak bersentuhan dengan Kenzo. "Kalian berdua tidak bermesraan tadi? Kulihat kau dan Kenzo berduaan cukup lama," ujar Edzard menatap Rere dengan wajah tanpa dosa.       Bruk! Bantal langsung mendarat ke wajah Edzard, "Abang kira saya cewek apaan?" pekik Rere beringsut bangkit, bibirnya manyun ke depan. "Usai kita melaksanakan ijab waktu itu, Rere sudah berusaha menjadi istri yang baik dengan tidak bersentuhan dengan lawan jenis," pekik Rere, matanya mu
Read more

52. Duka Cita

    Malam sudah begitu larut, langit hitam pekat di atas sana nampak mendung, dedaunan yang terseok-seok tertiup angin. Udara semakin dingin mengusik, tangisan memecah keheningan pada dini hari. Tangis kehilangan yang mereka rasa membuat sebagian orang keluar dari rawat inap. Menonton adegan menyayat hati. Kehilangan seorang yang disayangi adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Nenek Rere menyembuhkan napas terakhirnya. Ibu Rere menangis dalam pelukan sang suami. Sedangkan Rere, tubuhnya luruh ke lantai ketika keranda tersebut dimasukkan ke dalam mobil jenazah.     Saat itu Rere yang baru turun dari mobil langsung berlari ke arah kedua orang tuanya yang berada di tempat parkir. Menatap tubuh terbujur yang telah tak bernyawa lagi. Edzard berlari mengejar sang istri, dia duduk di lantai kotor kemudian memeluk Rere dengan erat. Evelyn ikut menangis. Keluarga Edzard
Read more

53.Mungkinkah Cinta?

   Edzard menegakkan tubuhnya, dia dan Rere saling pandang. Lelaki tersebut menganggap apa yang dilakukan Rere adalah tindakan refleks. Bahkan gadis tersebut juga tidak canggung untuk memeluknya di tempat umum. Edzard masih menatap lekat wajah gadis manis di hadapannya, bibir menggoda Rere, yah berbeda dengan ciuman waktu itu. Bibir yang hampir membuatnya terlena. Edzard menghela napas berat lalu tersenyum. "Tidak apa, ambillah apa yang ingin kamu beli, oh untuk lingerie tadi ambil juga warna hitam, aku juga ingin membelikan untuk Evelyn," imbuh Edzard mengacungkan jari telunjuknya ke arah warna hitam. Yah, fokus Edzard masih pada Evelyn sehingga apa yang dilakukan Rere tidak digubris. Cinta yang tumbuh dengan indah, terpupuk dengan penyatuan keduanya yang sama-sama untuk pertama kali.      Lalu, bagaimana dengan Rere, sakit, itulah yang dia rasakan. Dadanya berdenyut ngilu mendengar Edzard mengucap nama madunya, meski berada dalam hubungan tanp
Read more

54.Merindukan Evelyn

   Rasa yang begitu manis layaknya coklat, membuat candu untuk kembali melakukannya. Pantas bilamana hal tersebut sering diartikan sebagian orang sebagai surga dunia. Aku terlalu larut dalam bayangan nyata yang pernah terasa. Siang hari usai melangsungkan ijab qobul yang kedua dengan wanita yang akhir-akhir ini membuat aku berdebar, membuat pertahanan runtuh. Tubuh yang begitu lembut dengan aroma khas yang menyeruak. Tatapan mata sayu ketika kami saling memandang, perangainya masih sangat jelas terngiang. Ah, suara yang keluar dari bibir sexy itu benar-benar membuat aku gila.     Ingin aku memeluknya sekarangsekarang namun, aku harus bersabar, tak elok rasanya memikirkan kesenangan sendiri. Sedang melihat gadis manis yang sudah seperti adikku sendiri, lebih tepatnya istri tuaku, saat ini sedang berduka. Keluarga besar besanku baru usai melaksanakan selamatan tujuh hari meninggalnya nenek Rere. Gadis itu kembali menangis di sudut ruang tengah yang mul
Read more

55. Ikhlas

     Poligami, tidak ada sebersit pemikiran untuk akhirnya memiliki dua istri. Terlebih Rere sudah aku anggap seperti adik sendiri. Keputusan menikah kami yang tiba-tiba lantaran keinginan almarhum Nenek Rere. Membuat kaminter belenggu dalam hubungan yang sulit diartikan. Terlebih, sekarang aku telah mencintai Evelyn. Aku menarik napas panjang nan berat. Rasa begitu sesak di dada, mana mungkin aku menyakiti hati dua wanita terlebih, Evelyn, wanita yang kini aku cinta. Aku meraup wajah dengan kedua tangan, gusar sudah pasti. Pembicaraan yang sangat berat terasa memusingkan.      "Saya tidak akan sanggup menjalani ini, saya tidak mungkin bisa adil kepada kedua istri saya," tegasku masih berusaha sopan.     Ibu mertua meraih tanganku, "Nak, kamu lelaki yang baik, kami percaya kamu bi
Read more

56.Bimbang

    Diamnya membuat aku semakin khawatir, setelah panggilan berakhir, aku terus memikirkan Evelyn. Kepala terasa berdenyut, hati ikut sakit, mungkinkah sekarang dia sedang menangis sendirian di rumah. Aku menghela napas panjang kemudian berjalan masuk kembali ke dalam rumah Rere. Kulihat mereka masih berkumpul di ruang tengah. Mereka menatapku dengan serius, membuat diri ini semakin canggung. Kutelan saliva dengan susah payah. Langkah ini pun tepat berhenti di hadapan mereka.       "Ayah, Ibu, saya berencana pulang malam ini juga," tuturku.       "Hari sudah malam, tidak kah lebih baik besok saja, Nak?" tanya ibu Rere.      "Saya mengkhawatirkan istri saya, maksud saya mengkhawatirkan Evelyn," ucapku gelagapan.        "Mari kita pulang Bang," ujar Rere kemudian.       "Tapi Nak … ." kalimat wanita paruh baya tersebut terhenti. 
Read more

57.Penyatuan Edzard dan Rere

    Aku masuk kembali ke dalam kamar Rere, meletakkan nampan berisi segelas susi. Betapa terkejutnya ketika aku menoleh ke raja ranjang. Rere berdiri di sampingnya, dia melepas gamis dan telah berganti mengenakan lingerie warna merah nanti sexy yang dia beli beberapa waktu lalu. Tubuh mulusnya terpampang menggoda, aku menghela napas berat. Berjalan ke arah ranjang meraih selimut untuk kemudian menitipkan badan tubuh yang menampakkan dada bagian atas itu.        "Pakailah pakaian hangat, sudah mulai dingin udaranya," ujarku.       "Bang, tidak bisakah kita coba jalani kehidupan rumah tangga ini. Tidak bisakah Abang menganggap aku sebagai wanita, sebagai seorang istri bukan seorang adik?" keluh Rere. Linangan bening air meleleh di pipi mulusnya.      Ucapannya terasa seperti rajam yang menghantam tubuh. Aku paham benar dia istriku namun, dia milik Kenzo. Tangan halus Rere merangkum wajah ini, dia
Read more

58.Cinta Untuk Evelyn

   Evelyn menatap dengan sendu, senyumnya terlihat terpaksa. Wanita itu menundukkan kepala, aku beralih menatap mantel tidur, rupanya bagian dada terlihat, ada beberapa cupangan dari Rere, ah, istri keduaku melihatnya. Wanita itu masih menunduk ketika aku berjalan mendekatinya. Tangan halus itu kuraih dan ku gandeng memasuki kamar. Kupeluk erat tubuh langsingnya, harum sampo menyeruak ketika aku mendekatkan wajah di kepala bagian samping. Dia menangis, ku elus rambut yang sedikit bergelombang. Evelyn membalas pelukanku dengan erat, rasa sakit itu, yah dia pasti merasakan sakit hati.       "Saya sudah berusaha ikhlas Bang, tapi rasanya masih sakit, maaf jika saya egois, berikan saya waktu itu menangani perasaan saya," ujar Evelyn.       "Maaf Sayang, maaf," ucapku kebingungan.      "Jangan meminta maaf Bang, ini bukan salah Abang," ujar Evelyn lagi, sangat menyakitkan hati.    &
Read more

59.Antara Dua Wanita

    Udara terasa dingin menusuk, Evelyn mengenakan piyamanya kembali. Dia membuka gorden dan jendela kamar, menutup mata sejenak menikmati sapuan angin menyapa wajah. Wanita itu kemudian berjalan keluar menuju ke kamar istri pertama sang suami. Pelan dia membuka pintu, senyumnya mengembang melihat Rere masih meringkuk membalut tubuhnya dengan selimut tebal. Evelyn mengedarkan pandang, menyusuri ruangan bercat pink tersebut, dua membuka tirai juga jendela, lalu kembali berjalan ke arah ranjang, duduk di sudut.       "Mbak Rere bangun," ucap Evelyn menepuk pipi halus Rere dengan jemari.       Rere yang merasakan benda dingin menempel di pipi kemudian bangkit, mengerjap-ngerjapkan mata. "Mbak Eve," ujar Rere.       "Selamat pagi Mbak," ujar Evelyn mengulas senyum.       "Panggil Rere saja, Mbak Eve kan lebih tua dari saya, tidak enak mendengarnya," keluh Rere manja.
Read more

60.Sandaran Hati

    Rere yang tengah mengenakan dress berhenti merapikan bagian bawah, dia beringsut bangkit dari duduk kala mendengar penuturan sang suami. Bagaimana bisa Edzard mengatakan apakah dirinya menyesal telah melepas hal berharga miliknya untuk sang suami. Rere duduk di pangkuan Edzard, dia memeluk tubuh yang terasa hangat dan mendamaikan. Gadis itu menutup mata sejenak, memberanikan diri merangkul ke leher sang suami.     "Saya tidak menyesalinya Bang, dan tidak akan," ujar Rere menatap sayu.     Edzard menundukkan kepala lalu melumat bibir miliknya dengan lembut. Satu hal yang Rere sadari, Edzard satu-satunya tempat bersandar. Ketika bersama Kenzo, dia berusaha menjadi sempurna. Namun, bersama Edzard Rere tidak canggung tampil apa adanya. Gadis yang selalu merengek manja. Napas keduanya tersengal, Edzard menyatukan kening dengan Rere, embusan hangat itu saling menyapa wajah. Edzard tersenyum menutuo mata sebentar kemudian menarik
Read more
PREV
1
...
45678
...
25
DMCA.com Protection Status