Evelyn menatap dengan sendu, senyumnya terlihat terpaksa. Wanita itu menundukkan kepala, aku beralih menatap mantel tidur, rupanya bagian dada terlihat, ada beberapa cupangan dari Rere, ah, istri keduaku melihatnya. Wanita itu masih menunduk ketika aku berjalan mendekatinya. Tangan halus itu kuraih dan ku gandeng memasuki kamar. Kupeluk erat tubuh langsingnya, harum sampo menyeruak ketika aku mendekatkan wajah di kepala bagian samping. Dia menangis, ku elus rambut yang sedikit bergelombang. Evelyn membalas pelukanku dengan erat, rasa sakit itu, yah dia pasti merasakan sakit hati. "Saya sudah berusaha ikhlas Bang, tapi rasanya masih sakit, maaf jika saya egois, berikan saya waktu itu menangani perasaan saya," ujar Evelyn. "Maaf Sayang, maaf," ucapku kebingungan. "Jangan meminta maaf Bang, ini bukan salah Abang," ujar Evelyn lagi, sangat menyakitkan hati. &
Read more