Langkahnya gontai, entah berapa gelas dia minum. Namun, tingkahnya ini mirip orang mabuk yang habis minum banyak. Sepertinya tubuh Eve memang tidak memiliki toleransi pada alkohol. Dia semakin meracau, bernyanyi lagu yang aku sama sekali tidak tahu, suaranya lirih, namun terdengar merdu. Aku bergegas keluar lift hendak membawa ke kamarnya. Baru aku sadar ada Nayla di sana. Kepalaku pusing memikirkan, apa kata Nayla jika dia tahu Eve seperti ini. Masih dilanda kebimbangan, Eve kembali merangkulku, kali ini kedua tangannya bergelayut di leher. Tatapannya terlihat sayu namun menggetarkan hati. Aku benar-benar tidak sanggup mengelak pesonanya. Kewarasanku hampir hilang, dalam hati kecil menolak. Namun, kaki ini malah melangkah berjalan masuk ke dalam kamar. Badan terasa sangat panas dingin seketika, jantung, yah, jantung ini semakin meronta-ronta dengan letupan tidak beriramanya. Aku membimbing Evelyn duduk di pojok ranjang, memeja
Baca selengkapnya