Sekali lagi teriakan Evelyn terdengar melengking, ada kebahagiaan tersendiri menggodanya, seperti sebuah hiburan. Tawa ini meledak, menggema ruang kedap suara, melihat wajah cantik itu kebingungan. Kulit lembut pipinya itu sangat halus terasa, kala tangan ini menyentuhnya. Aku tengah duduk di pojok ranjang saat ini, menatap wajah wanita yang seharusnya tidak aku sentuh. Namun, naluri lelaki dalam diri meronta-ronta. Terbesit rasa bersalah, ada hati seorang istri yang harus aku jaga. Rere, gadis cantik itu, meski pernikahan kami bukan sesuatu hal yang, entahlah. Sulit menjabarkan dengan kata, napas ini terasa berat terhela. Aku kembali menatap Evelyn, manik mata kami bertemu pandang. Wajah cantik itu cukup menyita perhatian, ada gejolak rasa yang menyergap dada. "Berhentilah berteriak, dan pergilah mandi Eve," ucapku lirih.
Read more