Home / All / MY HUSBAND IS A TRAMP! / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of MY HUSBAND IS A TRAMP!: Chapter 1 - Chapter 10

13 Chapters

PROLOG

Di sebuah jalan di Kota Melbourne, Australia. Terdapat seorang gadis berambut hitam panjang terurai yang berpakaian layaknya pekerja kantoran pada umumnya.Yaitu rok span putih yang dipadu dengan kemeja kasual berwarna cokelat. Selintas pakaian itu terlihat sangat cocok untuknya."Ah, capek banget hari ini," gerutu gadis itu lumayan keras.Wajahnya tampak kusut dan kusam, sepertinya dia memang sudah sangat berusaha keras untuk hari ini. Namun, meski penampilannya terlihat lusuh seperti itu. Si gadis tetap saja terlihat cantik dan menawan, seolah-olah semua itu tadi tidak mampu untuk menutupi kecantikannya. Baik dalam keadaan lusuh dan dekil sekalipun.Di antara banyaknya orang yang berlalu lalang di sana, hanya gadis itulah yang paling kelihatan menonjol dibandingkan yang lain. Bagaimana tidak, gadis itu memiliki wajah sangat manis dan cantik.Gadis berdarah campuran itu terlihat sangat menawan deng
last updateLast Updated : 2021-04-27
Read more

Chapter 1 : Annandya Jovanka

"Miss Anna, berkas-berkasnya sudah kamu berikan kepada Pak Lucas?" tanya seorang wanita paruh baya kepada bawahannya."Sudah semua, Bu," jawab gadis itu."Bagus, hanya itu yang ingin saya tanyakan. Kamu boleh kembali bekerja," ucap sang manajer."Baik, Bu."***~Anna POV~Akhirnya, Bu Joanna pergi juga dari ruanganku. Sudah cukup aku menahan napas sedari tadi, suasana terlalu tegang bila beliau hadir di sini. Jangan salah paham, Bu Joanna sangat baik kepada kami para bawahannya. Namun tetap saja, ketika menyangkut tentang pekerjaan. Beliau akan berubah menjadi seseorang yang sangat tegas dan disiplin."Hei, kau baik-baik saja Anna?" tanya Julian rekanku di sini dengan khawatir.
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

Chapter 2 : Hari Tersial

"Anna, aku mau nyobain yang rasa vanilla," pinta Julian padaku."Ini, ambil saja punyaku," ujarku sembari menyerahkan es krim milikku ke hadapannya."Woah, thank you, dear. Gak mau nyicip punyaku juga?" tanyanya."Nggak, ah. Aku nggak terlalu suka cokelat," jawabku. Aku lebih suka rasa vanilla, dibandingkan cokelat. Entahlah, dari dulu aku memang tidak terlalu menyukainya. Terasa aneh saja di lidahku, makanya aku enggan untuk menyicipi es krim rasa cokelat milik Julian."Dasar aneh, padahal cokelat itu enak banget loh," sindirnya padaku."Kan emang nggak suka, mau diapain?" tanyaku menantang."Anna, ih..."Yah, mulai lagi deh merajuknya. Aku heran, kenapa orang-orang di kantor sering kali menghindari Julian. Kata mereka dia galak, tapi coba lihat sekarang. Yang ada Julian itu identik dengan anak kecil, sifatnya saja sebelas dua belas dengan an
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

Chapter 3 : Pertemuan Pertama

Aku curiga, pasti ada seseorang yang dengan sengaja menjebakku. Entah apa yang menjadi alasan si pelaku untuk menjebakku. Tapi aku harus berterima kasih padanya nanti. Berkat dia, aku sekarang sudah memutuskan untuk memberi password pada komputerku. Agar kejadian yang sama tidak kembali terulang."Anna, aku minta maaf soal yang tadi. Aku bukannya bermaksud untuk meninggalkanmu bersama Liam. Tapi karena aku sudah berjanji untuk membantunya mendekatimu makanya—""Sudahlah jangan dipikirkan, Julian. Aku sudah melupakannya," potongku.Setelah itu, aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang kualami tadi kepada Julian. Aku memang sedang tidak ingin membahas soal Pak Liam di sini. Aku hanya sedang pusing memikirkan masalah yang kuhadapi kali ini."Tapi, bagaimana dengan kejadian yang barusan. Siapa sebenarnya yang tega melakukan itu kepada Anna
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

Chapter 4 : Panggil Aku Al

"Kau mencari ini, Nona?" tanya seseorang dengan suara yang tidak terdengar asing lagi di telingaku."Iya, itu dompetku," jawabku singkat. Syukurlah dompet itu tidak jadi hilang."Kau terlalu ceroboh," sindir pria itu sembari menyerahkan dompet itu padaku."Ya, aku tahu. Terima kasih sekali lagi, ehm?""Albern.""Oke, Tuan Albern. Aku Anna, Annandya. Salam kenal dan terima kasih atas bantuannya," ucapku tulus."Ya, tapi aku tak membutuhkan ucapan terima kasihmu.""Excuse me?" tanyaku tidak yakin. Mana mungkin pria sepertinya bisa bersikap sekasar itu kepada seorang wanita sepertiku."Biarkan aku menginap di rumahmu," jawabnya. Pria ini benar-benar sedang menguji kesabaranku.
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

Chapter 5 : Masalah Hati

Di dapur, aku memilih untuk memasak masakan rumahan yang sederhana. Alasannya sih, karena simpel dan cepat matangnya. Aku cuma membuat tiga menu masakan andalanku. Yaitu tumis sayur, omelette, dan sambal. "Kira-kira Al doyan sama masakan gue nggak ya. Eh, tapi bule zaman sekarang sudah pada doyan makan sambal kan," gumamku."Anna?"Tiba-tiba saja Albern muncul dari belakang, mengagetkanku. Hampir saja aku memukulnya dengan sendok nasi, untung saja aku masih bisa menahannya. Kalau tidak, betapa sayangnya bila jidatnya yang mulus itu menjadi benjol karenaku."Iya, Al. Ada apa?" tanyaku pada akhirnya."Masakanmu harum," jawabnya."Oh, apakah kamu suka dengan aromanya?" tanyaku lagi."Ya. Anna, itu masakan apa?" tanyanya balik.
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Chapter 6 : Sebuah Rahasia

Di lain tempat, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup serius. Dapat dilihat dari sang wanita yang tampak tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh sang pria."Mau sampai kapan kau ingin menyembunyikan itu?" tanya sang wanita."....""Mau sampai kapan kau mau menyembunyikannya dari Anna, Liam?" tanya Julian pada akhirnya. Ya, wanita itu adalah Julian."Sampai dia mengingatku lagi," jawab Liam singkat."Tapi itu hal yang mustahil, bodoh. Kalian bertemu sepuluh tahun yang lalu, terus apalagi yang kau harapkan dari itu?" tanya wanita itu lagi."Anna pasti akan mengingatku, aku sangat yakin dia pasti akan mengingatku suatu hari nanti," jawab Liam tegas."Coba kau pikirkan baik-baik dengan ak
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Chapter 7 : Aku Menyukainya

Entah kenapa, Julian yang mendengar pertanyaanku raut wajahnya seperti sangat terkejut. Ada apa memangnya, apa aku mengatakan sesuatu yang salah padanya."Julian, kenapa?" tanyaku khawatir."Tidak, Anna. Aku tidak apa-apa," jawabnya gugup."Wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya. Julian, apa aku menanyakan hal yang salah?" tanyaku cemas."Tidak, Anna. Kau tidak salah, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan," jawab Julian."Baiklah kalau begitu. Ayo, sebaiknya kamu pergi beristirahat sebentar. Mumpung jam istirahat masih berlangsung agak lama," ujarku memberi saran."Terima kasih, Anna.""Sama-sama, Sayang," gurauku.Melihatnya seperti itu, membuatku sedikit terkejut dan merasa aneh. Ini salah, mun
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Chapter 8 : Pusing Kepala

Seakan waktu terhenti, aku lantas memandangi Albern yang baru saja mengatakan hal yang manis padaku. Jangan bilang kalau aku sedang baper sekarang."Menyukai apa, Al. Aku?" tanyaku dengan penuh rasa percaya diri."Bukan kau, tapi tingkahmu," sanggah Al.Ah, aku sakit hati teman-teman. Dia sih yang membuat aku salah paham terlebih dulu. Siapa coba yang tidak senang kalau disukai oleh Albern si tampan. Tapi tetap saja bukan."Kamu baru saja menyakiti hatiku, Al," ungkapku berlebihan."Apa?""Tidak jadi, lupakan saja," ucapku buru-buru.Bagaimana bisa aku bertingkah seperti ini padanya. Bagaimana pun, kami ini masih menjadi orang asing dan bukanlah sepasang kekasih. Apalagi kami ini baru saja bertemu kemarin malam. Tapi biarlah, aku juga bahagia bertingkah seperti itu di hadapannya."Kamu sudah makan siang?" tanyaku mencoba untuk mengalihkan.
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more

Chapter 9 : Itu Obsesi

"Anna, nanti datang, ya, ke pesta ulang tahunku!" seru Vella sambil menyerahkan selembar undangan pada Anna.Siapa wanita ini, pikir Anna mengingat-ingat. Anna memang memiliki sedikit masalah dengan memori otaknya, dia memiliki kecenderungan untuk melupakan sesuatu. Padahal gadis itu harus bisa mengendalikan kekurangannya, mau tidak mau. "Ah, iya. Happy Birthday, Vella," ucap Anna dengan canggung. Hampir saja dia tidak mengingatnya."Haha, nanti besok malam saja ucapannya. Dan jangan lupa untuk membawa pasanganmu, Anna," imbuh Vella mengingatkan."Hah, pasangan?!" pekik Anna. "Iya, pasangan. Soalnya pestaku akan mengadakan acara dansa bersama dipertengahan acara nanti, lebih lengkapnya bisa kamu cek sendiri di undangannya," ujar Vella menjelaskan."Okay, terima kasih buat undangannya," balas Anna dengan tersenyum masam."Siap, jangan sampai t
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status