Home / All / MY HUSBAND IS A TRAMP! / Chapter 2 : Hari Tersial

Share

Chapter 2 : Hari Tersial

Author: Kala Fa
last update Last Updated: 2021-04-28 11:25:01

"Anna, aku mau nyobain yang rasa vanilla," pinta Julian padaku.

"Ini, ambil saja punyaku," ujarku sembari menyerahkan es krim milikku ke hadapannya.

"Woah, thank you, dear. Gak mau nyicip punyaku juga?" tanyanya.

"Nggak, ah. Aku nggak terlalu suka cokelat," jawabku. 

Aku lebih suka rasa vanilla, dibandingkan cokelat. Entahlah, dari dulu aku memang tidak terlalu menyukainya. Terasa aneh saja di lidahku, makanya aku enggan untuk menyicipi es krim rasa cokelat milik Julian.

"Dasar aneh, padahal cokelat itu enak banget loh," sindirnya padaku.

"Kan emang nggak suka, mau diapain?" tanyaku menantang.

"Anna, ih..."

Yah, mulai lagi deh merajuknya. Aku heran, kenapa orang-orang di kantor sering kali menghindari Julian. Kata mereka dia galak, tapi coba lihat sekarang. Yang ada Julian itu identik dengan anak kecil, sifatnya saja sebelas dua belas dengan anak-anak.

Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan kami berdua. Aku memiliki feeling yang buruk kali ini.

"Hi, stranger. Enak banget, ya, makan es krim di sini?" tanya seseorang yang paling kuhindari selama aku bekerja.

"Hm," jawabku tidak niat.

"Oh, sudah mulai berani sekarang. Apa gara-gara ada Julian di sini?" tanyanya sarkas.

"Olla, apa maksudmu?" tanya Julian membelaku.

"Ups, malah penjaganya yang jawab," ujar gadis aneh itu dengan tawa meremehkannya.

"Bitch, ngapain muncul di sini. Ngikutin kami, heh?" tanya Julian tidak mau kalah.

Haduh, kalau sudah seperti ini, pasti masalahnya akan menjadi semakin rumit. Aku merasa tidak enak, karena pengunjung kedai yang lain sedang menatap ke arah kami sekarang. Apa yang harus kulakukan.

"Ngikutin kalian? Cih, kayak gak ada kerjaan aja," ujar Olla dengan geram.

"Sudahlah, ayo kita pergi dari sini, Julian." Aku pun menarik tangan Julian, dan membawanya keluar dari kedai itu.

***

Dari kejauhan masih terdengar suara teriakan Olla, yang merasa tidak terima karena aku main asal pergi meninggalkannya. Ah, memangnya siapa dia, sampai-sampai aku harus meladeninya berbicara.

"Kok keluar, sih, Anna? Aku kan belum memberi pelajaran pada si ular kegatelan itu," ujar Julian geregetan.

"Sudah, ya. Tenang dulu, aku kan narik kamu pergi biar kita nggak terlibat masalah dengannya. Kamu tahu sendiri, bukan, bagaimana karakter Olla?" tanyaku sembari menjelaskan.

"Ya, tapi kan—"

"Julian. Kita lupain saja masalah yang terjadi tadi. Kamu sekarang mau makan apa?" tanyaku mengalihkan.

"Tim Tam," jawabnya masih dengan raut wajah yang cemberut.

"Okay, ayo buruan kita membelinya. Sebelum jam istirahat pertama habis," ujarku mengingatnya.

"Ya."

"Ayolah, Julian. Yang semangat, dong!" seruku.

Setelah itu, kami pun langsung pergi menuju toko makanan ringan yang berada tidak jauh dari kedai toko es krim. Paling tidak, kami hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk berjalan kaki ke sana.

Ngomong-ngomong soal biskuit 'Tim Tam', aku yakin, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan merek jajajan yang satu ini. Meski sudah beredar di Indonesia, para wisatawan yang berkunjung ke Melbourne pasti akan memilih dan membelinya sebagai oleh-oleh.

Jajanan produksi Arnott's ini, sebetulnya berbasis di Australia. Maka dari itu jangan heran, kalau di sini banyak sekali ditemukan toko-toko yang menjual biskuit 'Tim Tam' tersebut. Ditambah lagi, biskuit itu rasanya lebih bervariasi di sini.

Ada rasa black current, mangga, leci, kelapa, cokelat mint, karamel, dan masih banyak lagi yang lainnya. Jika suatu saat kalian berkunjung ke Melbourne, jangan lupa untuk membelinya. Apalagi sekarang 'Tim Tam' sudah dijual hampir di seluruh supermarket dan minimarket yang ada di kawasan Melbourne.

Oke, segitu dulu informasi mengenai biskuit kesukaan Julian. Maaf kalau aku jadi terlalu banyak mengoceh. Namanya juga sudah keasyikan bercerita dengan kalian.

***

"Anna, kau juga ingin membelinya?" tawar Julian padaku.

"Kamu saja," ujarku sambil menggelengkan kepala menolak.

"Aku sudah selesai."

"Kalau begitu, kita kembali saja ke kantor sekarang," ujarku.

Syukurlah aku bisa diterima di tempat aku bekerja sekarang. Perusahaanku sangat memanjakan para karyawannya, kami bahkan diberi tiga kali waktu jam beristirahat. Belum dengan gajinya yang lumayan tinggi. 

Tapi perusahaan juga mengharapkan feedback yang baik dari para karyawannya, maka dari itu kami semua dituntut untuk berkerja dengan teliti dan sempurna. Para atasanku juga tidak ada yang bisa menerima kesalahan sekecil apapun dari kami.

Sudah cukup ceritanya, sekarang aku telah sampai di halaman kantor. Dan pas sekali, jam istirahat pertama akan berakhir 10 menit lagi. Jadi, aku dan Julian masih bisa merasa tenang.

***

"Anna?" sapa seseorang yang juga paling kuhindari keberadaannya setelah Olla.

"Ekhem, aku duluan dulu. Liam, aku titip Anna, ya? Jagain, awas kalau sampai dia kenapa-kenapa," ancam Julian seenaknya.

"Iya, bawel. Sana pergi," balas pria itu.

"Dasar!"

Aku sudah memberikan isyarat kepada Julian, agar tidak meninggalkanku berduaan bersama bocah ini. Tapi sepertinya dia memang sengaja untuk mengabaikanku.

Sesaat sebelum Julian pergi, aku pun sudah berusaha keras untuk memelototinya. Julian masih saja berpura-pura tidak mengerti. Awas saja anak itu, geramku dalam hati.

"Hi, Anna?"

Ah, sialan. Julian brengsek. Sial banget hari ini, shit.

"Ya?" tanyaku tanpa minat.

"I love you, Anna. Bagaimana, kamu sudah mau menjadi kekasih saya?" Tuh kan, apa kubilang. Hari ini pasti adalah hari tersial selama hidupku.

"Maaf, Pak Liam. Saya tidak bisa," jawabku to the point.

"Kenapa, apa yang kurang dari saya? Mengapa kamu tidak mau mencobanya dulu dan selalu saja menolak cinta saya," ujarnya kesal.

"Maaf, Pak. Tapi saya masih tidak ada keinginan untuk mempunyai kekasih."

"Anna, Anna. Padahal banyak sekali wanita di luaran sana yang mengejar-ngejar saya, bahkan sampai mengemis cinta dan perhatian dari saya yang tampan ini. Tapi kamu? Kamu memang wanita yang aneh," omelnya.

Kalau memang perkataannya itu benar, kenapa dia tidak jadian saja dengan salah satu wanita yang katanya mengejar dirinya. Dan kalau sudah tahu aku ini aneh, kenapa pula masih ngotot dan kekeh untuk mengejarku.

"Maaf, Pak Liam. Jam istirahat pertama sudah mau habis, saya permisi dulu."

Tanpa menunggu jawaban darinya, aku pun langsung bergegas untuk pergi. Aku harus cepat-cepat meninggalkan sepupu laknat Julian itu, yang sialnya adalah salah seorang atasan di kantor ini.

***

Singkat cerita, aku sudah sampai di ruanganku. Di pojok sana, ada Julian yang sedang memasang wajah menggodanya padaku. Cih, aku akan mengabaikannya.

"Miss Anna, bisa ke ruangan saya sekarang?" tanya Bu Joanna tiba-tiba.

"Bisa, Bu."

Apalagi ini Ya Tuhan, tidak cukupkah semua kesialan yang sudah kualami hari ini. Perasaanku menjadi tidak enak sekarang. 

"Coba jelaskan pada saya, Miss Anna. Bagaimana bisa file-file yang telah saya siapkan dengan susah payah, berubah menjadi hancur dan berantakan seperti ini?" tanya Bu Joanna dengan raut wajah yang menahan amarah.

"Saya tidak tahu, Bu. Bukan saya yang melakukannya," jawabku membela diri.

"Kalau bukan anda siapa lagi, Miss Anna. Di sini sudah dijelaskan dan tertulis dengan sangat jelas, bahwa administrator terakhir yang terdata adalah anda. Yang mengubah adalah anda. Sekarang, apakah anda bisa mengelaknya?"

Related chapters

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 3 : Pertemuan Pertama

    Aku curiga, pasti ada seseorang yang dengan sengaja menjebakku. Entah apa yang menjadi alasan si pelaku untuk menjebakku. Tapi aku harus berterima kasih padanya nanti. Berkat dia, aku sekarang sudah memutuskan untuk memberi password pada komputerku. Agar kejadian yang sama tidak kembali terulang."Anna, aku minta maaf soal yang tadi. Aku bukannya bermaksud untuk meninggalkanmu bersama Liam. Tapi karena aku sudah berjanji untuk membantunya mendekatimu makanya—""Sudahlah jangan dipikirkan, Julian. Aku sudah melupakannya," potongku.Setelah itu, aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang kualami tadi kepada Julian. Aku memang sedang tidak ingin membahas soal Pak Liam di sini. Aku hanya sedang pusing memikirkan masalah yang kuhadapi kali ini."Tapi, bagaimana dengan kejadian yang barusan. Siapa sebenarnya yang tega melakukan itu kepada Anna

    Last Updated : 2021-04-28
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 4 : Panggil Aku Al

    "Kau mencari ini, Nona?" tanya seseorang dengan suara yang tidak terdengar asing lagi di telingaku."Iya, itu dompetku," jawabku singkat. Syukurlah dompet itu tidak jadi hilang."Kau terlalu ceroboh," sindir pria itu sembari menyerahkan dompet itu padaku."Ya, aku tahu. Terima kasih sekali lagi, ehm?""Albern.""Oke, Tuan Albern. Aku Anna, Annandya. Salam kenal dan terima kasih atas bantuannya," ucapku tulus."Ya, tapi aku tak membutuhkan ucapan terima kasihmu.""Excuse me?" tanyaku tidak yakin. Mana mungkin pria sepertinya bisa bersikap sekasar itu kepada seorang wanita sepertiku."Biarkan aku menginap di rumahmu," jawabnya. Pria ini benar-benar sedang menguji kesabaranku.

    Last Updated : 2021-04-28
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 5 : Masalah Hati

    Di dapur, aku memilih untuk memasak masakan rumahan yang sederhana. Alasannya sih, karena simpel dan cepat matangnya. Aku cuma membuat tiga menu masakan andalanku. Yaitu tumis sayur, omelette, dan sambal."Kira-kira Al doyan sama masakan gue nggak ya. Eh, tapi bule zaman sekarang sudah pada doyan makan sambal kan," gumamku."Anna?"Tiba-tiba saja Albern muncul dari belakang, mengagetkanku. Hampir saja aku memukulnya dengan sendok nasi, untung saja aku masih bisa menahannya. Kalau tidak, betapa sayangnya bila jidatnya yang mulus itu menjadi benjol karenaku."Iya, Al. Ada apa?" tanyaku pada akhirnya."Masakanmu harum," jawabnya."Oh, apakah kamu suka dengan aromanya?" tanyaku lagi."Ya. Anna, itu masakan apa?" tanyanya balik.

    Last Updated : 2021-04-30
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 6 : Sebuah Rahasia

    Di lain tempat, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup serius. Dapat dilihat dari sang wanita yang tampak tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh sang pria."Mau sampai kapan kau ingin menyembunyikan itu?" tanya sang wanita."....""Mau sampai kapan kau mau menyembunyikannya dari Anna, Liam?" tanya Julian pada akhirnya. Ya, wanita itu adalah Julian."Sampai dia mengingatku lagi," jawab Liam singkat."Tapi itu hal yang mustahil, bodoh. Kalian bertemu sepuluh tahun yang lalu, terus apalagi yang kau harapkan dari itu?" tanya wanita itu lagi."Anna pasti akan mengingatku, aku sangat yakin dia pasti akan mengingatku suatu hari nanti," jawab Liam tegas."Coba kau pikirkan baik-baik dengan ak

    Last Updated : 2021-05-01
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 7 : Aku Menyukainya

    Entah kenapa, Julian yang mendengar pertanyaanku raut wajahnya seperti sangat terkejut. Ada apa memangnya, apa aku mengatakan sesuatu yang salah padanya."Julian, kenapa?" tanyaku khawatir."Tidak, Anna. Aku tidak apa-apa," jawabnya gugup."Wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya. Julian, apa aku menanyakan hal yang salah?" tanyaku cemas."Tidak, Anna. Kau tidak salah, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan," jawab Julian."Baiklah kalau begitu. Ayo, sebaiknya kamu pergi beristirahat sebentar. Mumpung jam istirahat masih berlangsung agak lama," ujarku memberi saran."Terima kasih, Anna.""Sama-sama, Sayang," gurauku.Melihatnya seperti itu, membuatku sedikit terkejut dan merasa aneh. Ini salah, mun

    Last Updated : 2021-05-01
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 8 : Pusing Kepala

    Seakan waktu terhenti, aku lantas memandangi Albern yang baru saja mengatakan hal yang manis padaku. Jangan bilang kalau aku sedang baper sekarang."Menyukai apa, Al. Aku?" tanyaku dengan penuh rasa percaya diri."Bukan kau, tapi tingkahmu," sanggah Al.Ah, aku sakit hati teman-teman. Dia sih yang membuat aku salah paham terlebih dulu. Siapa coba yang tidak senang kalau disukai oleh Albern si tampan. Tapi tetap saja bukan."Kamu baru saja menyakiti hatiku, Al," ungkapku berlebihan."Apa?""Tidak jadi, lupakan saja," ucapku buru-buru.Bagaimana bisa aku bertingkah seperti ini padanya. Bagaimana pun, kami ini masih menjadi orang asing dan bukanlah sepasang kekasih. Apalagi kami ini baru saja bertemu kemarin malam. Tapi biarlah, aku juga bahagia bertingkah seperti itu di hadapannya."Kamu sudah makan siang?" tanyaku mencoba untuk mengalihkan.

    Last Updated : 2021-05-02
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 9 : Itu Obsesi

    "Anna, nanti datang, ya, ke pesta ulang tahunku!" seru Vella sambil menyerahkan selembar undangan pada Anna.Siapa wanita ini, pikir Anna mengingat-ingat. Anna memang memiliki sedikit masalah dengan memori otaknya, dia memiliki kecenderungan untuk melupakan sesuatu.Padahal gadis itu harus bisa mengendalikan kekurangannya, mau tidak mau."Ah, iya. Happy Birthday, Vella," ucap Anna dengan canggung. Hampir saja dia tidak mengingatnya."Haha, nanti besok malam saja ucapannya. Dan jangan lupa untuk membawa pasanganmu, Anna," imbuh Vella mengingatkan."Hah, pasangan?!" pekik Anna."Iya, pasangan. Soalnya pestaku akan mengadakan acara dansa bersama dipertengahan acara nanti, lebih lengkapnya bisa kamu cek sendiri di undangannya," ujar Vella menjelaskan."Okay, terima kasih buat undangannya," balas Anna dengan tersenyum masam."Siap, jangan sampai t

    Last Updated : 2021-05-02
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 10 : Rekan Kerja

    Anna sedang memikirkan keadaan Julian sekarang, sampai-sampai dia menjadi tidak fokus untuk mengerjakan sesuatu di kantor. Para rekan kerjanya juga turut menjadi khawatir melihat Anna yang seperti ini."Anna, kamu izin pulang saja sekarang," saran Ailee rekan sekantornya."Ah, tidak perlu. Sebentar lagi kita juga pulang bukan," tolak Anna secara halus."Tapi kami semua mengkhawatirkan kamu, Anna. Seharian ini kamu menjadi tidak fokus, tidak seperti kamu yang biasanya," ungkap Ailee khawatir.Anna melihat ke seluruh ruangan, dapat dilihat semua rekan kerja Anna sedang menatapnya khawatir. Anna menjadi merasa tidak enak sudah membuat mereka semua mengkhawatirkan dirinya."Maaf, karena membuat kalian semua khawatir. Tapi aku sekarang sudah agak baikan. Jadi, jangan khawatirkan aku lagi ya teman-teman," ujar Anna sembari mengerlingkan matanya menggoda.Banyak di antara rekan kerja

    Last Updated : 2021-05-04

Latest chapter

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 12 : Hari Jadi

    ~Anna POV~"Apa?!" teriakku."Kamu tidak salah, Al? Ini hanya candaan kamu saja, bukan?" lanjutku bertanya.Apa-apaan ini, yang benar saja. Albern memintaku untuk menjadi kekasihnya, ini sama sekali tidak pernah terlintas di kepalaku. Ku pikir Al akan meminta sesuatu kepadaku, tapi yang pasti bukan untuk menjadi kekasihnya. Ini benar-benar mengejutkanku.Ya Tuhan, apa aku hanya salah mendengar tadi. Iya, pasti begitu. Tidak mungkin Al menembakku. Yang benar saja, kami baru saja bertemu beberapa hari yang lalu loh. Belum lagi dengan identitas Al yang belum ku ketahui, nama belakangnya saja aku tidak tahu."Aku tidak bercanda, Anna. Aku serius," ujar Al menyadarkanku."Tapi ... bahkan aku belum tahu banyak tentangmu, Albern.""Kau bisa mencari tahunya sendiri setelah menjadi kekasih ku, Anna," balas Albern."S-sebentar, kamu benar-benar serius?" tanya

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 11 : Harga Diri

    "Maaf, Anna. Aku tidak bisa menemanimu pergi ke pesta. Karena kemungkinan aku baru bisa diizinkan pulang besok pagi," ujar Julian tidak enak hati."Tidak apa, jangan dipikirkan. Aku lah yang seharusnya khawatir, kamu kan jadi tidak bisa ikut bersenang-senang denganku di pesta," canda Anna.Anna memang cukup mengkhawatirkan wanita itu. Julian dirawat sendiri di sini tanpa adanya seseorang yang menemani. Anna tidak berani bertanya soal itu kepada Julian, karena menurutnya hal ini merupakan bagian dari privasinya. Anna hanya bisa menunggu sampai wanita itu sendiri yang menceritakannya padanya."Aku akan buat pesta sendiri nanti," balasnya dengan wajah cemberut."Yang penting, kamu harus sehat dulu sekarang," ujar Anna menasehati."Yes, Mam," gurau Julian.Dan mereka berdua pun tertawa bersama. Anna sudah menemani Julian sejak dia pulang dari kerja, sekitar dua jam yang lalu. Anna tidak

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 10 : Rekan Kerja

    Anna sedang memikirkan keadaan Julian sekarang, sampai-sampai dia menjadi tidak fokus untuk mengerjakan sesuatu di kantor. Para rekan kerjanya juga turut menjadi khawatir melihat Anna yang seperti ini."Anna, kamu izin pulang saja sekarang," saran Ailee rekan sekantornya."Ah, tidak perlu. Sebentar lagi kita juga pulang bukan," tolak Anna secara halus."Tapi kami semua mengkhawatirkan kamu, Anna. Seharian ini kamu menjadi tidak fokus, tidak seperti kamu yang biasanya," ungkap Ailee khawatir.Anna melihat ke seluruh ruangan, dapat dilihat semua rekan kerja Anna sedang menatapnya khawatir. Anna menjadi merasa tidak enak sudah membuat mereka semua mengkhawatirkan dirinya."Maaf, karena membuat kalian semua khawatir. Tapi aku sekarang sudah agak baikan. Jadi, jangan khawatirkan aku lagi ya teman-teman," ujar Anna sembari mengerlingkan matanya menggoda.Banyak di antara rekan kerja

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 9 : Itu Obsesi

    "Anna, nanti datang, ya, ke pesta ulang tahunku!" seru Vella sambil menyerahkan selembar undangan pada Anna.Siapa wanita ini, pikir Anna mengingat-ingat. Anna memang memiliki sedikit masalah dengan memori otaknya, dia memiliki kecenderungan untuk melupakan sesuatu.Padahal gadis itu harus bisa mengendalikan kekurangannya, mau tidak mau."Ah, iya. Happy Birthday, Vella," ucap Anna dengan canggung. Hampir saja dia tidak mengingatnya."Haha, nanti besok malam saja ucapannya. Dan jangan lupa untuk membawa pasanganmu, Anna," imbuh Vella mengingatkan."Hah, pasangan?!" pekik Anna."Iya, pasangan. Soalnya pestaku akan mengadakan acara dansa bersama dipertengahan acara nanti, lebih lengkapnya bisa kamu cek sendiri di undangannya," ujar Vella menjelaskan."Okay, terima kasih buat undangannya," balas Anna dengan tersenyum masam."Siap, jangan sampai t

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 8 : Pusing Kepala

    Seakan waktu terhenti, aku lantas memandangi Albern yang baru saja mengatakan hal yang manis padaku. Jangan bilang kalau aku sedang baper sekarang."Menyukai apa, Al. Aku?" tanyaku dengan penuh rasa percaya diri."Bukan kau, tapi tingkahmu," sanggah Al.Ah, aku sakit hati teman-teman. Dia sih yang membuat aku salah paham terlebih dulu. Siapa coba yang tidak senang kalau disukai oleh Albern si tampan. Tapi tetap saja bukan."Kamu baru saja menyakiti hatiku, Al," ungkapku berlebihan."Apa?""Tidak jadi, lupakan saja," ucapku buru-buru.Bagaimana bisa aku bertingkah seperti ini padanya. Bagaimana pun, kami ini masih menjadi orang asing dan bukanlah sepasang kekasih. Apalagi kami ini baru saja bertemu kemarin malam. Tapi biarlah, aku juga bahagia bertingkah seperti itu di hadapannya."Kamu sudah makan siang?" tanyaku mencoba untuk mengalihkan.

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 7 : Aku Menyukainya

    Entah kenapa, Julian yang mendengar pertanyaanku raut wajahnya seperti sangat terkejut. Ada apa memangnya, apa aku mengatakan sesuatu yang salah padanya."Julian, kenapa?" tanyaku khawatir."Tidak, Anna. Aku tidak apa-apa," jawabnya gugup."Wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya. Julian, apa aku menanyakan hal yang salah?" tanyaku cemas."Tidak, Anna. Kau tidak salah, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan," jawab Julian."Baiklah kalau begitu. Ayo, sebaiknya kamu pergi beristirahat sebentar. Mumpung jam istirahat masih berlangsung agak lama," ujarku memberi saran."Terima kasih, Anna.""Sama-sama, Sayang," gurauku.Melihatnya seperti itu, membuatku sedikit terkejut dan merasa aneh. Ini salah, mun

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 6 : Sebuah Rahasia

    Di lain tempat, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup serius. Dapat dilihat dari sang wanita yang tampak tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh sang pria."Mau sampai kapan kau ingin menyembunyikan itu?" tanya sang wanita."....""Mau sampai kapan kau mau menyembunyikannya dari Anna, Liam?" tanya Julian pada akhirnya. Ya, wanita itu adalah Julian."Sampai dia mengingatku lagi," jawab Liam singkat."Tapi itu hal yang mustahil, bodoh. Kalian bertemu sepuluh tahun yang lalu, terus apalagi yang kau harapkan dari itu?" tanya wanita itu lagi."Anna pasti akan mengingatku, aku sangat yakin dia pasti akan mengingatku suatu hari nanti," jawab Liam tegas."Coba kau pikirkan baik-baik dengan ak

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 5 : Masalah Hati

    Di dapur, aku memilih untuk memasak masakan rumahan yang sederhana. Alasannya sih, karena simpel dan cepat matangnya. Aku cuma membuat tiga menu masakan andalanku. Yaitu tumis sayur, omelette, dan sambal."Kira-kira Al doyan sama masakan gue nggak ya. Eh, tapi bule zaman sekarang sudah pada doyan makan sambal kan," gumamku."Anna?"Tiba-tiba saja Albern muncul dari belakang, mengagetkanku. Hampir saja aku memukulnya dengan sendok nasi, untung saja aku masih bisa menahannya. Kalau tidak, betapa sayangnya bila jidatnya yang mulus itu menjadi benjol karenaku."Iya, Al. Ada apa?" tanyaku pada akhirnya."Masakanmu harum," jawabnya."Oh, apakah kamu suka dengan aromanya?" tanyaku lagi."Ya. Anna, itu masakan apa?" tanyanya balik.

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 4 : Panggil Aku Al

    "Kau mencari ini, Nona?" tanya seseorang dengan suara yang tidak terdengar asing lagi di telingaku."Iya, itu dompetku," jawabku singkat. Syukurlah dompet itu tidak jadi hilang."Kau terlalu ceroboh," sindir pria itu sembari menyerahkan dompet itu padaku."Ya, aku tahu. Terima kasih sekali lagi, ehm?""Albern.""Oke, Tuan Albern. Aku Anna, Annandya. Salam kenal dan terima kasih atas bantuannya," ucapku tulus."Ya, tapi aku tak membutuhkan ucapan terima kasihmu.""Excuse me?" tanyaku tidak yakin. Mana mungkin pria sepertinya bisa bersikap sekasar itu kepada seorang wanita sepertiku."Biarkan aku menginap di rumahmu," jawabnya. Pria ini benar-benar sedang menguji kesabaranku.

DMCA.com Protection Status