Beranda / Semua / MY HUSBAND IS A TRAMP! / Chapter 5 : Masalah Hati

Share

Chapter 5 : Masalah Hati

Penulis: Kala Fa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-30 04:10:26

Di dapur, aku memilih untuk memasak masakan rumahan yang sederhana. Alasannya sih, karena simpel dan cepat matangnya. Aku cuma membuat tiga menu masakan andalanku. Yaitu tumis sayur, omelette, dan sambal. 


"Kira-kira Al doyan sama masakan gue nggak ya. Eh, tapi bule zaman sekarang sudah pada doyan makan sambal kan," gumamku.


"Anna?"


Tiba-tiba saja Albern muncul dari belakang, mengagetkanku. Hampir saja aku memukulnya dengan sendok nasi, untung saja aku masih bisa menahannya. Kalau tidak, betapa sayangnya bila jidatnya yang mulus itu menjadi benjol karenaku.


"Iya, Al. Ada apa?" tanyaku pada akhirnya.


"Masakanmu harum," jawabnya.


"Oh, apakah kamu suka dengan aromanya?" tanyaku lagi.


"Ya. Anna, itu masakan apa?" tanyanya balik.


"Kamu pasti belum pernah mencobanya. Ini adalah masakan yang biasa kumakan saat aku masih di negara asalku. Yaitu tumis sayur sederhana, omelette dari campuran telur dan mie instan, lalu yang terakhir adalah sambal," jelasku.


"Tadi aku mendengarmu bicara dengan bahasa asing. Dari mana asalmu?" tanyanya yang sepertinya mulai penasaran denganku.


Aku pun menjawab, "Indonesia, kamu tahu?" 


"Tidak."


"Kalau Bali, tahu?" tanyaku lagi.


"Ya."


"Nah, Bali itu adalah salah satu provinsi di Indonesia. Huft, kamu tahu Bali, tapi tidak dengan Indonesia. Orang bule itu benar-benar aneh, ya?" gerutuku di akhir kalimat.


"Ya sudah, Al, ayo kita makan sekarang. Sebelum masakannya menjadi dingin," lanjutku.


"Ya, Anna."


~Anna POV End~


***


Albern terlihat mengernyit ketika pertama kali mencicipi masakan buatan sang gadis. Mungkin, karena dia belum pernah memakan makanan yang kaya akan bumbu dan rempah.


"Bagaimana rasanya, enak?" tanya Anna, si gadis dengan penasaran.


"Not bad."


"Bagus deh kalau begitu. Kupikir kamu nggak akan doyan sama masakanku. Secara, orang di sini selalu makan makanan yang hambar, bukan. Tidak seperti masakanku yang banyak mengandung bumbu-bumbu ini," jelas Anna.


"Kalau sambalnya, bagaimana? Kamu suka?" lanjut gadis itu bertanya.


"Aku suka."


Wajah Anna pun kembali berubah menjadi cerah, setelah dia mendengarkan pujian dari Albern untuknya. Membayangkan saja dia sudah sangat senang, apalagi ini saat dia bisa mendengarnya langsung dari Albern sendiri.


Jika diingat kembali sebelum-sebelumnya, gadis itu hanya makan seorang diri di apartemen miliknya. Tidak seperti sekarang ini, karena sudah ada Albern yang menemaninya. Rasanya, seperti ada sesuatu yang menghangat di dalam hatinya.


Setelah mereka selesai makan, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Pantas saja mata mereka berdua sudah mulai terlihat merah dan sayu.


"Kamu tidur di kamar sebelah, ya?" tanya Anna mengkonfirmasi.


"Ya."


"Di sana ranjangnya sudah jarang sekali dipakai, kamu bersihkan dulu ya nanti. Maaf kalau aku cuma bisa memberi yang seperti itu padamu," ujar si gadis tidak enak hati.


"Tak apa, aku sudah senang kau mau mengizinkanku tinggal di sini," balas sang pria menenangkan.


"Kalau begitu kamu tidur saja sekarang, aku akan menyusul setelah kamu masuk ke kamar. Aku juga sudah sangat mengantuk, hoam," titah gadis itu pada sang pria.


"Ya, Anna. Terima kasih."


"Sama-sama," balas Anna.


Setelah memastikan Al sudah memasuki kamar, Anna lantas pergi ke kamar mandi. Cuci muka dan gosok gigi, adalah hal yang wajib dilakukan sebelum dia pergi tidur.


Sesudahnya, Anna pun langsung masuk ke kamarnya dan mematikan lampu kamar tidurnya. Belum sampai sepuluh menit, Anna sudah mulai tertidur dengan lelapnya.


***


Keesokan harinya, Anna dikejutkan dengan kehadiran Albern di kamarnya. Pria itulah yang sedari tadi memanggil dan membangunkannya.


"Anna, bangun. Sudah siang," titah Albern dengan wajah yang sedikit kesal. 


Sudah 15 menit berlalu, dari awal dia memasuki kamar sang gadis. Sudah selama itu dia berusaha untuk membangunkan Anna. Tapi sepertinya gadis itu adalah tipe manusia yang susah untuk dibangunkan.


"Hm, lima menit lagi," jawab Anna sembari menguap lebar.


"Bangun, Anna."


"Al, jam berapa sekarang?" tanya Anna dengan suaranya yang masih serak.


"07.15."


"Oh, shit. Aku terlambat!" seru gadis itu.


"Kau mengumpat," gumam Albern tidak percaya.


Dia pikir gadis seperti Anna tidak akan pernah mengumpat, tapi sepertinya anggapannya salah. Dia baru saja mendengar gadis itu mengumpat. Hal ini masih mengejutkannya.


"Aku mandi dulu, Al. Kamu tunggu saja dulu di luar," ujar Anna dengan panik.


Setelah itu, Anna pun melompat dari kasurnya dan pergi bergegas ke kamar mandi. Anna memutuskan untuk tidak mandi hari ini, gadis itu hanya sekadar cuci muka dan menyikat giginya. Kalau dia mandi, bisa makin terlambat nanti dia.


Sesudah membersihkan diri dan berganti pakaian, Anna pun mengambil tas yang akan dibawanya berkerja dan pergi keluar kamar. Dia masih tidak percaya, kalau Al sudah melihat versi dirinya yang susah bangun alias kebo. Mau ditaruh di mana wajahnya itu, dia malu.


"Al, aku berangkat dulu!" teriak gadis itu.


"Sarapan!" balas Al berteriak.


"Nanti aku telat, nanti saja!"


Al lantas mengambil beberapa roti bakar yang sudah dibuatnya, lalu bergegas ke arah pintu depan. Al harus segera memberikan roti itu sebelum Anna berangkat.


"Anna."


"Ya, Al. Nanti saja, ya. Aku buru-buru nih," jawab gadis itu tanpa menoleh kepada sang lawan bicara.


"Ini," balas Albern sambil menyerahkan beberapa potong roti bakar kepada si gadis.


"Makanlah di jalan," lanjutnya.


"Astaga, terima kasih. Al, nanti jangan lupa untuk mengunci pintu setelah aku pergi, ya," ujar gadis itu.


"Ya."


Setelah mendengar jawaban dari Al, tanpa membuang waktu lagi. Anna pun segera pergi dari apartemennya, dan mulai berangkat ke kantor sambil memakan roti yang telah disiapkan Al untuknya.


***


Pakaian dan rambutnya sangat kusut saat dia telah sampai di kantor. Belum lagi jam yang menunjukkan pukul delapan, yang artinya dia sudah terlambat 15 menit. Gawat, pikirnya.


"Miss Anna."


Suara Bu Joanna terdengar dari arah sampingnya. Sialan, kenapa harus bertemu dengan beliau, pikir gadis itu panik. Gadis itu teringat, baru saja kemarin dia terkena masalah dengan Bu Joanna. Dan sekarang dia ketahuan terlambat, itu oleh Bu Joanna juga.


"Ya, Bu?" tanya gadis itu takut-takut.


"Baru kemarin anda membuat ulah, dan sekarang pun anda juga terlambat datang ke kantor. Astaga, kenapa kinerja anda akhir-akhir ini sangat memburuk, Miss Anna?" tanya Bu Joanna balik.


"Maaf, Bu."


"Ya sudahlah, terserah. Kali ini kumaafkan, tapi ingat ... jangan pernah berpikir untuk mengulanginya lagi," ancam Bu Joanna.


"Baik, Bu," jawab Anna dengan susah payah.


Dari kejauhan, terlihat Liam berdiri menyender di dinding tembok sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celananya. Liam terlihat sangat keren bagi para rekan kerja wanita Anna. Tapi tidak baginya.


Diam-diam Liam sudah mengawasi Anna dari tadi, sepertinya pria itu sudah sedikit paham dengan masalah yang dialami oleh pujaan hatinya itu. Apakah dia harus menghampiri dan menolong gadisnya, pikir Liam.


Setelah berpikir panjang, Liam pun memutuskan untuk menghampirinya setelah Joanna pergi. Dia turut merasa khawatir apabila melihat raut wajah gadisnya yang pucat itu.


"Anna, kamu baik-baik saja?" tanya Liam khawatir.


"Saya baik-baik saja, Pak Liam."


"Wajahmu pucat, apa yang sudah dilakukan Joanna padamu?" tanya Liam dengan wajah yang geram.


"Tidak ada, Pak. Bu Joanna hanya menegur keterlambatan saya hari ini, hanya itu saja, tidak ada yang lain," jawab Anna menjelaskan.


"Bagus kalau begitu," ujar Liam lega.


"Mau saya antar sampai atas?" lanjutnya menawarkan diri.


"Tidak perlu, Pak. Saya bisa pergi sendiri."


Liam hanya bisa menatap kepergian Anna dari sini. Dia tidak ingin Anna merasa terganggu karena dirinya yang terlalu agresif. Keinginannya sangatlah sederhana, dia hanya ingin Anna memberikannya kesempatan untuk mendekatinya.


"Anna," gumam Liam kecewa.


Sudah berkali-kali dia ditolak, diabaikan, dan dihindari oleh gadisnya itu. Meski sudah terbiasa dengan itu semua, tetap saja hal tersebut membuatnya merasakan sesak dan sakit di dalam dadanya.


Dia benar-benar tulus menyayangi Anna.  Mencintai Anna. Tak bisakah dia menerimanya, barang sekali saja.

Bab terkait

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 6 : Sebuah Rahasia

    Di lain tempat, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup serius. Dapat dilihat dari sang wanita yang tampak tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh sang pria."Mau sampai kapan kau ingin menyembunyikan itu?" tanya sang wanita."....""Mau sampai kapan kau mau menyembunyikannya dari Anna, Liam?" tanya Julian pada akhirnya. Ya, wanita itu adalah Julian."Sampai dia mengingatku lagi," jawab Liam singkat."Tapi itu hal yang mustahil, bodoh. Kalian bertemu sepuluh tahun yang lalu, terus apalagi yang kau harapkan dari itu?" tanya wanita itu lagi."Anna pasti akan mengingatku, aku sangat yakin dia pasti akan mengingatku suatu hari nanti," jawab Liam tegas."Coba kau pikirkan baik-baik dengan ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 7 : Aku Menyukainya

    Entah kenapa, Julian yang mendengar pertanyaanku raut wajahnya seperti sangat terkejut. Ada apa memangnya, apa aku mengatakan sesuatu yang salah padanya."Julian, kenapa?" tanyaku khawatir."Tidak, Anna. Aku tidak apa-apa," jawabnya gugup."Wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya. Julian, apa aku menanyakan hal yang salah?" tanyaku cemas."Tidak, Anna. Kau tidak salah, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan," jawab Julian."Baiklah kalau begitu. Ayo, sebaiknya kamu pergi beristirahat sebentar. Mumpung jam istirahat masih berlangsung agak lama," ujarku memberi saran."Terima kasih, Anna.""Sama-sama, Sayang," gurauku.Melihatnya seperti itu, membuatku sedikit terkejut dan merasa aneh. Ini salah, mun

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 8 : Pusing Kepala

    Seakan waktu terhenti, aku lantas memandangi Albern yang baru saja mengatakan hal yang manis padaku. Jangan bilang kalau aku sedang baper sekarang."Menyukai apa, Al. Aku?" tanyaku dengan penuh rasa percaya diri."Bukan kau, tapi tingkahmu," sanggah Al.Ah, aku sakit hati teman-teman. Dia sih yang membuat aku salah paham terlebih dulu. Siapa coba yang tidak senang kalau disukai oleh Albern si tampan. Tapi tetap saja bukan."Kamu baru saja menyakiti hatiku, Al," ungkapku berlebihan."Apa?""Tidak jadi, lupakan saja," ucapku buru-buru.Bagaimana bisa aku bertingkah seperti ini padanya. Bagaimana pun, kami ini masih menjadi orang asing dan bukanlah sepasang kekasih. Apalagi kami ini baru saja bertemu kemarin malam. Tapi biarlah, aku juga bahagia bertingkah seperti itu di hadapannya."Kamu sudah makan siang?" tanyaku mencoba untuk mengalihkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 9 : Itu Obsesi

    "Anna, nanti datang, ya, ke pesta ulang tahunku!" seru Vella sambil menyerahkan selembar undangan pada Anna.Siapa wanita ini, pikir Anna mengingat-ingat. Anna memang memiliki sedikit masalah dengan memori otaknya, dia memiliki kecenderungan untuk melupakan sesuatu.Padahal gadis itu harus bisa mengendalikan kekurangannya, mau tidak mau."Ah, iya. Happy Birthday, Vella," ucap Anna dengan canggung. Hampir saja dia tidak mengingatnya."Haha, nanti besok malam saja ucapannya. Dan jangan lupa untuk membawa pasanganmu, Anna," imbuh Vella mengingatkan."Hah, pasangan?!" pekik Anna."Iya, pasangan. Soalnya pestaku akan mengadakan acara dansa bersama dipertengahan acara nanti, lebih lengkapnya bisa kamu cek sendiri di undangannya," ujar Vella menjelaskan."Okay, terima kasih buat undangannya," balas Anna dengan tersenyum masam."Siap, jangan sampai t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 10 : Rekan Kerja

    Anna sedang memikirkan keadaan Julian sekarang, sampai-sampai dia menjadi tidak fokus untuk mengerjakan sesuatu di kantor. Para rekan kerjanya juga turut menjadi khawatir melihat Anna yang seperti ini."Anna, kamu izin pulang saja sekarang," saran Ailee rekan sekantornya."Ah, tidak perlu. Sebentar lagi kita juga pulang bukan," tolak Anna secara halus."Tapi kami semua mengkhawatirkan kamu, Anna. Seharian ini kamu menjadi tidak fokus, tidak seperti kamu yang biasanya," ungkap Ailee khawatir.Anna melihat ke seluruh ruangan, dapat dilihat semua rekan kerja Anna sedang menatapnya khawatir. Anna menjadi merasa tidak enak sudah membuat mereka semua mengkhawatirkan dirinya."Maaf, karena membuat kalian semua khawatir. Tapi aku sekarang sudah agak baikan. Jadi, jangan khawatirkan aku lagi ya teman-teman," ujar Anna sembari mengerlingkan matanya menggoda.Banyak di antara rekan kerja

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 11 : Harga Diri

    "Maaf, Anna. Aku tidak bisa menemanimu pergi ke pesta. Karena kemungkinan aku baru bisa diizinkan pulang besok pagi," ujar Julian tidak enak hati."Tidak apa, jangan dipikirkan. Aku lah yang seharusnya khawatir, kamu kan jadi tidak bisa ikut bersenang-senang denganku di pesta," canda Anna.Anna memang cukup mengkhawatirkan wanita itu. Julian dirawat sendiri di sini tanpa adanya seseorang yang menemani. Anna tidak berani bertanya soal itu kepada Julian, karena menurutnya hal ini merupakan bagian dari privasinya. Anna hanya bisa menunggu sampai wanita itu sendiri yang menceritakannya padanya."Aku akan buat pesta sendiri nanti," balasnya dengan wajah cemberut."Yang penting, kamu harus sehat dulu sekarang," ujar Anna menasehati."Yes, Mam," gurau Julian.Dan mereka berdua pun tertawa bersama. Anna sudah menemani Julian sejak dia pulang dari kerja, sekitar dua jam yang lalu. Anna tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 12 : Hari Jadi

    ~Anna POV~"Apa?!" teriakku."Kamu tidak salah, Al? Ini hanya candaan kamu saja, bukan?" lanjutku bertanya.Apa-apaan ini, yang benar saja. Albern memintaku untuk menjadi kekasihnya, ini sama sekali tidak pernah terlintas di kepalaku. Ku pikir Al akan meminta sesuatu kepadaku, tapi yang pasti bukan untuk menjadi kekasihnya. Ini benar-benar mengejutkanku.Ya Tuhan, apa aku hanya salah mendengar tadi. Iya, pasti begitu. Tidak mungkin Al menembakku. Yang benar saja, kami baru saja bertemu beberapa hari yang lalu loh. Belum lagi dengan identitas Al yang belum ku ketahui, nama belakangnya saja aku tidak tahu."Aku tidak bercanda, Anna. Aku serius," ujar Al menyadarkanku."Tapi ... bahkan aku belum tahu banyak tentangmu, Albern.""Kau bisa mencari tahunya sendiri setelah menjadi kekasih ku, Anna," balas Albern."S-sebentar, kamu benar-benar serius?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   PROLOG

    Di sebuah jalan di Kota Melbourne, Australia. Terdapat seorang gadis berambut hitam panjang terurai yang berpakaian layaknya pekerja kantoran pada umumnya.Yaitu rok span putih yang dipadu dengan kemeja kasual berwarna cokelat. Selintas pakaian itu terlihat sangat cocok untuknya."Ah, capek banget hari ini," gerutu gadis itu lumayan keras.Wajahnya tampak kusut dan kusam, sepertinya dia memang sudah sangat berusaha keras untuk hari ini. Namun, meski penampilannya terlihat lusuh seperti itu. Si gadis tetap saja terlihat cantik dan menawan, seolah-olah semua itu tadi tidak mampu untuk menutupi kecantikannya. Baik dalam keadaan lusuh dan dekil sekalipun.Di antara banyaknya orang yang berlalu lalang di sana, hanya gadis itulah yang paling kelihatan menonjol dibandingkan yang lain. Bagaimana tidak, gadis itu memiliki wajah sangat manis dan cantik.Gadis berdarah campuran itu terlihat sangat menawan deng

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-27

Bab terbaru

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 12 : Hari Jadi

    ~Anna POV~"Apa?!" teriakku."Kamu tidak salah, Al? Ini hanya candaan kamu saja, bukan?" lanjutku bertanya.Apa-apaan ini, yang benar saja. Albern memintaku untuk menjadi kekasihnya, ini sama sekali tidak pernah terlintas di kepalaku. Ku pikir Al akan meminta sesuatu kepadaku, tapi yang pasti bukan untuk menjadi kekasihnya. Ini benar-benar mengejutkanku.Ya Tuhan, apa aku hanya salah mendengar tadi. Iya, pasti begitu. Tidak mungkin Al menembakku. Yang benar saja, kami baru saja bertemu beberapa hari yang lalu loh. Belum lagi dengan identitas Al yang belum ku ketahui, nama belakangnya saja aku tidak tahu."Aku tidak bercanda, Anna. Aku serius," ujar Al menyadarkanku."Tapi ... bahkan aku belum tahu banyak tentangmu, Albern.""Kau bisa mencari tahunya sendiri setelah menjadi kekasih ku, Anna," balas Albern."S-sebentar, kamu benar-benar serius?" tanya

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 11 : Harga Diri

    "Maaf, Anna. Aku tidak bisa menemanimu pergi ke pesta. Karena kemungkinan aku baru bisa diizinkan pulang besok pagi," ujar Julian tidak enak hati."Tidak apa, jangan dipikirkan. Aku lah yang seharusnya khawatir, kamu kan jadi tidak bisa ikut bersenang-senang denganku di pesta," canda Anna.Anna memang cukup mengkhawatirkan wanita itu. Julian dirawat sendiri di sini tanpa adanya seseorang yang menemani. Anna tidak berani bertanya soal itu kepada Julian, karena menurutnya hal ini merupakan bagian dari privasinya. Anna hanya bisa menunggu sampai wanita itu sendiri yang menceritakannya padanya."Aku akan buat pesta sendiri nanti," balasnya dengan wajah cemberut."Yang penting, kamu harus sehat dulu sekarang," ujar Anna menasehati."Yes, Mam," gurau Julian.Dan mereka berdua pun tertawa bersama. Anna sudah menemani Julian sejak dia pulang dari kerja, sekitar dua jam yang lalu. Anna tidak

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 10 : Rekan Kerja

    Anna sedang memikirkan keadaan Julian sekarang, sampai-sampai dia menjadi tidak fokus untuk mengerjakan sesuatu di kantor. Para rekan kerjanya juga turut menjadi khawatir melihat Anna yang seperti ini."Anna, kamu izin pulang saja sekarang," saran Ailee rekan sekantornya."Ah, tidak perlu. Sebentar lagi kita juga pulang bukan," tolak Anna secara halus."Tapi kami semua mengkhawatirkan kamu, Anna. Seharian ini kamu menjadi tidak fokus, tidak seperti kamu yang biasanya," ungkap Ailee khawatir.Anna melihat ke seluruh ruangan, dapat dilihat semua rekan kerja Anna sedang menatapnya khawatir. Anna menjadi merasa tidak enak sudah membuat mereka semua mengkhawatirkan dirinya."Maaf, karena membuat kalian semua khawatir. Tapi aku sekarang sudah agak baikan. Jadi, jangan khawatirkan aku lagi ya teman-teman," ujar Anna sembari mengerlingkan matanya menggoda.Banyak di antara rekan kerja

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 9 : Itu Obsesi

    "Anna, nanti datang, ya, ke pesta ulang tahunku!" seru Vella sambil menyerahkan selembar undangan pada Anna.Siapa wanita ini, pikir Anna mengingat-ingat. Anna memang memiliki sedikit masalah dengan memori otaknya, dia memiliki kecenderungan untuk melupakan sesuatu.Padahal gadis itu harus bisa mengendalikan kekurangannya, mau tidak mau."Ah, iya. Happy Birthday, Vella," ucap Anna dengan canggung. Hampir saja dia tidak mengingatnya."Haha, nanti besok malam saja ucapannya. Dan jangan lupa untuk membawa pasanganmu, Anna," imbuh Vella mengingatkan."Hah, pasangan?!" pekik Anna."Iya, pasangan. Soalnya pestaku akan mengadakan acara dansa bersama dipertengahan acara nanti, lebih lengkapnya bisa kamu cek sendiri di undangannya," ujar Vella menjelaskan."Okay, terima kasih buat undangannya," balas Anna dengan tersenyum masam."Siap, jangan sampai t

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 8 : Pusing Kepala

    Seakan waktu terhenti, aku lantas memandangi Albern yang baru saja mengatakan hal yang manis padaku. Jangan bilang kalau aku sedang baper sekarang."Menyukai apa, Al. Aku?" tanyaku dengan penuh rasa percaya diri."Bukan kau, tapi tingkahmu," sanggah Al.Ah, aku sakit hati teman-teman. Dia sih yang membuat aku salah paham terlebih dulu. Siapa coba yang tidak senang kalau disukai oleh Albern si tampan. Tapi tetap saja bukan."Kamu baru saja menyakiti hatiku, Al," ungkapku berlebihan."Apa?""Tidak jadi, lupakan saja," ucapku buru-buru.Bagaimana bisa aku bertingkah seperti ini padanya. Bagaimana pun, kami ini masih menjadi orang asing dan bukanlah sepasang kekasih. Apalagi kami ini baru saja bertemu kemarin malam. Tapi biarlah, aku juga bahagia bertingkah seperti itu di hadapannya."Kamu sudah makan siang?" tanyaku mencoba untuk mengalihkan.

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 7 : Aku Menyukainya

    Entah kenapa, Julian yang mendengar pertanyaanku raut wajahnya seperti sangat terkejut. Ada apa memangnya, apa aku mengatakan sesuatu yang salah padanya."Julian, kenapa?" tanyaku khawatir."Tidak, Anna. Aku tidak apa-apa," jawabnya gugup."Wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya. Julian, apa aku menanyakan hal yang salah?" tanyaku cemas."Tidak, Anna. Kau tidak salah, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan," jawab Julian."Baiklah kalau begitu. Ayo, sebaiknya kamu pergi beristirahat sebentar. Mumpung jam istirahat masih berlangsung agak lama," ujarku memberi saran."Terima kasih, Anna.""Sama-sama, Sayang," gurauku.Melihatnya seperti itu, membuatku sedikit terkejut dan merasa aneh. Ini salah, mun

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 6 : Sebuah Rahasia

    Di lain tempat, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup serius. Dapat dilihat dari sang wanita yang tampak tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh sang pria."Mau sampai kapan kau ingin menyembunyikan itu?" tanya sang wanita."....""Mau sampai kapan kau mau menyembunyikannya dari Anna, Liam?" tanya Julian pada akhirnya. Ya, wanita itu adalah Julian."Sampai dia mengingatku lagi," jawab Liam singkat."Tapi itu hal yang mustahil, bodoh. Kalian bertemu sepuluh tahun yang lalu, terus apalagi yang kau harapkan dari itu?" tanya wanita itu lagi."Anna pasti akan mengingatku, aku sangat yakin dia pasti akan mengingatku suatu hari nanti," jawab Liam tegas."Coba kau pikirkan baik-baik dengan ak

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 5 : Masalah Hati

    Di dapur, aku memilih untuk memasak masakan rumahan yang sederhana. Alasannya sih, karena simpel dan cepat matangnya. Aku cuma membuat tiga menu masakan andalanku. Yaitu tumis sayur, omelette, dan sambal."Kira-kira Al doyan sama masakan gue nggak ya. Eh, tapi bule zaman sekarang sudah pada doyan makan sambal kan," gumamku."Anna?"Tiba-tiba saja Albern muncul dari belakang, mengagetkanku. Hampir saja aku memukulnya dengan sendok nasi, untung saja aku masih bisa menahannya. Kalau tidak, betapa sayangnya bila jidatnya yang mulus itu menjadi benjol karenaku."Iya, Al. Ada apa?" tanyaku pada akhirnya."Masakanmu harum," jawabnya."Oh, apakah kamu suka dengan aromanya?" tanyaku lagi."Ya. Anna, itu masakan apa?" tanyanya balik.

  • MY HUSBAND IS A TRAMP!   Chapter 4 : Panggil Aku Al

    "Kau mencari ini, Nona?" tanya seseorang dengan suara yang tidak terdengar asing lagi di telingaku."Iya, itu dompetku," jawabku singkat. Syukurlah dompet itu tidak jadi hilang."Kau terlalu ceroboh," sindir pria itu sembari menyerahkan dompet itu padaku."Ya, aku tahu. Terima kasih sekali lagi, ehm?""Albern.""Oke, Tuan Albern. Aku Anna, Annandya. Salam kenal dan terima kasih atas bantuannya," ucapku tulus."Ya, tapi aku tak membutuhkan ucapan terima kasihmu.""Excuse me?" tanyaku tidak yakin. Mana mungkin pria sepertinya bisa bersikap sekasar itu kepada seorang wanita sepertiku."Biarkan aku menginap di rumahmu," jawabnya. Pria ini benar-benar sedang menguji kesabaranku.

DMCA.com Protection Status