Semua Bab Jerat Cinta CEO Mesum: Bab 91 - Bab 100

524 Bab

Bab 90. Kenikmatan Yang Dirindukan ( khusus 21+)

Daisy mendorong tubuh Gilang hingga laki-laki itu jatuh terlentang. Kemudian ia turun dari tubuh mangsanya. Ia menarik paksa kain yang tersisa di tubuh Gilang. Benda tumpul yang sudah sangat keras itu langsung menjulang ketika sangkarnya terlepas, seakan berbicara kalau ia sudah siap bertempur. Wanita itu membulatkan matanya saat melihat betapa besarnya benda tumpul milik laki-laki yang berada di depannya. Ia berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. “Sayang, apa aku boleh ….” Daisy membasahi bibirnya dengan lidah. Ia sudah tidak sabar ingin menikmati santapan lezat di depan matanya. Dielusnya benda panjang dan keras itu dengan lembut. Napasnya sudah memburu, hasrat birahinya sudah memuncak, ia sudah tidak bisa lagi menahan gejolak di dalam tubuhnya. Benda panjang itu langsung dilahapnya mentah-mentah. Ia memasukkannya ke dalam mulut, mengulumnya dengan penuh nikmat. Desahan demi desahan keluar dari mulut Gilang. Ia mengera
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-20
Baca selengkapnya

Bab 91. Melumpuhkan Ingatannya

Pukul lima pagi, Gilang baru sampai di apartemennya. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya.Menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk yang sudah lama tidak ia tiduri. Rasa lelah dan kantuk mengantarkannya lebih cepat ke dunia mimpi.Laki-laki itu terlihat sangat kelelahan setelah bercinta nonstop sampai pagi dengan wanita bernama Daisy. Baru dua jam ia tertidur, terdengar suara bel berbunyi. Dengan berat ia membuka kelopak matanya. Meraba-raba ponselnya yang ia taruh dekat bantal, tapi tidak ditemukannya.Matanya memicing, melihat jam dinding di kamarnya. "Sudah jam tujuh? Cepat sekali," gumamnya dengan suara yang serak.Ia bangkit dari tidurnya, lalu berjalan pelan karena masih terasa sangat mengantuk, ia melangkah menuju lantai bawah untuk membukakan pintu."Apa Mami yang menyuruhmu menjemput saya si sini?" tanya Gilang setelah membuka pintu, ternyata asistennya yang sudah mengganggu tidurnya."Iya, Bos," jawab Haris dengan sopan, "Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-21
Baca selengkapnya

Bab 92. Rindu Itu Berat

Gilang terus berusaha menelpon gadis belia yang dijodohkan dengannya. Namun, sudah berkali-kali ia menelpon tapi belum ada jawaban juga. Ia pun mengirimkan pesan pada Naya."Ceklis satu," gumamnya, "Apa dia marah?"Akhirnya Gilang memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas. "Haris, coba kamu hubungi Naya, dari tadi saya telepon tidak dijawab. Mungkin kalau kamu yang menelpon dia mau menjawabnya."Baik, Bos!" Haris segera menepikan kendaraannya di bahu jalan. Ia merogoh ponsel dalam sakunya, lalu menghuhungi calon istri atasannya."Halo, Nona!" sapa Haris saat sambungan teleponnya tersambung. 'Anak itu benar-benar marah, aku menelponnya berkaki-kali tapi tidak dijawab, giliran Haris yang menelpon langsung dijawab,' gerutu Gilang dalam hatinya."Ini siapa?" tanya Naya dengan suara serak khas bangun tidur. Ia menerima teleponnya tanpa melihat pada layar benda pipih itu siapa yang telah menghubunginya."Berikan pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-21
Baca selengkapnya

Bab. 93. Menunggu Kabar

"Bos, meeting setengah jam lagi dimulai," kata Haris dengan pelan.  Gilang menghela napas panjang, lalu bangun dari duduknya. "Tunggu sebentar!" Laki-laki itu mengambil dasi yang dilemparnya tadi, kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi. Lima menit kemudian, Gilang sudah keluar dari kamar mandi. Dasinya sudah kembali melingkar di kerah kemejanya. Rambutnya juga sudah klimis lagi. "Ayo!" ajak Gilang pada sang asisten. "Siap, Bos!" Haris mengekori tuannya menuju ruang meeting.  Setelah meeting selesai, Gilang dan Haris kembali ke ruang kerjanya. "Kamu segera selesaikan kerjaanmu! Saya mau pulang jam tiga sore!" titah Gilang pada asistennya. "Siap, Bos!"  Haris berdiri sambil memandang punggung sang bos yang berjalan menjauhinya. Setelah atasannya masuk ke dalam ruang kerjanya. Gilang bekerja dengan serius, sampai waktu makan siang pun dilewati. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-22
Baca selengkapnya

Bab 94. Salah Paham

Naya bangun dan terduduk sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Mas Gilang mau ngapain ke sini? Aku ngantuk banget ini."Naya berusaha untuk membuka mata, tapi kelopak matanya terasa berat untuk dibuka. 'Kenapa masih ngantuk juga sih? Padahal udah tidur seharian,' batin Naya."Maafkan aku, Nay," kata Gilang sambil menggeser duduknya mendekati Naya. "Kamu jangan marah lagi dong!" Gilang meraih tangan Naya, mengusapnya dengan lembut."Siapa yang marah? Aku cuma mengantuk," jawab Naya sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia tidak bisa menahan kantuknya."Kenapa kamu nggak mau jawab teleponku? Tapi, kalau Haris yang menelpon langsung dijawab," tanya Gilang sambil menatap wajah bantal sang calon istri."Tadi aku lagi tidur, pas mau jawab, udah mati lagi. Mana tahu itu telpon dari siapa," jawab Naya dengan malas."Kenapa teleponnya dimatikan waktu aku bicara?" tanya Gilang lagi."Hapeku mati," jawab Naya sambil memejam
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-23
Baca selengkapnya

Bab 95. Janji Gilang

“Iya, Nay, baju kamu nggak sopan itu.” Bunda Maya menimpali. “Udah sana ganti! Lagian kamu tumben mau pakai baju cewek kayak gitu,” ucap sang bunda sambil tertawa pelan.Bunda Maya juga sependapat dengan Gilang. Baju yang dikenakan Naya memang terlihat sedikit terbuka. Mungkin karena Naya belum pernah memakai baju seperti itu sebelumnya, jadi terlihat tidak enak dipandang.“Kalau nggak boleh dipakai kenapa Mas Gilang beliin baju kayak gini!” protes Naya, padahal ia memakai baju itu untuk menyenangkan hati calon suaminya. Tapi, ternyata tidak sesuai harapan gadis tomboy itu.“Waktu itu aku nggak tahu kalau bajunya seperti ini kalau dipakai. Itu ‘kan bukan aku yang pilihkan,” elak Gilang.Entah kenapa dulu ia ingin sekali melihat Naya memakai baju seksi, tapi sekarang tidak menyukainya. Gilang tidak mau kalau laki-laki lain memandang wanitanya. Hanya dia yang berhak atas calon istrinya.Dengan ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-23
Baca selengkapnya

Bab 96. Demi Kamu

“Sudah sampai, Bos,” kata Haris setelah mobil mereka berhenti di sebuah Mall terbesar di kota itu.Gilang melepas jas, dan dasi supaya tidak terlalu terlihat formal. Ia khawatir ada seseorang yang mencibir kekasihnya lagi karena berjalan dengan laki-laki yang lebih tua seperti dirinya.Naya dan Gilang segera keluar dari dalam mobil, lalu mengayunkan langkah kakinya masuk ke dalam pusat perbelanjaan itu. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan.“Mas Gilang terlihat lebih muda,” ucap Naya sambil menutup mulutnya menyembunyikan tawa kecilnya.“Jadi, menurutmu aku lebih tua kalau memakai jas?” tanya Gilang pada Naya.“Bukan itu sih maksudku, tapi kalau Mas Gilang memakai jas, kelihatan kontras banget dengan penampilanku. Nggak serasi banget,” jawab Naya.“Nggak apa-apa penampilan kita nggak serasi, yang terpenting ‘kan hati kita serasi,” balas Gilang sambil mengedipkan sebelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-23
Baca selengkapnya

Bab 97. Mau Dong Digigit

“Kalau aku jawab, mau kencan sama Mas Haris gimana?” tanya Naya sambil tersenyum menggoda kekasihnya.“Aku gigit kamu,” sahut Gilang sambil menggertakkan gigi, mengapit kepala Naya yang hanya sebatas bahu dengan lengan kekarnya.“Mau dong digigit,” kata Naya sambil melepaskan tangan kekasihnya.“Jangan menyesal kalau aku gigit, pasti kamu pengin nambah lagi, dan lagi,” bisik Gilang di telinga Naya.“Mas Gilang, geli tahu,” Naya mengusap daun telinganya, lalu menyuruh Gilang untuk membeli karcis dan makanan.Gilang pergi mengantre untuk membeli karcis, lalu ia pergi membeli makanan dan minuman untuknya dan Naya. Kemudian, kembali menghampiri Naya yang sedang duduk sambil menatapnya.“Nay, Apa kamu sering nonton kayak gini bareng pacar kamu?” tanya Gilang sambil memberikan minuman kepada Naya.“Mas Gilang jangan meledek aku! Mas Gilang ‘kan pacar pertama
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-25
Baca selengkapnya

Bab 98. Aku Hanya Milikmu Seorang

"Mas Gilang, malu tahu." Naya mendorong wajah kekasihnya yang semakin condong padanya.Gilang tertawa geli melihat Naya yang celingukan ke kanan dan ke kiri saat dirinya hendak melabuhkan bibirnya. Gadis tomboy itu takut ada yang memerhatikannya."Aku bukan mau nyium kamu, tapi cuma mau bilang kalau filmnya udahan," kata Gilang sambil terkekeh. Gilang bangun dari duduknya, mengulurkan tangan kepada kekasihnya yang disambut dengan senyuman manis oleh gadis cantik itu.Mereka keluar dari gedung itu. Berjalan sambil bergandengan tangan. Sepertinya Gilang sudah nyaman dengan keberadaan Naya di sisinya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Naya yang diajak berbelok ke toko pakaian wanita dan pria."Aku mau ganti baju dulu," jawab Gilang sambil terus berjalan tanpa menoleh pada kekasihnya."Orang kaya mah bebas. Ganti baju di mana pun, tinggal beli," gumam Naya dengan sangat pelan.Gilang memasuki toko pakaian bermerk. Laki-laki itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-27
Baca selengkapnya

Bab 99. Kekuatan Cinta

"Mas Gilang, ayo kita pulang!" Naya bangun dari duduknya. Menarik tangan kekasihnya untuk segera pergi dari tempat itu, hingga es krim yang hendak masuk ke mulut laki-laki tampan itu tumpah pada kaus putihnya. "Maaf!" ucapnya sambil tersenyum kuda. 'Mas Gilang pasti marah ini,' gumam Naya dalam hatinya.Namun, dugaan Naya salah. Gilang sama sekali tidak marah, walau kaus putihnya terkena noda es krim. Pemuda itu hanya heran, kenapa kekasihnya begitu terburu-buru mengajak pergi dari kedai es krim.Gilang bangun dari duduknya sambil membawa kotak es krim yang sedang dia nikmati. "Ada apa sih, Nay? Ini ke dua kalinya kamu mengotori bajuku. Dan, kamu harus diberi hukuman!""Ya udah iya, aku terima hukumannya," sahut Naya, "Sekarang kita pergi dulu dari sini!" Naya terus menarik tangan Gilang untuk segera pergi dari kedai es krim.Bukan tanpa alasan ia mengajak Gilang pergi. Gadis itu melihat dua orang wanita yang terus menatap kekasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
53
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status