33. Malam tak dilalui Wangsa dengan tenang, meski berulang-kali pria tua itu berusaha memejamkan mata. Helaan napas lelah, penuh keputus-asaan dan rasa bersalah. Andai dulu dia tidak membawa Dara ke dalam rumahnya, mungkin Joya masih seutuhnya menjadi anak gadis penurut yang senantiasa manis bertingkah dan bertutur kata. Ingatan Wangsa terlempar, mengenang hari itu, saat prahara itu memulai episodnya. Senja yang tenang seharusnya, istri Wangsa terbaring lemas di atas ranjang, sementara Joya menungguinya dengan sabar. Gadis itu amat ceria, berceloteh riang tentang pertemuannya dengan Damar beberapa hari yang lalu. “Ma, Mas Damar anaknya Paklik Darmawan ternyata orangnya ganteng banget. Dia juga baik, nggak seperti saudaranya. Joy suka nginep di tempat Paklik Darmawan, kapan-kapan, kalau Papa ke Magelang lagi, Joya mau ikut, boleh, kan, Ma?” Joya menggoyang-goyangkan lengan ibunya dengan lembut. Sementara wanita yang tengah berbar
Last Updated : 2024-10-29 Read more