Sepanjang perjalanan Randika terlihat diam, begitupun dengan Arumi, dan Rilan. Ketiga orang itu terlihat canggung, bahkan Randika sesekali memandang nyalang pada Rilan. Dia masih marah dengan apa yang telah Rilan lakukan padanya di kafe. "Bisakah seseorang memancing pembicaraan. Ini menegangkan, leher ku sampai sakit jika tidak bergerak," keluh Arumi di dalam hati. "Tuan." Arumi menoleh seketika, saat Rilan bersuara. Dia seperti mendapatkan undian yang sangat di nantikan. Wanita dengan manik cokelat itu menatap Rilan dan mengembangkan senyum tipis. "Apa!" Jawaban datar Randika membuat Rilan sedikit takut, Tapi dengan keberanian dia kembali mencoba untuk mencairkan suasana. "Apa hari ini anda akan ke kantor? ada berkas yang harus diperiksa." ucap Rilan mulai santai. "Entahlah, jika pembahasan di rumah baik maka kita akan ke kantor. Jika tidak, kau selesaikan seperti biasa, dan laporkan kembali padaku," ujar Randika melirik
Read more