Suara dentuman musik yang memekakan telinga bersama riuh rendah jeritan dan teriakan dari mulut-mulut yang merasakan dunia hanya milik mereka itu terdengar begitu pecah.Satu-satu, dua tiga, empat, bergerombol dalam gemerlap lampu. Parfum, keringat, asap rokok semua melebur jadi satu. Tawa, canda, seringai, bahasa tubuh yang entah jujur atau pura-pura terdengar dari segala penjuru. Tapi, siapa yang perduli dengan kejujuran saat mereka datang untuk melepas rasa, melepas penat, menyalurkan hasrat.Tidak ada yang perduli kecuali melebur menjadi satu dengan keriuhan dan kebisingan memekakan telinga tapi memabukkan. Mereka bisa menjadi siapa saja, apa saja. Bersikap semaunya. Menahan diri? Disini bukan tempatnya. Namun, gadis itu bersikap tak biasa, hanya berkali-kali menenggak minuman yang sudah menguasai seluruh saraf dan nadinya. Tapi, ia masih saja menuangkan air beralkohol itu dalam gelas yang ser
Read more