Beranda / Lain / LORO / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab LORO: Bab 51 - Bab 60

94 Bab

50. Teruslah menjadi bodoh

"Tidak, Sayang. Selama kita mampu kenapa harus menahan diri untuk anak," ucap Bagas membuat Maya yang menatapnya, meneteskan airmata lagi. Air yang lolos begitu mudahnya sesuka hati."Dan Carmen bukan hanya anak maminya saja, bukan? Carmen juga anak papinya," ucap Bagas tersenyum melihat pipi Maya yang sudah berurai air mata kembali basah dengan senyum di bibir."Aku mencintaimu, Mas Bagas," ucap Maya membuat Bagas mengangguk lalu mengecup bibir Maya, wanita yang menahan belakang kepala Bagas dengan tangannya yang bebas."May-""Stt, anak kita sedang tidur, jadi jangan bersuara," ucap Maya yang tangannya merayap turun lalu masuk kedalam celana pria yang resletingnya ia buka.Jemari-jemari tangan Maya begitu ahli mempermainkan naluri Bagas yang sengaja ia sulut. Pria bodoh yang bahkan tak melihat setitik pun keburukan dalam diri Maya karena rasa cintanya memburamkan segalanya."Dan teruslah menciumku, Mas," pinta Maya yang tangannya merasakan
Baca selengkapnya

51. Panggilan tak terjawab

'Ya Tuhan apa yang terjadi pada Arimbi?'Tian hanya menepuki punggung putra satu-satunya itu perlahan sampai tangis Rei usai. Bocah nakal yang memeluk erat leher ayahnya itu menagis. Tangis sepenuh hati yang berasal dari bocah polos yang bersedih temannya terluka dan tak bisa bertemu jika Arimbi belum sembuh."Oh, putra papa yang menggemaskan ini pasti sangat suka Arimbi, ya?" ucap Tian menghapus sisa airmata Rei, yang ada dalam pangkuannya. Hidung kecil Rei yang memerah kembang kempis begitu lucu meski ikut basah dengan ingus bening yang ikut jatuh, begitupun pipi dan matanya yang jadi sembab masih basah dengan bekas airmata yang belum mengering."Ok, sekarang bilang ke Eyang, Arimbi kenapa?" tanya wanita tua yang duduk di seberang, tak perduli dengan tatapan protes sang putra yang tak diucapkan."Sabarlah, Bu," ucap Dewi meletakkan secangkir teh hangat di depan Eyang juga suaminya. Sementara Rei yang menjulurkan dua tangannya minta dipangku sang mama da
Baca selengkapnya

52. Small small bad wolf

Sudut-sudut terang, bayang-bayang menggelap karena cahaya terhalang benda. Tiap inci, tiap sudut, tiap jengkal ruangan seluruhnya Arimbi perhatikan dalam diam. Sampai ujung mata yang pancaran ketakutannya makin berkurang itu, mendapati dua orang yang membuat garukan kuku jempol pada plester yang melingkar di telunjuk kecilnya, berhenti.Gadis kecil yang tetap tak sadar dengan apa yang jemari kecilnya lakukan itu, menunjukan wajah lega mendapati wajah femiliar yang membuatnya tenang. Ketakutannya menghilang, menguap, lenyap.Gadis kecil yang ahirnya memilih turun dari bangsal itu, berjalan mendekati dua tubuh yang tertidur tak jauh darinya."(Om Mako... Om Ali...)"Bibir kecil dan basah yang ujungnya sobek itu berucap memanggil dua pria yang tampak begitu lelap dalam tidur mereka. Dan tangan kecilnya yang dipenuhi tanda membiru menjulur hendak menyentuh, tapi gadis kecil yang jadi diam itu menarik tangannya kembali. Urung.Urung menyentuh salah satu
Baca selengkapnya

53. Rumah hangat dan Amukan

Small small bad wolf~She life with a pack of a liar~Small small bad wolf~What she will do when she get older~Small small bad wolf~She smile with innocent smiling face~Small small bad wolf~What she gonna do? What she gonna do~Small small bad wolf~Carefull everyone she come to get you~Small small bad wolf~She life with a pack of a liar~Small small bad wolf~She smile to get you~Small small bad wolf~Pria yang bersenandung pelan itu ahirnya berhenti melangkah. Begitupun kaki kecil tak beralas gadis kecil yang berjalan di belakangnya."Kita sudah sampai," ucap pria yang pupil matanya memperhatikan gadis kecil yang mengangguk dalam diam setelah membaca papan nama di bagian depan pintu yang rapat tertutup."(Terimakasih, Om,)" ucap Arimbi menatap pria asing di depannya yang mengangguk dengan mata yang tak lepas memperhatikan gadis kecil yang membuka pintu dan menutupnya kembali setelah
Baca selengkapnya

54. Mata sembab yang perih

"SIALAN!" teriak sukma menggema bahkan masuk ke dalam pori-pori benda dalam kamar yang penghuninya tak ada saat ia datang.Tidak Maya, tidak Bagas, apalagi Carmen."GUNDIK SIAL!" seru Sukma begitu sepenuh rasa dan kesadaran.Emosi yang ahirnya meledak membuat Sukma seperti orang kesetanan, ia melempar apapun yang ditemui matanya. Sukma tidak lagi perduli kamar yang sedang diamuknya ini adalah kamar sang putra saat Bagas sedang bersama gundik sialannya itu!Wanita tak punya malu yang membuat sang putra menjadi laki-laki bodoh yang membuat sang ibu kecewa berkali-kali tapi selalu bisa menemukan pembenaran bagi sang putra tersayangnya ini.PRANG...! CRASS!! THUD!! BRAKK!! KLONTANG!!Segala macam bunyi seolah menjadi satu kesatuan dan terus terdengar sampai Sukma yang ahirnya selesai melempar apapun yang ingin dilemparnya duduk di atas kasur yang tatanannya masih sama seperti saat ia masuk. Yang membedakan hanyalah lantai yang kini dipenuhi bara
Baca selengkapnya

55. Percaya tanpa tanya

Ping: hei, nona besar, kenapa aku tak dapat kabar apapun darimu? apa semalam Ardi tak memuaskanmu? (Sera)Zizi yang duduk di atas lantai hanya menatapi layar ponselnya yang berdering karena ada panggilan masuk dari Sera.Ping: eh! jangan di read doang dong nona, lo beneran gak puas ya? haha...Ping: yah, Ardi emang terlalu sopan dan gak bisa liar di atas ranjang, tapi gue yakin ia udah bikin lo puas dengan caranya sendiri. His good with his fingers and tongue!Ping: But, Kalo lo mau yang liar dan bikin lo teriak tanpa henti, kita hunting malam ini, gue masih ada di club nih.Ping: I'll be waiting, Zi.Ping: HELLO.......!!Ping: ?Ping: jangan diread doang dong ,Zi! lo masih kepikiran soal Arimbi-Arimbi itu ya?Zizi yang mengernyitkan dahi, langsung mengetiki layar ponselnya cepat setelah mengabaikan Sera yang terus mengiriminya pesan.Send: apa maksud lo?Ping: yeee.. makanya minum jangan kebanyakan, Zi. Mi
Baca selengkapnya

56. Samar tak terdengar

Langkah Ali makin lebar saat sudah dekat dengan kamar rawat inap milik Arum. Kakinya yang panjang bahkan berlari dan membuka cepat pintu ruangan yang begitu sepi lalu melangkah lagi mendekati pintu lain yang pengaitnya ia pegang kuat dengan dada berdebar begitu keras penuh pengharapan.SREGG!!Dibukanya pintu geser ruangan Arum di rawat tak perduli pintu di belakangnya masih terbuka lebar."!" Mata ali membesar seketika dengan mulut membisu yang terasa kelu meski lega. Saraf tegang diseluruh tubuhnya serasa dikendurkan ketika ia melihat gadis kecil yang dicarinya sedang terlelap memeluk sang mama.Mungkin jika tangannya tak kuat mencengkram daun pintu yang baru dibukanya sebagian, Ali akan terduduk di atas kakinya sendiri yang jadi lemas.Dengan tangan yang bergetar di ambilnya ponsel dan memencet nomor yang terdaftar dalam panggilan cepat yang langsung diangkat si penerima telepon yang suara nafasnya terdengar memburu."Arimbi ketemu, Ko, d
Baca selengkapnya

57. Mengubur kenangan terlupakan

Ruangan tempat Arum dirawat jadi sepi sesaat setelah Sabio mengatakan untaian kalimat yang membuat pertalian tangan Ali dan Marko makin mengerat.Mesin yang menjadi penyambung hidup bagi Arum pun terdengar begitu keras di telingan yang sudah hafal dengan bunyinya.Bib... Bib... Bib...Ali menatap pria muda yang matanya tak pernah melewatkan ekspresi apapun dari wajah dua pria di hadapannya itu. pria muda yang begitu pandai memainkan wajah dan intonasi suara semaunya sendiri pada waktu yang tepat."Apa hal itu perlu untuk dilakukan, Dok?""Tentu, Pak Ali. Saya percaya kita semua tidak mau Arimbi kehilangan jati dirinya sendiri, bukan?" tanya Sabio menatap dua pria di depannya dan sabar menunggu reaksi dari Marko dan Ali.Dua pria yang pertalian tangannya bahkan makin mengerat setelah mendengar ucapan Sabio. Dan ucapan Ali membuat Sabio tersenyum samar sampai garis tawa di bibirnya tak terlihat."Apa itu mungkin dilakukan, Dokter?" ucap
Baca selengkapnya

58. Terlalu menyakitkan untuk diingat

"Melupakan yang terjadi?" Tanya Ali begitu tak percaya. Matanya yang terlihat bingung menatap Sabio yang mengangguk."Benar, Pak Ali. Ditambah lagi Arimbi sudah mengunci ingatannya sendiri kini. Jadi, apa yang akan saya lakukan hanya akan mempermudah ingatan yang terkunci itu seperti tidak pernah terjadi," ucap Sabio membuat Ali dan Marko menahan nafas mereka."Seperti tidak pernah terjadi? Tapi, apa itu mungkin dilakukan, Dokte Sabio? Dan apa hal itu tidak akan berbahaya jika Arimbi tanpa sengaja mengingat ingatannya yang dihilangkan?" tanya Marko membuat Sabio diam memperhatikan dua pria di depannya.Bukan tak bisa menjawab. Sabio hanya ingin mengambil momen yang tepat pada emosi Marko dan Ali yang mau tidak mau harus menyetujui. Mereka menyadarinya ataupun tidak."Saya, sudah menangani banyak pasien yang memiliki hal-hal menyakitkan dalam hidup mereka. Hal-hal yang terlalu menyakitkan untuk diingat, tapi terlalu sulit untuk dilupakan sendiri sekeras ap
Baca selengkapnya

59. A little secret

"Kejutan!" ucap sukma dengan senyum merekah, pada putranya yang meski kaget membalas senyum sang ibu lalu mengecup pipi Sukma setelah membalas hangat pelukannya."Bagaimana ibu tau kami di sini?" tanya Bagas membuat Sukma tertawa sambil berjalan masuk, meletakkan tas berisi baju di sofa, meski tatapannya dingin pada Maya yang jadi benar-benar tak nyaman berdiri di ambang pintu dalam bisu."Karena kau putraku, Bagas," ucap Sukma membuat Bagas dan Maya yang masih berdiri di tempat sama, saling melirik lalu memandang wanita paruh baya yang tampilannya masih sangat modis dan tertawa melihat reaksi mereka."Oh, ayolah, tidakkan semua ibu berhak mengatakan itu sekali dalam hidup mereka? dan aku kangen dengan cucuku. Di mana dia?" tanya Sukma membuat Maya menelan ludahnya yang terasa begitu pahit mendapati sorot mata wanita paruh baya yang mendekat lalu menciumnya juga memberi pelukan yang tampak hangat meski dua wanita itu sama-sama tahu, tidak ada kehangatan sedikitp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status