"Kayaknya, Venca kemarin masih menstruasi, Bu," sanggah Tara cepat-cepat, dia tidak ingin, Ibu dan Bapak berpikiran jauh soal mualnya pagi ini. Hingga Venca muncul dengan santai mengambil sarapannya dan membuat segelas teh manis. Ibu, Bapak dan juga Tara menatap Venca."Ada apa, si?""Lho, kamu enggak tahu, Ca? Tara tadi mual, muntah-muntah di kamar mandi."Mata Venca membesar. "Enggak apa-apa 'kan?" tanya Venca dengan santainya. "Paling masuk angin aja," jawabnya lagi. Dia mulai menyuap lontong sayurnya yang terasa hambar, hanya pedas saja."Ca, Nduk," Bapak merayunya, mana tahunanaknya ini masih malu mengakui kehamilannya kepada Bapak dan Ibunya. "Mungkin ada baiknya, hari ini kalian pergi ke dokter." "Buat apa, Bu?" tanya Venca acuh tak acuh, sementara Tara, menelototi Venca. "Periksa kamu, mana tahu kamu 'isi', Ca," timpal Ibu dengan luwesnya. Dalam hati Venca mendecak. "Enggak mungkin, lagi pula, h
Read more