Malam ini rasanya sulit untuk Tara lewati. Matanya masih mengawasi pintu gerbang indekos Venca dari mobil. Dengan perasaan yang tidam bisa dia jelaskan dengan kata. Beberapa jam berlalu menunggu, gadis itu belum terlihat sama sekali. Dan, lelaki itu mulai kesal, menggeram tak tentu.Dalam hatinya bertarung, buat apa dia menunggu di sini? Sungguh sangat tidak penting. Mengapa tidak telepon saja? Ya, itu telepon. Lelaki itu cepat-cepat keluarkan ponsel.dari saku celana.Namun, Tara lupa, beberapa kali dia coba tidak diangkat, akhirnya tersambung dengan kotak suara. Dari tadi pun sudah begitu. Lagi pula, dia hanya ingin meminta maaf, itu saja. Tidak lama, ponselnya malah berdering.Nama yang muncul, Rani. Tara setenguah mati mengawasi tempat dia berada, jangan sampai Rani tahu dia ada do drpan indekos Venca. "Hallo, Ran?" sapa Tara."Sayang, kamu ke mana? Apa nginep di rumah ..."Suara Rani terputus, sebenarnya
Read more