Revan, mengakui semuanya, dalam hatinya, dia ingin Venca menerima apa adanya. Namun, sepertinya, gadis itu terlanjur kecewa, Rei berbohong. Andai saja dia mau terus terang, mungkin bapak Caca mau mempertimbangkan menerima pemuda itu. Rei, menunduk, serba salah, dia juga tidak tahu harus berbuat apa. Lantas saja, dia melanjutkan apa yang tadi dijelaskan. “Saat ini, saya sedang merintis usaha sendiri di Bandung, bidang kontraktor. Dan, Alhamdulillah, sedang berkembang,” katanya lagi. Bapak Hadipranoto—ayah Venca masih menatap Rei dengan tajam. Tangannya bersedekap, dia menunggu semua penjelasan dari Revan, satu hal yang ada dalam pikirannya: tidak boleh Venca berjodoh dengan orang selain dari daerah asal bapaknya. Tidak boleh, bisa jadi aib untuknya. Hening sejenak, tegang dan juga diwarnai dengan kecanggungan. “Revan, apa kamu asli orang Bandung?” Suaranya sedikit rendah sekarang. “Iya, Pak, ambu dan ayah asli sana, teta
Read more