Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Segitiga / Kegembiraan Caca Kesedihan Rani

Share

Kegembiraan Caca Kesedihan Rani

Penulis: Respaty legacy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

[Ca, Insyaallah, Rei bakalan datang ke Jakarta, ke rumah Caca, mau ngomong sama papa kamu. Lusa.]

Satu pesan singkat dari Revan berhasil membuat semangat Caca bangkit. Dia sedang rebahan ketika pesan itu hadir di ponselnya. Lantas saja, dia menegakkan badan, tersenyum sambil mengigit bibirnya, melukiskan buncahan rasa yang ada dalam hatinya. 

Tak kuasa, suaranya saja gagal keluar dari mulutnya. Napasnya seperti terhenti begitu saja. Matanya berkaca-kaca, terharu dan juga tidak tahu harus berbuat apa. 

Dalam hatinya tentu saja, harus memberi kabar ke Ibu dan Ayah. Perihal kedatangan pujaan hati—yang akhirnya datang. 

Buncahan dalam hatinya terlalu berlebihan hingga dia tak mampu berkata. Ibu dan Kak Rani yang malam itu ada di ruangan televisi, menatap aneh kepada Caca. 

“Bu,” sapanya, dadanya naik turun. Dia mengambil duduk, di samping kakaknya. 

“Hm?” balas Ibu. Matanya beralih ke Caca ketika melihat gelagat anak itu yang senyum-senyum send
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Segitiga   Kecewa

    Tentu saja, Caca memberitahukan perihal kedatangan Rei ke rumah. Dan, tepat dihari kedatangan, seisi rumah disibukkan oleh persiapan.Bukan persiapan akan dilamar, ibu dan bapak Caca bersiap menolak kehadiran Rei, tentu alasannya karena tidak sepadan dalam status sosial.Caca, menyiapkan diri, berusaham menenangkan degup jantung yang tidak menentu. Rei, tiudak berkata apa-apa, sehari sebelum kedatangannya. Bahkan, pria itu cenderung menghilang dari peredaran.Hal ini membuat gadis itu khawatir setengah mati. Walau pun beberapa hari ini saling menelpon untuk menjelaskan arah ke rumah Caca.Gadis itu khawatir, dalam bayangannya, Rei akan naik kendaraan umum dari kampungnya—yang jauh di Jawa Tengah sana. Lalu, pertama kali ke Jakarta, pastinya akan asing sendirian. Andai saja Caca bisa menjemput, dia juga bisa paling tidak menyetir. Namun, Rei berhasil meyakinkan kalau dia bisa sendirian. Walau Caca menjelaskan kalau tarif taksi agak mahal, untuk ren

  • Terjebak Cinta Segitiga   Aneka Kejadian

    “Papa serius, Tara, kalau kamu memutuskan untuk melamar Rani, kamu boleh meninggalkan rumah ini. Dan juga perusahaan Papa,” ancaman itu membuat nyali Tara menciut. “juga kamu boleh meninggalkan semua yang Papa kasih sebagai fasilitas hidup.” Lanjut Papa lagi, mata lelaki paruh baya itu membesar. Napasnya tersengal.Jelas sekali, Tara ketakutan tak karuan, bagaimana nanti hidupnya yang terbiasa hidup enak. Apa iya, Rani akan mau hidup susah, apa adanya?Rasanya enggak mungkin.“Gimana, Le? Kamu ogah kan hidup susah, cari kerjaan lagi sana-sini, heh?” sindir Mama, perempuan ini paham betul seberapa banyak kedewasaan anaknya ini. Maka dari itu dia diminta lekas menikah, selain umur yang sudah hampir tiga puluh.“Kamu, silakan hidup di luar sana, tanpa fasilitas dan tentu saja, Papa akan pastikan, tidak ada satu pun perusahaan yang akan menerima kamu.”Tara semakin tegang, enggak mungkin seperti itu, sia-sia ijazah S2-nya yang dari Japan University

  • Terjebak Cinta Segitiga   Rencana Baru Revan

    “Harusnya elo ke Jakarta kemarin,” Gibran membesarkan mata, menatap Revan yang pagi ini tetiba muncul di kantor. Dan langsung ke ruangan wakil direkturnya.Sahabatnya itu melangkah dengan lemas, lalu duduk di kursi, sambil melemaskan bahu.Wajah tampan lelaki itu rasanya sekarang tidak berbentuk, rambutnya berantakan, mungkin pakaian yang sama untuk beberapa hari? Entah, yang jelas, dekil.Gibran mendengar kabar bahwa ayah Revan harus operasi jantung. Namun, apa karena itu dia urung ke Jakarta. Bagaimana keadaan Caca nanti?“Bokap kan kena serangan jantung,” jawabnya. “Ambu enggak karuan sedihnya waktu ayah operasi, nangis terus. Gue enggak tega lah, ninggalin mereka.” Lelaki itu mengendikkan bahu. “Yah, rasanya enggak tahu diri banget kalau tetap pergi, cuma mau ketemu pujaan hati.”Benar tebakan Gibran, walau seharusnya Revan bisa izin sebentar untuk ke Jakarta. Jarak bukan masalah, dia bisa menempuhnya dalam waktu singkat dengan kendar

  • Terjebak Cinta Segitiga   Hari yang Menggetarkan

    Pagi itu, Gibran stand by di rumah sakit menjemput Revan. Dia menepati janji untuk mengantarnya ke Jakarta.Sahabat itu tentu saja melihat Revan semringah—yang rapi dengan balutan kemeja batik. Mirip orang mau lamaran.“Wah, keren banget, lo. Nggak sangka totalitas juga.”Revan hanya tertawa kecil, “ya, tentu saja. Oh iya, Bran, kayaknya mesti ngerepotin elo ni, ambu gue mau ikut, jadi jemput dulu ke rumah gue,” kata Revan dengan santun.Tentu saja, dia sangat berterima kasih kepada Gibran yang mau menyetir ke Jakarta dan juga menemaninya.“Ay, ay, Captain! Alhamdulillah lagian kalo nyokap elo mau ikut,” tutur Gibran tulus.Revan hanya tersenyum lebar, tidak terbayangkan sebelumnya, hari ini, hari yang paling membahagiakan untuknya. Semalam dia memimpikan bagaimana wajah gadisnya nanti. “Lo bawa cincinnya ‘kan?” tanya Gibran, lelaki itu memutar setir, menuju rumah mewah milik orang tua Revan yang ada di kawasan Kota Bandung.&

  • Terjebak Cinta Segitiga   Kedatangan Revan

    “Tidak bisa begitu, Venca!” sentak bapak langsung, tanpa segan atau apa, dia sudah tidak memikirkan lagi perasaan anaknya atau apa. Yang ada dalam pikirannya, malu, jika anaknya menyukai orang lain.“Tapi, Pak, paling enggak, Bapak dengarkan alasan Rei kenapa kemarin dia enggak datang ke sini,” mohon Venca dengan mata yang berkaca-kaca dan juga suara yang bergetar.“Kemarin Bapak sudah beri dia kesempatan, bukan? Kenapa tidak datang? Sekarang, sore nanti, Tara akan datang untuk lamaran dan tunangan, malu kalau kamu menolak dia demi bersama Rei, Rei yang enggak jelas itu. Mau ditaruh di mana muka Bapak dan Ibu, Venca?” suara Bapak menggelegar dengan mata yang merah menyala.Caca tidak bisa apa-apa, dia hanya menunduk sedih. Entah berapa lama dan sedang di jalan mana Rei sekarang, hatinya beku, hingga tubuhnya dingin.Di meja makan dia terisak, dipandangi Ibu dan Bapak.Sementara, Raden memilih diam, melihat amarah Bapak yang sepertinya mel

  • Terjebak Cinta Segitiga   Penolakan Caca

    Revan, mengakui semuanya, dalam hatinya, dia ingin Venca menerima apa adanya.Namun, sepertinya, gadis itu terlanjur kecewa, Rei berbohong. Andai saja dia mau terus terang, mungkin bapak Caca mau mempertimbangkan menerima pemuda itu.Rei, menunduk, serba salah, dia juga tidak tahu harus berbuat apa. Lantas saja, dia melanjutkan apa yang tadi dijelaskan.“Saat ini, saya sedang merintis usaha sendiri di Bandung, bidang kontraktor. Dan, Alhamdulillah, sedang berkembang,” katanya lagi.Bapak Hadipranoto—ayah Venca masih menatap Rei dengan tajam. Tangannya bersedekap, dia menunggu semua penjelasan dari Revan, satu hal yang ada dalam pikirannya: tidak boleh Venca berjodoh dengan orang selain dari daerah asal bapaknya. Tidak boleh, bisa jadi aib untuknya.Hening sejenak, tegang dan juga diwarnai dengan kecanggungan. “Revan, apa kamu asli orang Bandung?” Suaranya sedikit rendah sekarang.“Iya, Pak, ambu dan ayah asli sana, teta

  • Terjebak Cinta Segitiga   Iba Venca Untuk Rani

    Rani hanya teringat tadi ketika Tara hanya menghubungi lewat sambungan telepon. Tetapi mampu membuat perempuan itu ketakutan. Tepat, sebelum dia pulang dari kantor.Tara juga ketakutan atas ancaman papanya. Lantas saja dia menekan pacarnya. Entah, semuanya begitu gelap, terus terang, lelaki itu juga memikirkan tanpa fasilitas papa, dia bisa apa?“Bagaimana, Ran, kamu sudah periksa lagi, soal telat datang bulan kamu?”“Belum,” jawabnya singkat. Dia tahu persis, akhir-akhir ini Tara berubahm bukan seperti cowok yang Rani kenal dahulu.“Kenapa belum?”“Aku belum sempat, lagi pula, rasanya semua itu enggak mungkin.”“Jangan main-main, Ran, ini masalah yang serius.”“Aku enggak main-main, Tar,” air mata Rani hampir berlinang. Dadanya seringkali sesak ketika dia harus berbicara dengan lelaki ini. Perempuan itu menghela napas. “Lagi pula, kalau memang kamu mau, aku bersedia pergi, agar kamu berbahagia dengan adikku.”Tara menggera

  • Terjebak Cinta Segitiga   Acara Lamaran Caca

    Satu hal yang tidak Venca mengerti tentang omongan ibu tentang cinta. Bagaimana mungkin bisa menjalani segala sesuatu dengan penuh rasa ikhlas, ada rasa saja tidak.Acara pertungan dan lamaran malam ini, harusnya, Venca bahagia. Atau Tara yang harusnya senang, paling tidak, mama tadi berkata. “Disodorin perempuan cantik dan perawan harusnya ya, seneng.”Namun, hal itu tidak berlalu untuk lelaki itu.Acara itu berlangsung khidmat dan juga lancar. Para orang tua yang bahagia ketika anak-anak mereka bertukar cincin.Ketika juru foto mengabadikan, pasangan itu hanya memasang wajah masam dan tegang.Ibu yang selalu membisikkan kata-kata sepanjang acara ditelinga Venca.“Senyum sedikit, Nduk,” katanya.Venca menanggapi dengan biasa. Tidak mampu tersenyum, sulit rasanya. Dadanya kalau bisa diganti sementara, dia ingin mengganti dengan apa pun di dunia ini ya g bisa membuatnya bisa bernapas leluasa.Tiada kata, dari Venca dan Tara,

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Segitiga   Hidup yang Terus Berjalan

    Revan bersungut-sungut seringnya begitu sejak Venca hamil. Tetapi dalam hati, dia paham. Masa ini harus dilewati.Belikan rujak juhi, es krim malam-malam, ketoprak super pedes, es boba taro bergelas-gelas. Semuanya Venca makan, tidak ada yang dia buang. Jalan-jalan ke mal, beli ini dan itu, apalagi soal belanja barang buat bayi, Venca paling semangat habiskan uang suaminya.Sekilas dalam hati Revan bertanya sendiri, yang dikandung Venca, bener anak manusia atau apa?Meski begitu, hari-hari, Venca masih bekerja sebagai general manajer di tempat Revan. Kehamilan sepertinya bukan halangan untuk dia terus berkarya, mesti sering uring-uringan. Dan mengeluh capek kakinya pegel apalagi kandungan makin besar, punggungnya ikut pegal, pinggang kayak mau patah dan lain-lain."Biar, makanya Venca tinggal aja di rumah Ibu, kan di sini ada yang disuruh-suruh, jadi Nak Revan enggak kecapek-an. Kasian suami kamu udah capek di kantor," tutur Ibu ke Venca,

  • Terjebak Cinta Segitiga   Venca yang Ngidam

    Penuturan papa Tara memang ada benarnya, yang mendengarnya pun manggut-manggut.Rumah besar itu masih riuhbdengan tamu undangan yang rerata hanya kekuarga dekat saja. Termasuk kakak almarhumah mama Tara. Diskusi para orang tua juga masih berlanjut, kebanyakan mereka bahagia dengan kemajuan yang dicapai oleh anak-anak mereka."Lha, yang dampingi kita ini, Dik, mesti kita rangkul, sayangi juga. Jangan sampe kamu kayak saya. Tidak pernah tahu keinginan istri saya, hanya menekan dia selalu sempurna, mengikuti-kata saya, dia tertekan." Wajah mendung itu kembali muram, hujan mungkin sebentar lagi."Sudah, Mas, sudah jalan Allah seperti itu," ucap ibu Venca. Banyak mengkhawarirkan keadaan papa Tara sebenarnya, apalagi dia mendengar, kalau papa Tara kebanyakan melamun dan juga menghabiskan waktu sendirian.Papa Tara mengangguk, rasa bersalah ini memang selalu hinggap, mungkin ini akan selamanya menempel dalam hati. Sampai nanti, hingga dia mati."S

  • Terjebak Cinta Segitiga   Akad Ulang Tara dan Rani

    Rani galau, tetapi bukan terhadap Tara dan pernikahan ulangnya. Dia memikirkan papa Tara."Kamu enggak khawatir sama Papa kamu, Tar?" tanya Rani pada akhirnya, dia bertanya disela mau berangkat ke kantor, perjalanan macet yang menyebalkan. Matahari jam tujuh pagi seperti sudah tengah hari."Khawatir, tapi mau bagaimana lagi? Masa iya, aku tentang kemauan Papa? Dia sudah menentukan pilihannya, Ran. Mau tinggal di panti jompo, mungkin dia akan sedikit ceria, paling tidak bahagia, bisa bertemu orang yang seumuran dengannya," tutur Tara, sesekali dia menoleh ke arah Rani."Ya, mungkin juga," ucap Rani."Kamu mau undang siapa aja pas akad ulang nanti?" Tara bertanya.Rani tampaknya terlihat memicing, karena sinar matahari yang langsung menusuk retinanya. Dia menarik napas. "Paling Ibu, Bapak, Venca dan keluarga.""Oh iya, gimana kabar Venca?" tanya Tara.Ini hal yang sedikit membuat Rani kesal setengah mati kalau Tara

  • Terjebak Cinta Segitiga   Tara dan Papa

    "Bagaimana, Tara soal akad ulang-mu?"Papa pagi ini bertanya soal akad ulang Tara dengan Rani. Saran dari Papa memang, demi sah secara agama dan juga tercatat di pemerintahan.Pasangan yang sah secara agama itu duduk di seberang Papa. Tampak semringah ketika Papa bertanya seperti itu. Ada rasa lega, ketika Papa bisa menerima, apalagi di rumahnya. Dan meminta tinggal di sana, satu atap, dan Tara anggap, yang penting akur! Karena sulit sekali memahami Papa, begitu menurut Tara dan Rani."Insyaallah, jadi, Pa. Dua minggu lagi. Surat-suratnya sudah jadi, kita tinggal ijab saja," papar Tara. Dia saling bertatap dengan Rani yang ada di sampingnya."Baguslah," sahut Papa datar. Sejak Mama meninggal, Tara dan Rani tinggal di rumah Papa, mereka banyak bersimpatik, tetapi tidak bisa memberikan kebahagiaan yang lain selain, menemani Papa siang dan malam.Tentu saja bergantian, Tara dan Rani dari pagi harus bekerja. Keadaan Papa memprihatinkan, b

  • Terjebak Cinta Segitiga   Venca yang Cemburu

    Venca masih terdiam sepanjang perjalanan ke rumah. Mungkin Revan mengerti apa yang istrinya itu rasakan malam ini."Kamu cemburu, tadi Bunga ke kantor?" tebak Revan, dia memacu mobilnya dengan cepat, supaya cepat sampai ke rumah. Ingin cepat menyelesaikan masalah ini. Ya, coba saja kalau tidak selesai. Jatah pagi nanti tidak ada, dong? Begitu pikir Revan."Ya, lagian ngapain, si dia ke kantor tadi? Dia jelas banget dulu suka sama kamu," sungut Venca, meninggikan suara, dia sebal setengah mati tadi ketika melihat Bunga sedang menatap suaminya dan jelas sekali bukan tatapan dendam atau marah.Revan mengulum senyuman, dia senang lihat istrinya cemburu begitu. Terus terang saja. Kalau perlu Venca cemburu setiap hari boleh, Revan akan dengan senang hati melihatnya.Cemburu itu tandanya sayang, kan? Menurut Revan begitu, setelah dua bulan menikah, perlahan dia paham sikap istrinya ini. Cemburuan, Revan menolong nenek-nenek mau nyebrang saj

  • Terjebak Cinta Segitiga   Ancaman untuk Revan

    Aktivitas pagi, rasanya tidak pernah terlewat oleh Revan, jadi hobi sendiri sekarang."Gue liat sebulanan ini, lo telat mulu dateng ke kantor," sindir Gibran.Setelah meeting direksi, lelaki itu membereskan barang sendiri. Revan punya sekretaris baru sekarang. Meski dia tetap ingin Venca yang menjadi sekretarisnya."Kayak enggak tahu aja," balas Revan sambil menaikkan satu alisnya. Lelaki itu lantas mencatat sebagian hasil dari meeting hari itu."Ya, gue tahu, tapi, hampir tiap hari lo telat! Masa bos telat hampir tiap hari," sindir Gibran lagi."Iya, iya, besok gue enggak telat lagi," rutuk Revan. Dia bersungut dalam hati, tidak mungkin juga ditunjukkan ada karyawan yang masih duduk-duduk di ruangan ini, meski perlahan tapi pasti mereka keluar ruangan juga.Seorang resepsionis mencoba menghentikan seorang gadis yang mencoba masuk secara paksa, mencari Revan. Apa daya? Gadis itu terlalu kuat untuk dicegah, percuma kalau panggil s

  • Terjebak Cinta Segitiga   Malam Pertama yang Tertunda

    Mengendusi rambutnya yang terasa harum. Revan rasanya enggan beranjak ada sesuatu yang bangkit tatkala dia memejam dan merasa terpaku, tidak mau pergi sepertinya.Lantas ada sesuatu menggeliat dalam diri mereka, ketika mata saling bertemu. Tentu saja Venca gugup setengah mati, Revan pun tak kalah gugup.Lantas, wanita itu teringat dalam pejam, dia bangkit lalu menatap suaminya yang ada di depan wajahnya."Makan malamnya jadi, Re?" tanya Venca pelan.Revan langsung menegakkan badan. "Eng, udah datang temenku. Um, aku mandi dulu sebentar," katanya.Venca mengangguk, deru dalam dadanya masih berlanjut. Bagaimana kalau Revan melanjutkan yang tadi? Tentu saja mereka kan sudah berstatus beda, kegiatan ranjang tentu saja menjadi kewajiban bukan?Revan dan Venca tercengang begitu keluar dari kamar. Ruang makan sudah ditata sedemikian rupa. Jadi bernuansa candle light dinner. Tentu saja ini menambah gelegak dalam diri Revan dan Venca.&nbs

  • Terjebak Cinta Segitiga   Malam Pertama

    “Jadi, tadi malam kakak ngapain aja?” tanya Safia penasaran. Sangat.Venca—gadis yang ditanya itu tidak menjawab apa-apa, dia hanya tersipu-sipu penuh arti. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Revan yang duduk di berlainan meja dengannya.“Aku bukain kado. Seru, deh,” jawab Venca.Safia yang mendengar itu melemaskan pundak. Enggak mungkin kalau misalnya hanya buka kado saja. Masa iya?“Masa, si, Kak? Enggak ada adegan di ranjang gitu?” tanya Safia penasaran.Mata Venca membulat. Lantas menggeleng. “Paling di ranjang tadi kita tidur berdua. Terus, ngobrol, terus saling tahu kebiasaan sebelum dan sesudah tidur, begitu aja,” tutur Caca sambil menerawang.Safia menghela napas hampir tak percaya rasanya, kakak iparnya ini ugu sekali. Sarapan kali ini, Revan dan Venca terpaksa turun ke bawah. Bapak Venca yang memintanya pagi ini. Lagi pula Bapak meminta Venc

  • Terjebak Cinta Segitiga   Malam Pertama Venca dan Revan

    Aula hotel seperti disulap menjadi lebih indah.Kalau saja pernikahan pertama Venca besar-besaran, tak kalah, pernikahan keduanya pun megah.Revan anak pertama, dan juga anak lelaki satu-satunya, tidak mungkin kalau pernikahannya biasa-biasa saja.Meski Venca menyandang status janda. Dan Revan setengah mati meyakinkan Ambu soal statusnya ini.Dalam hati Ambu yakin, kalau Venca jujur soal dia bilang tidak pernah disentuh oleh mantan suaminya.Hari bersejarah untuk Revan dan Venca tiba.Meski dalam hati Venca sempat malu akan statusnya. Bukannya apa-apa, keluarga Revan sangat terhormat. Tampil jadi saksi akad nikah saja, walikota Bandung. Bagaimana Venca tidak minder?Venca mungkin minder, tetapi, bapak Venca bangga bisa sebelah-sebelahan dengan walikota. Meski dia juga kadang bertemu dengan pejabat-pejabat daerah.Prosesi akad dipimpin oleh penghulu, sementara Venca akan keluar dari ruang tunggu ketika akad s

DMCA.com Protection Status