Beranda / Romansa / Taruhan Cinta CEO / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Taruhan Cinta CEO: Bab 151 - Bab 160

207 Bab

Bab 150. Jago Menggombal

"Kita sudah sampai, Tuan," jawab Pak supir dengan sopan.Aldin dan Sisil mengedarkan pandangannya. Mereka tertawa bersama.Mereka berpikir kalau sesuatu terjadi dengan mobilnya yang tiba-tiba berhenti. "Aku kira ada si Komo lewat," kata Sisil sambil menggelengkan kepalanya. "Terima kasih ya, Pak," ucapnya kepada supir keluarga Haidar sebelum keluar dari mobil. "Sama-sama, Nyonya," jawab Pak supir dengan sopan.Saat mereka keluar dan melangkah masuk ke dalam rumah sang bunda. Ternyata Bunda Anin dan Kedua keponakannya sudah ada di dalam rumah.Sisil dan Aldin menghampiri keponakannya. "Kalian ikut juga?" Sisil berjongkok di depan Bara dan Gara."Aku kangen sama Om ganteng, Tante," jawab Gara."Iya, Tante cantik. Om ganteng kelamaan pergi ke luar negerinya," timpal Bara.Andin memang tidak memberitahukan kepada anak-anaknya kalau om tercintanya berada si rumah sakit. Ia khawatir kedua anaknya akan bersedih jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-11
Baca selengkapnya

Bab 151. Surat Kematian

Aldin menemukan berkas dalam amplop coklat yang jatuh berserakan di lantai ketika ia membuka lemari sang istri untuk mengambil pakaian.Lembaran demi lembaran kertas itu ia kumpulkan kembali. "Ini berkas perceraian," gumamnya, "Kenapa masih disimpan?"Aldin membacanya satu persatu, ia meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.Ada satu lembar kertas yang membuat ia syok dan terduduk di lantai. Tangannya bergetar saat ia membaca tulisan dari kertas itu.Ternyata kertas itu adalah surat keterangan kematian Ibu Lastri. Ia menyandarkan tubuhnya pada lemari bercat putih. Tak terasa air matanya menetes tanpa bisa dibendung lagi."Bu, maafkan aku!" Aldin mendekap kertas itu sambil menangis. "Aku belum bisa membahagiakan anakmu. Hanya kesedihan yang selama ini dia rasakan setelah menikah denganku."Di saat-saat terakhirnya, ia tidak bisa mendampingi sang mertua yang selalu mendukungnya.Dibacanya kembali surat itu untuk melihat kapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-11
Baca selengkapnya

Bab 152. Gara-gara Aku

“Mau tanya apa?” Bunda Anin menoleh kepada anaknya.“Tentang Bu Lastri,” jawab Aldin sembari menatap wajah istrinya yang sedang tertidur pulas.“Kita bicara di luar saja!” Bunda Anin bangun dan berdiri, lalu melangkahkan kaki keluar dari kamar anaknya.“Sayang, aku keluar sebentar ya.” Aldin mencium bibir istrinya dengan sangat lama, tapi wanita hamil itu tidak terusik sedikit pun. “Dia tidur apa pingsan? Diapain aja nggak bangun-bangun,” ucapnya sembari terkekeh. “Kamu pasti capek ya.” Aldin membelai lembut pipi istrinya sebelum keluar dari kamar.Laki-laki yang baru sembuh dari sakitnya itu menghampiri sang bunda yang berada di halaman belakang. Ia duduk di kursi panjang yang terbuat dari besi sambil melihat tanaman bunga kesukaannya.Laki-laki tampan itu duduk di samping bundanya. “Bun, Bu Lastri meninggal karena apa? Apa karena aku?”“Salah satunya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-14
Baca selengkapnya

Bab 153. Menyatukan Cinta

"Apaan sih, Al? Kamu ngagetin aku aja." Sisil mengelap es dawet yang berceceran di meja yang tumpah saat hendak masuk ke dalam mulutnya karena terkejut dengan seruan suaminya."Kenapa kamu makan itu? Itu seperti cacing." Aldin menunjuk es dawet ireng yang dinikmati Sisil.Kemudian ia menutup mulut karena merasa mual. Perutnya terasa diaduk-aduk seperti ingin segera mengeluarkan semua isinya."Uweek ...!" Aldin segera berlari ke kamar mandi dekat dapur.Ia begitu mual saat membayangkan Sisil makan es dawet ireng yang terlihat seperti cacing.Bukannya prihatin, tapi Bunda Anin tertawa terbahak-bahak melihat anaknya. "Bunda senang bukan kamu yang ngidam," ucapnya masih terkekeh. "Kamu makan aja yang banyak. Biar bunda yang lihat Al,"ucap sang bunda ketika Sisil bangun dari duduknya."Iya, Bun," jawab Sisil.Wanita hamil itu melanjutkan makannya. Sudah tersedia beberapa makanan ringan di depannya.Setelah kondisi Aldin
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-15
Baca selengkapnya

Bab 154. Gagal Maning

"Uweek ...."Aldin keluar lagi dari dalam mobil, ia berlari masuk ke dalam rumah."Yah ... gagal maning." Sisil menggelengkan kepala, lalu keluar dari mobil, menyusul suaminya."Katanya mau pergi? Kenapa balik lagi?" tanya Bunda Anin kepada menantunya."Nggak jadi, Bun." Sisil mendudukkan tubuhnya di sofa santai yang ada di ruang tamu."Kenapa?" Sang bunda duduk di samping menantunya."Aldin mual lagi," jawabnya, "Kasihan dia tersiksa kayak gitu.""Nggak apa-apa, Sayang. Dulu juga Ayah Rey yang ngidam." Sang bunda terkekeh jika teringat kenangannya sewaktu ia hamil. Sisil menoleh pada wanita yang usianya hampir setengah abad itu. "Dulu Ayah ngidam sampai kapan?"  "Di trimester pertama aja," jawab sang bunda."Kandunganku udah masuk trimester kedua, tapi Aldin masih mual kayak gitu.""Biarin aja, itu hukuman untuk Aldin yang selalu nyakitin kamu, curigaan terus sama istrinya sendiri, persis seper
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-16
Baca selengkapnya

Bab 155. Jangan Tinggalkan Aku!

Dokter keluarga Pradipta datang untuk memeriksa kondisi Aldin. Tidak ada yang serius, sang dokter pun hanya memberikan vitamin dan obat anti mual untuk Aldin.Setelah sang dokter pergi Aldin meminum obatnya. Ia berharap semua akan cepat berakhir."Al, kamu istirahat aja!" titah sang bunda.Aldin menganggukkan kepala, lalu sang bunda membantunya untuk membenarkan posisi tidurnya.Ia tidur sambil melingkarkan tangannya di paha Sisil yang sedang duduk selonjoran sambil bersandar pada sandaran tempat tidur."Sayang, kamu jangan pergi!" Aldin semakin mempererat pelukannya di paha sang istri."Aku nggak akan pergi," jawab Sisil sembari mengusap-usap kepala suaminya."Tante cantik, Om ganteng lagi sakit ya?" Gara menempelkan telapak tangannya di dahi Aldin.Anak kecil itu melakukan apa yang dilakukan sang mommy kepadanya. "Om ganteng nggak sakit," ucap Gara setelah memeriksa suhu tubuh Aldin. "Apa Om ganteng
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 156. Cuci Mata

Hari berganti hari, kini kondisi Aldin sedikit lebih baik dari sebelumnya. Ia hanya mengalami mual di pagi hari setelah bangun tidur.CEO muda itu pun sudah mulai kembali bekerja. Ia tidak mau bekerja dari rumah yang hanya akan menyusahkan sang istri karena ia selalu ingin bermanja-manja dengan wanita hamil itu. Sedangkan Sisil sangat tidak mau kalau dipeluk. Ia merasa tidak nyaman kalau lengan sang suami menindih tubuhnya."Sayang, kamu hati-hati di rumah! Jangan pecicilan! Ingat kandunganmu sudah semakin membesar. Jangan melakukan hal yang akan membahayakan dirimu dan anak kita!" Aldin terus saja menyerocos sebelum berangkat kerja."Iya, Bawel," jawab Sisil setelah mengecup bibir suaminya. "Kamu nggak bakal bisa diem kalau nggak dibungkam," ucap Sisil sembari terkekeh. "Udah cepat pergi!" Sisil mengibaskan tangannya mengusir sang suami yang masih saja berpidato di pagi hari ketika hendak pergi kerja."Kayaknya kamu senang kalau aku nggak ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 157. Cemburu

Aldin terkejut mendengar suara yang tidak asing baginya. Ia menoleh pada pintu ruangannya yang terbuka. Istri, dan bundanya muncul dari balik pintu, mereka datang sambil membawa banyak kotak makanan."Kamu ngapain ke sini?" Aldin bangun dari duduknya menghampiri dua wanita cantik yang mengisi hatinya."Al, kok kamu gitu? Sisil udah capek-capek masakin buat kamu. Walau lagi hamil, tapi dia semangat banget membawakan makanan untukmu!" tegur sang bunda pada anaknya.Sisil hanya tersenyum mendengar ucapan sang bunda, 'Untung aku datang bareng Bunda," kata Sisil dalam hatinya.'Bunda nggak tahu aja, dia semangat bukan karena aku, tapi karena ingin bertemu sekretaris baru,' ucap Aldin dalam hati sembari melirik dengan sinis istri tercintanya yang sedang tersenyum, seolah mengejeknya."Iya, Bun," sahut Aldin tampak memelas, "Terima kasih Sisil sayang, atas kejutannya." Ia terpaksa tersenyum, padahal dalam hatinya merasa kesal, ia tidak mengin
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 158. Kecentilan

"Al, biarkan aku mencuci mataku dulu." Sisil menepis tangan Aldin. Pandangannya tidak lepas dari sekretaris baru sang suami. "Mataku sedikit rabun karena hanya melihat wajahmu terus sepanjang hari."Aldin menyentil pelan kening istrinya dengan jari telunjuk, "Jadi kamu bosen sama suamimu ini?""Bukan bosen, tapi bosen banget," sahut Sisil sembari menahan tawanya.Aldin mengangkat tubuh sang istri, dan mendudukkan di pangkuannya. Ia mengunci tubuh Sisil dengan kedua tangan."Apa kamu mau dihukum di depan mereka," bisik Aldin sembari menempelkan bibirnya di daun telinga sang istri."Dengan senang hati," sahut sisil sambil tertawa."Kalian mau makan apa mau mesra-mesraan?" Akhirnya sang bunda membuka suara melihat anak dan menantunya sejak tadi sibuk sendiri."Aldin nih, Bun!" tukas Sisil sembari melepas lengan suaminya, lalu kembali duduk di sofa."Kamu yang kecentilan." Aldin memencet hidung istrinya dengan gemas."Ini ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya

Bab 159. Menguji Kesabaran

Sisil menyuapkan satu sendok penuh makanan ke dalam mulut suaminya dengan kasar."Mmm ...." Aldin menutup mulutnya dengan telapak tangan. Laki-laki itu kesusahan mengunyah makanannya karena terlalu penuh di mulut.Sisil tidak memedulikan suaminya yang hampir tersedak karena kesusahan mengunyah. Ia malah menggeser duduknya supaya berhadapan dengan sekretaris baru itu."Radit, aku mau dong disuapi kamu." Wanita hamil itu mengulurkan piringnya ke hadapan sekretaris baru itu. "Tapi, Nyonya ... saya ...." Radit melirik sang bos yang sedang mengunyah makanannya."Ayolah, Dit! Dia lagi hamil, penuhi permintaannya!" titah Bunda Anin. Ia tidak mau cucunya lahir dengan ileran karena keinginannya tidak terpenuhi."Baik, Nyonya." Akhirnya Radit menyuapi Sisil. Wanita hamil itu makan dengan lahap. Setelah menelan makanannya, ia kembali membuka mulutnya, dan Radit pun dengan senang hati menyuapi istri bos-nya itu."A
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status