Home / Romansa / Taruhan Cinta CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Taruhan Cinta CEO: Chapter 141 - Chapter 150

207 Chapters

Bab 140. Merusak Acara Ijab Kabul

Semua yang hadir di acara akad nikah itu menoleh pada Aldin. Mereka heran dengan kedatangan laki-laki itu."Aku masih suaminya yang sah. Pernikahan ini tidak boleh terjadi selama aku masih hidup. Sisil masih istriku!" ucapnya dengan lantang.Mendengar keributan itu, Sisil keluar menghampiri Aldin. Ia memakai kebaya berwarna abu muda dengan tatanan sanggul yang modern."Al, kamu-"Ucapan Sisil terhenti saat Aldin bersimpuh di hadapan wanita cantik itu. Ia menggenggam tangan ibu hamil itu sambil menangis."Sayang, tolong maafkan aku! Aku akan melakukan apa pun asalkan kamu tidak melanjutkan pernikahan ini! Lebih baik aku mati kalau kamu menikah lagi dengan orang lain."Ucapan Aldin membuat semua orang yang ada di acara itu tertawa, begitu pun dengan Sisil."Tolong maafkan aku! Jangan menikah dengan Nabil! Aku tidak akan sanggup melihat istriku bersanding dengan laki-laki lain."Air mata Aldin terus saja menetes. Ia memegangi tang
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more

Bab 141. Kesempatan Terakhir

"Rud, kenapa lo nggak bilang kalau yang menikah bukan istri gue?" tanya Aldin sedikit emosi kepada asistennya. "Ya lo mikir aja, masa iya Sisil mau menikah lagi sebelum cerai sama lo!" balas Rudi tidak kalah tinggi volume suaranya. "Lo tahu kalau dia ke sini mau merusak acara orang lain?" Sisil menatap asisten suaminya sambil melipat tangan di bawah dadanya. "Nggak!" jawab Rudi dengan tegas. "Gue cuma menyuruh dia memperjuangkan cinta lo. Gue nggak tahu kalau dalam pikirannya, lo mau ceraikan dia gara-gara mau menikah dengan Nabil. Lagian laki lo bego banget! Masa Nabil mau menikahi istri orang." "Kenapa lo nggak mencegah gue?"  Aldin marah pada sang asisten. Sejujurnya ia sangat malu dengan kejadian tadi. Tapi, ibarat nasi sudah menjadi bubur, dia hanya bisa meminta maaf kepada mempelai karena telah merusak acaranya. Rasa bahagianya lebih besar daripada rasa malunya karena telah salah paham. Jadi, ia tidak akan mengambil pusing j
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more

Bab 142. Ngidam

"Kamu kenapa?" Sisil panik melihat kondisi suaminya. Aldin tidak menjawabnya, ia langsung berlari ke kamar mandi yang ada di belakang rumah adiknya itu.Sisil tidak menyusul suaminya, ia malah mencari Rudi untuk meminta bantuan. "Semoga dia belum pergi," gumam Sisil. Ia berjalan cepat sambil mengangkat kain batik yang melilit di tubuh bagian bawahnya."Ternyata dia sedang makan," gumamnya saat melihat asisten suaminya itu sedang menyantap hidangan di resepsi itu.Sisil dengan tergesa menghampiri temannya waktu SMA. "Rud, habis makan, kamu ke belakang lagi ya!" bisik Sisil pada laki-laki yang sedang mengunyah makanannya."Kenapa?" tanya Rudi setelah menelan makanannya."Aldin masih sakit, kita harus kembali membawanya untuk melanjutkan perawatan." Sisil berkata sangat pelan supaya tidak ada yang mendengarnya."Dia kenapa?" Rudi langsung menaruh piring makannya di atas meja. "Sekarang dia di mana?" Rudi bangun dari du
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more

Bab 143. Rujak Mangga Muda

“Jangan dibahas! Kalau Ayah denger, nanti dia marah,” kata Bunda Anin dengan pelan. “Kamu istirahat di kamar tamu aja! Nanti Bunda buatin sambal rujak yang enak.”“Aku mau nunggu di situ aja, Bun,” tunjuk Aldin pada kursi yang ada di bawah pohon mangga.“Ya udah terserah kamu. Bunda mau bikin sambal rujak dulu.” Bunda Anin masuk ke dalam rumah untuk membuat sambal rujak.Aldin dan Sisil berjalan menuju kursi sanati di bawah pohon mangga. Sementara Rudi mengambil buah mangga yang masih muda.“Al, kayaknya ini masih muda banget,” kata Rudi sambil memutar-mutar buah mangga yang masih kecil.“Nggak apa-apa,” jawab Aldin, “Makin muda makin enak,” ucapnya sambil menyapu bibirnya dengan lidah.“Serah lo dah!” Rudi mengambil dua buah mangga muda yang masih kecil-kecil. “Untung pohonnya nggak tinggi,” gumam Rudi.“Anterin ke Bibi s
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more

Bab 144. Terlanjur Basah

"Makan!" Titah Aldin pada asistennya.Rudi terpaksa mengunyahnya. Ia terus mengunyah buah mangga itu tanpa ekspresi apa pun. "Ini enak, Al," ucapnya setelah menelan makanannya. "Gue mau lagi ya."Aldin tertawa terbahak-bahak, "Gue kira lo bakal tersiksa. Apa pacar lo lagi hamil juga?""Pacar yang mana?" tanya Rudi sambil mencocol irisan buah mangga muda pada sambal, lalu menyuapkannya ke dalam mulut."Emang jomlo kayak lo punya pacar?" tanya Aldin sambil mengunyah buah mangga itu."Makanya gue nanya, pacar yang mana? Jomlo, mana ada punya pacar, kalau ada pendamping namanya bukan jomlo, Al," jawab Rudi, "Bego banget lo!""Walau jomlo, lo 'kan suka celup sana celup sini," sahut Aldin sambil tertawa."Eh gue bukan laki-laki kayak gitu ya. Perlu digarisbawahi. Senjata gue nggak sembarang main celup aja. Gue cuma baru nyelup di lubangnya Jenar. Itu juga karena dipaksa nyebur ya basah gue. Jadi, sekalian aja main basah-basahan
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more

Bab 145. Pengantin Baru

"Pingsan? Di mana?" Sisil terkejut dengan kabar yang disampaikan oleh keponakannya."Siapa yang pingsan?" tanya Nabil pada sahabatnya yang begitu panik setelah mendengar ucapan anak kembar itu."Suamiku," jawab Sisil."Di mana, Sil? Aku ikut ya!" sahut Nabil.Nabil khawatir dengan keadaan adik dari majikannya. Terlebih Aldin baru keluar dari rumah sakit setelah dua bulan lebih dirawat secara intensif."Kamu di sini aja, Bil! Banyak tamu undangan, nggak enak kalau ditinggal. Biar aku dan Andin yang ke sana," kata Sisil sembari tersenyum supaya sahabatnya tidak khawatir, dan tidak meninggalkan pesta."Tapi, siapa yang mengangkat Tuan Aldin? Kalau cuma kamu dan Nyonya yang ke sana.""Ada Rudi," jawab Sisil, "Kamu nggak usah khawatir!""Baiklah. Tapi, secepatnya kabari aku!" titah Nabil sambil memegangi lengan Sisil.Sebenarnya ingin sekali ia mendampingi Sisil, tapi pesta pernikahannya sedang berlangsung. Tidak mungkin ia m
last updateLast Updated : 2021-09-03
Read more

Bab 146. Melepas Rindu

Nabil baru tersadar kalau dia menjadi pusat perhatian para tamu undangan setelah mendengar seruan dari majikannya. "Ya ampun, Mas. Aku jadi malu," ucap Mutia sambil menundukkan pandangannya. Kemudian duduk di bangku pelaminan berwarna biru."Sudahlah, tidak apa. Kita 'kan sudah halal," ucap Nabil sembari tersenyum.Sementara Sisil dan Andin pergi ke halaman belakang bersama dengan dua orang pengawalnya."Rudi, ke mana sih?" gumam Sisil sambil mengangkat kain batik, dan berjalan lebih cepat lagi."Sabar, Sil!" Andin mencoba menenangkan sahabatnya.Sisil tidak menyahuti ucapan sahabatnya itu. Ia terus berjalan dengan cepat.Wanita itu sangat mengkhawatirkan keadaan suaminya yang baru keluar dari rumah sakit. Lebih tepatnya kabur dari tempat perawatannya."Al ...!" teriak Sisil dari kejauhan saat melihat suaminya tergeletak di saung gajebo.Sisil berusaha berlari untuk segera sampai di saung itu. Sehingga dirinya hamp
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Bab 147. Siapa Yang Mau Dihalalin?

Aldin dan Sisil melepas ciumannya ketika mendengar desahan Rudi yang sedang tertidur."Astaga, mimpi apa dia?" Sisil terkekeh geli melihat ekspresi wajah asisten suaminya."Woy ... Bangun!" Aldin mengguyurkan sisa minuman di botol air mineral ke wajah sang asisten supaya terbangun dari mimpinya.Rudi terkejut. Ia membuka mata, lalu bangun dan terduduk."Lo kenapa nyiram muka gue? Lo kira gue pohon jengkol!" protes Rudi sambil mengelap wajahnya dengan jas yang dikenakannya."Lo mimpi apa sampai mendesah begitu? Pasti lo mimpi jorok ya!" tuduh Aldin sambil mengacungkan jari telunjuknya di hadapan wajah sang asisten."Jorok apaan? Ini tuh nikmat dalam mimpi aja nikmat banget, apalagi kenyataan."Aldin memukul bahu Rudi dengan keras. "Dosa lo!""Cuma mimpi aja, masa dosa. Mending gue ngelakuin sekalian biar dosa, tapi nikmatnya nyata," kata Rudi sambil mengucek matanya.Lagi-lagi Aldin memukul sahabat sekaligus
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more

Bab 148. Jangan Pernah Berhenti Mencintaiku

"Sayang, aku pulang aja ya," ucap Aldin setelah keluar dari toilet.Badannya terasa lemas setiap habis muntah. Bahkan untuk berdiri saja, ia harus mengeluarkan seluruh tenaganya supaya tidak terjatuh."Ya udah, ayo kita pamit dulu sama Nabil!" Sisil menarik tangan Aldin yang terlihat sangat sangat lesu setelah mengeluarkan isi perutnya."Aku aja yang pulang, kamu di sini! Acaranya belum selesai, nggak enak hati sama Nabil, kalau kita pulang semua.""Aku mau pulang aja sama kamu," balas Sisil."Sayang, dia sahabatmu. Pasti dia ingin teman paling dekatnya ada di hari kebahagiaannya."Seorang CEO muda itu kini tidak lagi cemburu atau berburuk sangka pada Nabil. Ia sadar kalau dirinya selama ini cemburu berlebihan.Cintanya yang egois hampir menghancurkan rumah tangganya. Bahkan hampir merenggut nyawanya.Kini Aldin sadar, mencintai seseorang bukan berarti mengikat orang itu untuk tidak berhubungan baik dengan orang lain karena cem
last updateLast Updated : 2021-09-09
Read more

Bab 149. Awal Yang Baru

Riuh tepuk tangan para tamu undangan bukan untuk kedua mempelai. Melainkan untuk Aldin dan Sisil.Kedua pasangan itu benar-benar mencuri perhatian di acara pernikahan Nabil dan Mutia.Sisil melepas pelukannya, lalu menoleh pada para tamu undangan yang sudah mengelilingi mereka."Ya ampun, Al. Kita jadi tontonan," kata Sisil sembari terkekeh.Bukannya turun dari panggung pelaminan, tapi Aldin malah berlutut si hadapan istrinya. Digenggamnya tangan sang istri. CEO dingin itu menatap wajah cantik sang istri yang sedang mengandung anaknya dengan penuh cinta."Sayang, maafkan aku yang telah menyakiti hatimu. Aku sangat mencintaimu. Maukah kamu memulai hidup baru dengan awal yang baru di pernikahan kita?"Sisil mengangguk sambil menitikkan air mata. "Bahagiaku bersamamu, Suamiku."Aldin kembali berdiri, lalu memeluk erat istrinya. Ia mendaratkan bibirnya berkali-kali di puncak kepala istrinya."Aku akan membahagiakanmu,"
last updateLast Updated : 2021-09-10
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status