Home / CEO / Melahirkan anak untuk CEO / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Melahirkan anak untuk CEO: Chapter 281 - Chapter 290

346 Chapters

(S3) 105. Istri Yang Tidak Kau Inginkan.

“Ambil itu, dan mulai sekarang kau harus patuh akan semua perkataanku.”Esau melemparkan sebuah Black Card, ponsel baru, dan setumpuk besar uang cash di depan Freya, membu at gadis itu memundurkan tubuhnya ke belakang. Freya yang tengah duduk merapikan riasan wajahnya pun mendongak kepala. Ya, dia mulai merias wajahnya hari ini, sebab kemarin Parsa membelikan sangat banyak make up untuk Freya.“Ini....”“Ya, kau bisa membeli apa pun yang kau mau dengan benda ini.”“Untuk apa? Aku tidak membutuhkannya,” kata Freya, bingung dia melihat benda-benda itu.Tanpa menjawab perkataan Freya, Esau merampas peralatan rias di tangan istrinya dan memasukkan benda itu ke dalam tempat sampah. Tidak hanya satu, tapi semua benda yang Parsa belikan kemarin, semuanya dia tarik dari meja rias. Freya membulatkan matanya, tidak mengerti akan isi kepala Esau.“Esau, kenapa denganmu? Hei, barang-barang itu mahal
Read more

(S3) 106. Parsa disuruh Esau?

Tangan Leona semakin dekat, semakin kencang pula dada Freya berdebar. Matanya tertutup rapat-rapat tak kuasa untuk melihat pisau yang  kini menempel di wajahnya.  Jika Leona menggeser silet itu sedikit saja, wajah Freya pun akan mendapatkan luka dan berdarah.Ke mana Parsa? Biasanya lelaki itu selalu datang membantu ketika Freya dalam kesulitan. Tetapi sejak tadi Freya tidak juga mendengar suara lelaki yang seperti malaikat penolongnya. Esau... apakah dia belum berangkat dari rumah? Hati Freya mencari lelaki itu, berharap Esau segera datang untuk menghentikan Leona.‘Apakah kau sangat bodoh,Frey? Esau tidak mungkin peduli bahkan jika Leona merobek seluruh wajahmu!’ Kemudian hatinya menyadarkan, hatinya perih menahan tangis. Bening hangat itu pun memaksa keluar dari cela mata yang tertutup rapat. Esau tidak mungkin pernah memikirkannya.“Katakan selamat tinggal pada wajah mulusmu, Freya.”Habis lah sudah, Freya pasrah akan
Read more

(S3) 107. Ciuman Panas Di Halaman Kampus.

“Menurut kau sendiri, sejauh mana persahabatanku dengan Esau? Apakah menurutmu aku akan diam melihat seseorang ingin menghancurkannya?”Pertanyaan dari Parsa membuat Freya terasa ingin lari meninggalkan taman kampus itu.Sejauh mana? Jangan ditanyakan lagi. Mereka adalah sahabat sejak duduk di Tamank Kanak-Kanak, dan terus bersekolah di tempat yang sama hingga ke kampus ini. Siapa yang akan meragukan pershabatan tiga orang itu? Freya bagaikan dilempar pada kenyataan, bahwa selama ini dia hanya dimanfaatkan untuk mendapat informasi.“Jadi... kalian sengaja?” kata Freya, membayangkan betapa bodoh dirinya selama ini. Dia pikir Parsa bisa menjadi teman yang akan mengerti kesulitannya, tetapi semua adalah palsu. “Kau sengaja membuatku mabuk, untuk mengorek informasi dariku.”Betapa bodohnya dia astaga... kenapa Freya bisa mempercayai lelaki ini? Karena kebaikan dan pertolongan yang Parsa berikan, Freya melupakan jika dia sud
Read more

(S3) 108. Buka Bajumu, Freya!

  Ciuman panas itu masih berlanjut di tengah lapangan kampus yang luas. Awalnya Esau memang kasar, tetapi di beberapa detik kemudian dia menjadi lembut memperlakukan bibir Freya. Gadis yang seumur hidupnya baru kali ini mendapat ciuman pun menjadi terlena. Freya membalas ciuman Esau, meski sesekali nafasnya harus tercekat, dia tidak menarik bibir untuk menjauh.   Semua mata membulat menyaksikan seorang Esau Borisson, yang selama ini tidak pernah terdengar skandalnya dengan gadis mana pun, justru berciuman dengan seorang upik abu. Tentunya sangat mengejutkan, kampus pun geger dibuatnya. “Itu... benarkah Esau mencium gadis miskin itu?” “Apakah dia gila?” “Leona saja mati-matian mengejarnya, tetapi dia justru memilih gadis penerima beasiswa? Matanya pasti sudah buta!” Leona tidak tahan lagi mendengar ucapan dari sisi kiri kanannya, dan dia pun berlari ke lapangan. Leona menarik tangan Esau untuk menghentikan pertunjukan
Read more

(S3) 109. Kau Masih Virgin, Frey?

Esau tak peduli dengan ekspresi ketakutan yang muncul di wajah Freya. Semakin Esau mendekat, Freya berusaha menghindar, kemudian Freya melompat dari tempat tidur dan berlari ke arah jendela kamar, tetapi gerakan Esau lebih cepat dari Freya. Dalam sekejap Esau telah menangkap pinggangnya, mengangkat Freya dan mengempaskannya kembali ke ranjang.“Jangan, Esau, aku mohon, aku—““Kau yang akan membuka pakaianmu, atau aku yang akan melakukannya dengan paksa. Kau tahu, aku tak pernah sesakit dan semurka ini, tapi semakin aku berusah menahan emosiku, semakin kau membuat diriku  menjadi gila secara perlahan!”“Aku minta maaf, kumohon jangan sakiti aku,” Freya memohon setengah mati, ketika dilihatnya Esau mulai melepaskan kemeja yang dikenakannya. Dada Esau yang berbentuk dan perutnya berotot penuh, membuat Freya tertegun sejenak. Meski ini bukan kali pertama dia melihat Esau tidak mengenakan pakaian atas, tetap saja kali in
Read more

(S3) 110. Ke Mana Tujuan Pernikahan Kita?

“Lakukan!” bentak Freya, ketika Esau masih hening di posisinya. Antara hasrat dan takut dia melihat ekspresi kebingungan wajah suaminya. “Esau, apa yang kau tunggu? Lakukan sekarang, kataku!” Dia hampir frustasi.Seperti orang yang terbangun dari mimpi, Esau menarik napasnya dalam-dalam. Perlahan, dia menggerakkan tubuh untuk melakukan apa yang diminta Freya.“Ya, aku sedang melakukannya.”Ada apa dengan lelaki itu? Ingin sekali dia mengakhiri permainan yang baru saja dimulai, dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. Tetapi entah itu dorongan dari berahi, ataukah dia tidak ingin Freya menjadi tersakiti oleh segala pertanyaan di kepalanya, Esau menutup mulut dan kembali fokus pada tujuan. Menggapai kenikmatan dengan istrinya.Freya sendiri  juga sangat berusaha melupakan segala kebohongannya. Dia hanya ingin permainan ini segera tuntas sampai ke puncak. Freya bahkan melupakan wajah sang papa yang a
Read more

(S3) 111. Kebohongan Baru.

Keesokan paginya, Esau bangun lebih dulu dari Freya. Dilihatnya Freya masih tertidur pulas, dia masih ingat kejadian semalam, dia membuat Freya benar-benar kelelahan, entah berapa kali Esau menyetubuhi Freya, gadis pertama yang dia serahkan keperjakaannya juga gadis pertama yang dia renggut kehormatannya.Dia tak tahu harus memulai dengan apa, dia ingin membangunkan Freya, tapi ada rasa sungkan setelah melewati kejadian semalam.“Frey,” panggil Esau sembari menyentuh bahu Freya dengan lembut. Tapi Freya tak juga bangun, justru Freya malah berbalik memunggunginya, apa dia marah? Tapi marah karena apa?“Freya, bangun. Kau dan aku harus ke kampus pagi ini, hei!”Freya menggeliat, kemudian menarik kembali selimut yang menutupi tubuhnya sampai kepala. Esau yang melihatnya ikut menutupi kepalanya dengan selimut dan menyusup ke dalam, digelitikinya Freya. Rupanya Freya sudah bangun sejak tadi dan berpura-pura tidur untuk menggoda Esau.
Read more

(S3) 112. Dapat Kau, Frey....

Sesampainya di kampus, Freya harus mendapat tatapan sinis dari para gadis yang seakan ingin membunuhnya. Dia menunduk, malas melihat mereka. Freya tahu orang-orang ini pasti lah mempertanyakan apa hubungannya dengan Esau sehingga kemarin keduanya berciuman panas di tengah halaman kampus.“Esau pasti buta.”“Padahal Leona yang sangat cantik dan kaya, selalu ada di sisinya, dan dia melihat gadis miskin ini? Sangat konyol!”“Sudah lah, jangan bahas itu lagi. Aku kesal setiap kali mengingatnya.”Dengar? Freya sangat ingin menyumpal mulut mereka dengan semua yang Freya miliki. Andaikan mereka tahu Freya bukan gadis miskin bahkan bisa membeli mulut-mulut tak tahu diri itu. Ah... itu hanya andai, andai dia tidak harus menjadi istri Esau.Belum lagi Freya harus bertatapan dengan Leena yang berdiri di depan pintu. Matanya seakan ingin menelanjangi Esau detik ini juga. Tapi sudah lah... Freya tidak akan mengatakan apa pun
Read more

(S3) 113. Masa Lalu.

“Alen, please dengarkan aku.”Harry menarik lengan istrinya, meminta wanita yang dia nikahi selama dua puluh lima tahun ini, sedikit mengerti. Tapi Alena dengan keras kepalanya yang tak pernah hilang itu, menggeleng menolak. Dia menepis tangan Harry, menjauh dari dekat suaminya.“Ada apa denganmu, hei? Kenapa marah pada suamimu yang tampan ini?” kata Harry lagi, masih mencoba bergurau.“Aku tidak mendengar dan tidak mau mendengar.” Alena menutup kedua telinga.“Benarkah?” Harry menaikkan sebelah alisnya. Tangan kanan di letakkan di bawah dagu, mempermainkan bulu-bulu kasar yang tidak dicukur habis. “Padahal aku selalu suka mendengarmu mendesah. Kenapa kau tak mau mendengar erangan nikmat suamimu ini?”Astaga...siapa yang membahas erangan dan desahan di sini?  Rasanya ingin sekali Alena meremas bibir tipis Harry yang justru tersenyum nakal. Lihat lah betapa menyebalkannya lelaki itu, d
Read more

(S3) 114. Rahasia Yang Terancam

“Sudah ada kabar?”Suara du seberang menjawab pertanyaan Esau. “Maaf, Tua, saya tengah menelusuri siapa orang tua dan juga silsila keluarga Nona Freya, tapi memang terlalu sulit, semua abu-abu.”Esau menutup matanya. “Pastikan aku mendapat kabar baik, karena aku tidak suka kegagalan, kau pasti paham!” ucapnya setengah mengancam.“Baik, Tuan Muda.”Esau memang semakin protektif pada Freya, karena jujur saja meski dia merasa tertipu dengan perbuatan Freya, dia sudah tak mampu lagi menjauh. Dia tak ingin ada lagi kebohongan di atas kebohongan. Esau berharap segalanya akan baik-baik saja sehingga bisa menentukan ke mana arah tujuan pernikahan ini. Esau berharap Freya bisa dipercaya, tidak menyulitkan dan membohongi dirinya lagi.Semoga orang-orangnya dan   Timoty yang disuruh mencari tahu tentang Freya bisa memberikan berita positif untuk menenangkan hati dan juga pikirannya.Saat ini Esa
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
35
DMCA.com Protection Status