Tangan Leona semakin dekat, semakin kencang pula dada Freya berdebar. Matanya tertutup rapat-rapat tak kuasa untuk melihat pisau yang kini menempel di wajahnya. Jika Leona menggeser silet itu sedikit saja, wajah Freya pun akan mendapatkan luka dan berdarah.
Ke mana Parsa? Biasanya lelaki itu selalu datang membantu ketika Freya dalam kesulitan. Tetapi sejak tadi Freya tidak juga mendengar suara lelaki yang seperti malaikat penolongnya. Esau... apakah dia belum berangkat dari rumah? Hati Freya mencari lelaki itu, berharap Esau segera datang untuk menghentikan Leona.
‘Apakah kau sangat bodoh,Frey? Esau tidak mungkin peduli bahkan jika Leona merobek seluruh wajahmu!’ Kemudian hatinya menyadarkan, hatinya perih menahan tangis. Bening hangat itu pun memaksa keluar dari cela mata yang tertutup rapat. Esau tidak mungkin pernah memikirkannya.
“Katakan selamat tinggal pada wajah mulusmu, Freya.”
Habis lah sudah, Freya pasrah akan
“Menurut kau sendiri, sejauh mana persahabatanku dengan Esau? Apakah menurutmu aku akan diam melihat seseorang ingin menghancurkannya?”Pertanyaan dari Parsa membuat Freya terasa ingin lari meninggalkan taman kampus itu.Sejauh mana? Jangan ditanyakan lagi. Mereka adalah sahabat sejak duduk di Tamank Kanak-Kanak, dan terus bersekolah di tempat yang sama hingga ke kampus ini. Siapa yang akan meragukan pershabatan tiga orang itu? Freya bagaikan dilempar pada kenyataan, bahwa selama ini dia hanya dimanfaatkan untuk mendapat informasi.“Jadi... kalian sengaja?” kata Freya, membayangkan betapa bodoh dirinya selama ini. Dia pikir Parsa bisa menjadi teman yang akan mengerti kesulitannya, tetapi semua adalah palsu. “Kau sengaja membuatku mabuk, untuk mengorek informasi dariku.”Betapa bodohnya dia astaga... kenapa Freya bisa mempercayai lelaki ini? Karena kebaikan dan pertolongan yang Parsa berikan, Freya melupakan jika dia sud
Ciuman panas itu masih berlanjut di tengah lapangan kampus yang luas. Awalnya Esau memang kasar, tetapi di beberapa detik kemudian dia menjadi lembut memperlakukan bibir Freya. Gadis yang seumur hidupnya baru kali ini mendapat ciuman pun menjadi terlena. Freya membalas ciuman Esau, meski sesekali nafasnya harus tercekat, dia tidak menarik bibir untuk menjauh. Semua mata membulat menyaksikan seorang Esau Borisson, yang selama ini tidak pernah terdengar skandalnya dengan gadis mana pun, justru berciuman dengan seorang upik abu. Tentunya sangat mengejutkan, kampus pun geger dibuatnya. “Itu... benarkah Esau mencium gadis miskin itu?” “Apakah dia gila?” “Leona saja mati-matian mengejarnya, tetapi dia justru memilih gadis penerima beasiswa? Matanya pasti sudah buta!” Leona tidak tahan lagi mendengar ucapan dari sisi kiri kanannya, dan dia pun berlari ke lapangan. Leona menarik tangan Esau untuk menghentikan pertunjukan
Esau tak peduli dengan ekspresi ketakutan yang muncul di wajah Freya. Semakin Esau mendekat, Freya berusaha menghindar, kemudian Freya melompat dari tempat tidur dan berlari ke arah jendela kamar, tetapi gerakan Esau lebih cepat dari Freya. Dalam sekejap Esau telah menangkap pinggangnya, mengangkat Freya dan mengempaskannya kembali ke ranjang.“Jangan, Esau, aku mohon, aku—““Kau yang akan membuka pakaianmu, atau aku yang akan melakukannya dengan paksa. Kau tahu, aku tak pernah sesakit dan semurka ini, tapi semakin aku berusah menahan emosiku, semakin kau membuat diriku menjadi gila secara perlahan!”“Aku minta maaf, kumohon jangan sakiti aku,” Freya memohon setengah mati, ketika dilihatnya Esau mulai melepaskan kemeja yang dikenakannya. Dada Esau yang berbentuk dan perutnya berotot penuh, membuat Freya tertegun sejenak. Meski ini bukan kali pertama dia melihat Esau tidak mengenakan pakaian atas, tetap saja kali in
“Lakukan!” bentak Freya, ketika Esau masih hening di posisinya. Antara hasrat dan takut dia melihat ekspresi kebingungan wajah suaminya. “Esau, apa yang kau tunggu? Lakukan sekarang, kataku!” Dia hampir frustasi.Seperti orang yang terbangun dari mimpi, Esau menarik napasnya dalam-dalam. Perlahan, dia menggerakkan tubuh untuk melakukan apa yang diminta Freya.“Ya, aku sedang melakukannya.”Ada apa dengan lelaki itu? Ingin sekali dia mengakhiri permainan yang baru saja dimulai, dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. Tetapi entah itu dorongan dari berahi, ataukah dia tidak ingin Freya menjadi tersakiti oleh segala pertanyaan di kepalanya, Esau menutup mulut dan kembali fokus pada tujuan. Menggapai kenikmatan dengan istrinya.Freya sendiri juga sangat berusaha melupakan segala kebohongannya. Dia hanya ingin permainan ini segera tuntas sampai ke puncak. Freya bahkan melupakan wajah sang papa yang a
Keesokan paginya, Esau bangun lebih dulu dari Freya. Dilihatnya Freya masih tertidur pulas, dia masih ingat kejadian semalam, dia membuat Freya benar-benar kelelahan, entah berapa kali Esau menyetubuhi Freya, gadis pertama yang dia serahkan keperjakaannya juga gadis pertama yang dia renggut kehormatannya.Dia tak tahu harus memulai dengan apa, dia ingin membangunkan Freya, tapi ada rasa sungkan setelah melewati kejadian semalam.“Frey,” panggil Esau sembari menyentuh bahu Freya dengan lembut. Tapi Freya tak juga bangun, justru Freya malah berbalik memunggunginya, apa dia marah? Tapi marah karena apa?“Freya, bangun. Kau dan aku harus ke kampus pagi ini, hei!”Freya menggeliat, kemudian menarik kembali selimut yang menutupi tubuhnya sampai kepala. Esau yang melihatnya ikut menutupi kepalanya dengan selimut dan menyusup ke dalam, digelitikinya Freya. Rupanya Freya sudah bangun sejak tadi dan berpura-pura tidur untuk menggoda Esau.
Sesampainya di kampus, Freya harus mendapat tatapan sinis dari para gadis yang seakan ingin membunuhnya. Dia menunduk, malas melihat mereka. Freya tahu orang-orang ini pasti lah mempertanyakan apa hubungannya dengan Esau sehingga kemarin keduanya berciuman panas di tengah halaman kampus.“Esau pasti buta.”“Padahal Leona yang sangat cantik dan kaya, selalu ada di sisinya, dan dia melihat gadis miskin ini? Sangat konyol!”“Sudah lah, jangan bahas itu lagi. Aku kesal setiap kali mengingatnya.”Dengar? Freya sangat ingin menyumpal mulut mereka dengan semua yang Freya miliki. Andaikan mereka tahu Freya bukan gadis miskin bahkan bisa membeli mulut-mulut tak tahu diri itu. Ah... itu hanya andai, andai dia tidak harus menjadi istri Esau.Belum lagi Freya harus bertatapan dengan Leena yang berdiri di depan pintu. Matanya seakan ingin menelanjangi Esau detik ini juga. Tapi sudah lah... Freya tidak akan mengatakan apa pun
“Alen, please dengarkan aku.”Harry menarik lengan istrinya, meminta wanita yang dia nikahi selama dua puluh lima tahun ini, sedikit mengerti. Tapi Alena dengan keras kepalanya yang tak pernah hilang itu, menggeleng menolak. Dia menepis tangan Harry, menjauh dari dekat suaminya.“Ada apa denganmu, hei? Kenapa marah pada suamimu yang tampan ini?” kata Harry lagi, masih mencoba bergurau.“Aku tidak mendengar dan tidak mau mendengar.” Alena menutup kedua telinga.“Benarkah?” Harry menaikkan sebelah alisnya. Tangan kanan di letakkan di bawah dagu, mempermainkan bulu-bulu kasar yang tidak dicukur habis. “Padahal aku selalu suka mendengarmu mendesah. Kenapa kau tak mau mendengar erangan nikmat suamimu ini?”Astaga...siapa yang membahas erangan dan desahan di sini? Rasanya ingin sekali Alena meremas bibir tipis Harry yang justru tersenyum nakal. Lihat lah betapa menyebalkannya lelaki itu, d
“Sudah ada kabar?”Suara du seberang menjawab pertanyaan Esau. “Maaf, Tua, saya tengah menelusuri siapa orang tua dan juga silsila keluarga Nona Freya, tapi memang terlalu sulit, semua abu-abu.”Esau menutup matanya. “Pastikan aku mendapat kabar baik, karena aku tidak suka kegagalan, kau pasti paham!” ucapnya setengah mengancam.“Baik, Tuan Muda.”Esau memang semakin protektif pada Freya, karena jujur saja meski dia merasa tertipu dengan perbuatan Freya, dia sudah tak mampu lagi menjauh. Dia tak ingin ada lagi kebohongan di atas kebohongan. Esau berharap segalanya akan baik-baik saja sehingga bisa menentukan ke mana arah tujuan pernikahan ini. Esau berharap Freya bisa dipercaya, tidak menyulitkan dan membohongi dirinya lagi.Semoga orang-orangnya dan Timoty yang disuruh mencari tahu tentang Freya bisa memberikan berita positif untuk menenangkan hati dan juga pikirannya.Saat ini Esa
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep