Home / CEO / Melahirkan anak untuk CEO / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Melahirkan anak untuk CEO: Chapter 161 - Chapter 170

346 Chapters

(S2) 85. Berhenti Bicara, Alen!

Harry mengecup kening istrinya sangat lama, kedua tangan lelaki itu melingkar erat di pinggang Alena seakan tak rela melepaskannya."Aku tidak ingin pergi tanpamu. Rasanya ingin memasukkanmu ke dalam saku jas," kata Harry, memeluk semakin erat.Alena menarik wajahnya menjauh dari dada lelaki itu, untuk bisa melihat muka yang sedang cemberut. Lihatlah, bibir Harry jatuh ke bawah dan wajahnya dibuat sesedih mungkin mengalahi seorang bocah lima tahun. Dia menjengkelkan sekaligus manis di saat yang bersamaan."Andai aku bisa mengecil seperti itu," kata Alena, ikut bermanja dengan memainkan dada Harry dengan ujung tekunjuknya."Hum, seharusnya kau memang memiliki progam yang bisa mengecil dan besarkan tubuhmu, sehingga aku bisa membawamu k
Read more

(S2) 86. Relakan Dia.

"Kau ingin mempermainkan emosiku? Kau mencoba mencari simpatik pada istriku? Semuanya sudah dia berikan, tapi sepertinya kau tidak pantas mendapat perhatian dari kami." Mata Harry melotot dan sangat menakutkan, dia mengabaikan fakta bahwa Harel adalah putra dari kakaknya.Namun, bagi seorang Alena yang memiliki hati lembut tentu saja itu sangat menyedihkan. Dia tidak membela Harel juga tak tega memojokkannya."Harry, tenangkan dirimu, Sayang. Kita harus membicarakan ini baik-baik.""Diam kataku maka diam, Alen! Aku berhak berbicara pada keponakanku."Para pelayan pun datang di saat yang bersamaan tapi tak seorang pun yang berani melerai emosi tuan mereka. Semuanya hanya berdiri menunggu perintah, tentu dengan tangan yang membungkam mu
Read more

(S2) 87. Aku Ingin Memakanmu Di Sini

Empat hari sudah Harry pergi melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Alena merasa sangat merindukan lelaki itu, bahkan rasanya tidak tahan untuk segera bertemu. Harry berkata dirinya akan tiba hari ini, tapi sehingga sudah menjelang sore, dia tidak juga mendapat kabar dari suaminya. Ponsel Harry tidak bisa dihubungi, dan lelaki itu juga sama sekali tidak memberinya kabar sejak terakhir mereka berbicara di telepon. Ke mana Harry sebenarnya? Hati Alena bertanya-tanya. Membuat orang khawatir bukan bagian dari kebiasaan Harry selama ini.Apa lagi, siang tadi dokter berbicara pada Alena dan mengatakan Zoe sudah bisa pulang. Tulang punggung yang tadinya bergeser sudah kembali pada tempatnya, dan pergelangan yang tadinya memar pun sudah pulih sedia kala. Alena merasa khawatir jika putrinya merasa sedih, sebab Harry tidak menjemputnya pulang dari rumah sakit."Mom? Sebenarnya berapa lama dad di luar negeri? Bukankah dia bilang hanya pergi tiga hari?" tanya Zoe, anak itu su
Read more

(S2) 88. Mari Lakukan Sampai Pagi

Jika Harry sudah berkata di sini, ya harus di sini. Diabaikannya bisikan Alena yang terus memohon untuk dilepaskan. Harry sudah berhasik menyingkap gaun istrinya sehingga menunjukkan dua dada yang mencuat dari balik bra hitam. Dia menatap benda itu beberapa saat dengan mata yang sangat memuja."Sangat indah, bagaimana bisa aku menunggu kita kembali ke rumah, Sayang?" katanya, lalu menyapukan lidah di permukaan bukit Alena.Mendapat rangsangan dari lidah hangat itu, Alena yang tadinya berusaha berontak pun kini mulai melemah. Dia menjadi pasrah, bahkan tangannya memeluk erat leher Harry. Alena bersusah payah untuk menahan erangan ketika akhirnya Harry sudah melepaskan bra hitam yang melingkar di dadanya."Sayang, ah ..." erangnya mulai meracau.
Read more

(S2) 89. Isi Otaknya Hanya Mesum.

"Alen ... jangan pergi," rengek Harry. Kedua alis lelaki itu menaut dan keringat dingin sudah membanjiri keningnya yang putih bersih. "Sayang, kumohon tetap di sini," ulangnya lagi, dengan wajah yang terlihat sangat ketakutan.Di sebelahnya, Alena mendengar ucapan lelaki itu dan mengubah posisi tidurnya. Dua mata yang masih mengantuk mulai berkedip dan memaksa terbangun. Tampak wajah suami yang dia kasihi sangat sedih seperti ingin menangis membuat mata Alena menjadi terang seketika. Dia menyentuh dahi Harry yang penuh keringat dan memanggil nama suaminya."Harry, Harry, kau bermimpi?"Kemudian dia tersadar kening Harry sangat panas. Lelaki itu ternyata diserang deman dan membuatnya mengigau."Kau demam?" kata Alena lagi. Buru-buru di
Read more

(S2) 90. Mencintaimu Sangat Banyak.

"Kau akan ke mana, Sayang?"  Harry memegangi kaki Alena untuk mencegah istrinya berdiri. Dia letakkan kepala di atas paha itu, agar Alena tidak beranjak dari atas ranjang. Dia tidak ingin Alena meninggalkannya barang sedetik pun. Lelaki yang dalam masa pemulihannya itu menjadi sangat manja, dan selalu ingin bersama dengan Alena. "Aku hanya ingin melihat Zoe, Sayang, tunggu lah sebentar," kata Alena, mencoba membujuk suaminya. Lantas, Harry memajukan bibirnya dan menggeleng dua kali. "Tidak, biarkan aku di sini untuk beberapa saat lagi. Zoe pasti bermain dengan pelayan, kalau tidak, seharusnya sejak tadi dia sudah masuk," sahut Harry yang semakin mempererat pegangannya di paha Alena. Astaga ... Alena menarik napas pasrah. Sejak Harry demam, dia menjadi sangat manja bahkan melebihi seorang bayi. Harry selalu berkata ingin terus berada di sisi istrinya, untuk membayar empat harinya yang sepi selama di perjalanan bisnis.  "Alen,
Read more

(S2) 91. Sayang, Jangan Bercada!

Harry tak membiarkan matanya lepas barang sedetik pun dari para pelayan lelaki yang disibukkan dengan sebuah bingkisan sangat besar.  "Hati-hati. Jangan sampai isi di dalamnya menjadi berantakan," katanya, kala mereka meletakkan bingkisan itu di tengah rumah. Ini masih sangat pagi dan dia sudah bangun lebih dulu bersama para pelayan. Harry tersenyum lebar melihat bingkisan berwarna merah muda itu, dan bersegera dia berjalan menuju tangga. Masih dengan senyum lebarnya, Harry memasuki kamarnya bersama Alena dan mengguncang pelan pundak istrinya."Sayang... Sayang, bangun," panggilnya lembut.Wanita yang tadinya tertidur dengan lelap perlahan membuka kedua mata. Alena mengerut kecil, bingung melihat lelaki itu."Harry, ada apa? Kau merasakan sesuatu? Suhu tubuhmu naik lagi?" Alena mendaratkan tangannya di kening Harry untuk memastikan dugaan.Tangan itu Harry tangkap dan bawa ke depan bibir. Dia mengecup pelan punggung tangan A
Read more

(S2) 92. Kita Punya Waktu Panjang

"Harry! Harry, ada apa denganmu?" Alena masih memanggil nama suaminya dan mengangkat kepala lelaki itu ke atas pangkuan. Dia duduk dengan benar, membingkai wajah Harry dengan kedua tangannya. Alena sangat takut melihat Harry semakin lemah. "Sebentar." Dia letakkan kepala Harry di atas bantal dan bersegera bangun dari ranjang. "Jangan tutup matamu dan tunggu sebentar." Semakin gugup, Alena berlarian dengan tubuh setengah telajang untuk menemukan ponselnya. "Dokter, Harry sakit lagi. Tolong segera ke sini dan jangan lama!" perintahnya tanpa penolakan. Dengan terburu Alena mengenakan pakaian yang dia dapat di atas ranjang. Dia bahkan tidak peduli bahwa itu adalah kaus oblong milik suaminya, asalkan bisa menutup bagian tubuh. Setelahnya Alena kembali naik ke atas ranjang untuk melihat kondisi suaminya. "Sayang, jangan tutup matamu. Lihat aku dan dengarkan aku bicara, Harry!" Suara Alena sudah menggelegar di dalam kamar untuk memastikan Har
Read more

(S2) 93. Semuanya Sudah Terwujud

Alena menegang menunggu dokter yang memeriksanya memberi penjelasan, sedangkan Harry terus menggenggam telapak tangan istrinya yang berbaring di atas ranjang. Keduanya saling melirik sejenak, lalu kembali menatap layar di depan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dari ekspresinya, tampak bukan hanya Alena yang merasa dag dig dug di dadanya, tapi juga Harry sangat tidak sabaran menanti hasil dari pemeriksaan dokter wanita itu. Lihat saja, dia berulang kali menelengkan kepala seperti orang yang tengah berpikir, kala menatap layar yang menunjukkan bagian rahim istrinya. “Apa itu sangat sulit?” celetuk Harry. “Lalu apa  gunanya bersekolah bertahun-tahun jika untuk membacakan hasilnya saja terlalu lama?” sambungnya lagi, untuk meredahkan debaran jantung yang kian tak terkendali. Dia benar-benar tak sabar dan terus berceloteh mengenai sekolah dokter, membuat Alena merasa sedikit tidak enak hati pada dokter itu. Pasalnya, ini bukan dokter kandungan langganan Ale
Read more

(S2) 94. Boleh Aku Menikahinya?

Kehamilan kali ini sangat menyenangkan bagi Alena. Dia tidak merasakan mual, pusing, dan segala keluhan wanita hamil pada umumnya. Dia bisa menikmati harinya dengan menikmati semua makanan kesukaan, bisa tidur nyenyak tanpa diganggu insomnia, dan menjalankan berbagai aktifitas. Tapi jangan ditanya dengan Harry. Lelaki penakluk yang sangat terkenal kegarangannya itu, menjadi lelaki lemah oleh siksaan mual dan sering pusing. Harry benar-benar merasa ini adalah ujian terberatnya selama hidup di dunia, di mana dia tidak ingin mengeluh. “Sayang, di mana obat peredah mualnya? Huek!” Lelaki itu baru saja memakan sedikit sarapannya, dan sekarang sudah mual. Harry buru-buru mengejar wastafel untuk mengeluarkan lagi makanan yang baru dia telan. Melihat suaminya bersandar pada sisi wastafel, Alena menjadi sedikit tertawa. Ini mengingatkan ketika dirinya mengandung Zoe. Alena sering mual dan pusing saat itu. “Di sini, Sayang, ini.” Alena meraih botol obat
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
35
DMCA.com Protection Status