Home / Urban / The First and Only One / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of The First and Only One: Chapter 31 - Chapter 40

70 Chapters

31. Ayo Bicara!

"Andrea tunggu!" "Ada apa, Kak?  "Bisa kita bicara sebentar?" Andrea mengernyit. "Bukankah ini kita sedang bicara?" "Maksudku aku ingin bicara sesuatu. Tentang pembicaraan kita tempo hari di ladang." "Memang ada apa dengan pembicaraan kita waktu itu?" Dimas mendesah berat. Sikap tak acuh Andrea inilah yang membuatnya gundah. Ia tidak bisa menebak jalan pikiran Andrea. Selama beberapa hari ini Andrea memang tetap bersikap seperti biasa padanya. Tapi ia dapat merasakan ada sesuatu yang Andrea tahan. Dan itu menyangkut pembicaraan mereka tempo hari yang berakhir menggantung karena sebelum mereka menyelesaikannya, Danu menghampiri mereka. Mengatakan jika mereka harus cepat melakukan pemupukan sebelum hari semakin terik. Jadilah pembicaraan mereka belum tuntas dan menyisakan tanda tanya bagi keduanya.  "Kau tahu pembicaraan kita waktu itu belum usai dan aku tidak ingin kau salah paham tentang hal itu. Jadi aku mohon! Mari
Read more

32. Mari Berteman!

"Kenapa aku harus marah? Justru aku yang takut kau yang marah karena tersinggung. Sekarang aku tanya padamu. Kenapa kau menghindariku beberapa hari ini? Apa ini ada kaitannya dengan pembicaraan kita waktu itu?" Andrea memberanikan membalas tatapan Dimas yang sedang menatapnya dengan lekat. Mencoba menyelami manik hitam pria di hadapannya. Semakin ia menatapnya, semakin ia tenggelam di dalamnya. Tatapan itu begitu lembut dan sarat akan cinta. Apa tatapan yang ia lihat sekarang ditujukan untuknya? Tanpa sadar Andrea menggeleng dengan pemikirannya. Tidak mungkin Dimas mencintainya, bukan? Tidak mendapat jawaban dari Andrea membuat Dimas menghela napasnya sebelum melambaikan tangannya di depan wajah cantik di depannya. Menyadarkan Andrea dari lamunannya. "Jadi kenapa kau menghindar dariku, Andrea?" tanya Dimas sekali lagi. Andrea yang tersentak kaget langsung saja menjawab pertanyaan Dimas tanpa berpikir panjang. "Itu karena aku ... aku hanya merasa senang dan ma
Read more

33. Rencana

"Siapa dia?" tanyanya dengan menahan kekesalan. Matanya terasa panas dan hatinya terbakar melihat pemandangan di depan sana. Di sana gadis pujaan hatinya sedang bersama pria lain, tampak bercanda dan tertawa bersama."Dia Dimas! Dia korban kecelakaan yang hilang ingatan. Si pak tua Danu dan Galang menolongnya. Sejak saat itu Andrea yang merawatnya. Bahkan pria itu tinggal di rumah Andrea.""Apa?" seru pemuda itu. Ia harus melakukan sesuatu jika tidak ingin Andrea jatuh ke pelukan pria asing itu."Kau cemburu?""Apa aku harus menjawabnya?""Tenanglah!""Bagaimana bisa aku tenang jika orang yang aku cintai lebih dekat dengan orang asing itu? Dia bahkan tidak memedulikanku yang sudah kembali ke desa, padahal aku kembali untuk bertemu dengannya lagi." Pemuda itu terus menumpahkan kekesalannya sedangkan kakaknya hanya tersenyum mendengarnya."Kak Erni! Kau harus membantuku mendapatkan Andrea. Aku tidak rela pria asing itu merebut seluruh p
Read more

34. Berkenalan

! Maafkan aku! Aku tidak sengaja!""Tidak apa-apa! Aku sendìri yang tidak berhati-hati," balas Andrea tanpa menoleh. Ia sibuk menunduk dan memungut tomat yang terjatuh karena ia bertabrakan dengan seseorang. Beruntung tomat-tomat yang terjatuh tidak banyak yang rusak, meski ada beberapa yang perlu dipilah lagi sebelum dipasarkan."Ini!""Ah ya!" sahut Andrea sembari mendongak dan menerima tomat yang diulurkan oleh orang yang menabraknya tadi. "Terima kasih," ujarnya lagi. Saat ia menatap pemuda yang berdiri di hadapannya ini, keningnya mengernyit. Ia pernah melihat pemuda ini sebelumnya, tapi ia lupa namanya. Andrea berdiri, tapi tatapannya tidak lepas memandang pemuda ini. "Kau ... sepertinya tidak asing. Siapa namamu?" tanyanya."Erlan! Erlan Prasetya. Kau pasti lupa padaku, Andrea."Pemuda yang tidak lain tidak bukan adalah Erlan tersenyum menatap Andrea yang tampak terkejut setelah ia memperkenalkan diri dan menyebut nama ga
Read more

35. Obsesi dan Ambisi

Erlan yang awalnya berbelok menuju rumahnya berhenti. Ia membalik lagi dan menatap kedua orang yang baru saja ditemuinya. Matanya memancarkan aramah. Tangannya pun masih terkepal erat. Hatinya benar-benar terasa panas melihat Andrea dengan pria yang bernama Dimas itu. Terlebih interaksi mereka yang benar-benar akrab. Pun senyum manis yang terlukis di bibir ranum Andrea itu harusnya untuknya bukan pria asing itu. Lihat saja nanti! Senyum itu akan ditujukan untuknya. Bukan hanya itu, bibir, wajah, tubuh, pokoknya semua yang ada pada Andrea akan menjadi miliknya. Ah! Jangan lupakan cinta gadis itu juga akan ia dapatkan. Setelahnya ia akan mengusir pria itu jauh-jauh dari desa ini hingga tidak lagi mengganggu hubungannya dengan Andrea.Seringai Erlan mengembang di bibirnya saat memikirkan ia akan memiliki Andrea dan akan mengusir Dimas. Apa pun akan ia lakukan untuk mendapatkan Andrea. Bahkan harus berbuat nekat dan curang sekalipun. "Eh Nak Erlan sedang apa di sini?
Read more

36. Rencana Licik

Tok ... tok ..."Kak! Kak Erni!"Suara ketukan itu membuat si empu rumah keluar. "Heh? Kenapa teriak begitu? Aku tidak tuli. Untung Mas Arkan sudah berangkat bekerja tadi, jika tidak pasti dia akan marah karena sikap tidak sopanmu ini," cerca Erni setelah mengetahui siapa yang mengedor pintu rumahnya.Tidak peduli pada teguran sang kakak, Erlan menggoyangkan lengan kakaknya, "Kak! Kapan kakak akan membantuku untuk mendapatkan Andrea? Aku sudah muak melihat dia dengan pria itu. Kapan, Kak? Kapan?" rengeknya."Heh? Jaga bicaramu! Bagaimana jika ada yang mendengar perkataanmu itu? Itu bisa mengacaukan semua dan menggagalkan rencana yang akan kita jalankan," pungkas Erni memarahi Erlan. "Dan apa-apaan itu? Merengek seperti anak kecil. Bagaimana kau bisa menjadi pasangan Andrea jika sikapmu masih kekanakan seperti ini?" lanjutnya mengomel.Erlan memberengut, tidak suka karena diomeli. "Ya makanya bantu aku, Kak! Setelah itu aku tidak akan merengek pada
Read more

37. Firasat Buruk

"Apa yang sedang kau pikirkan, Dim? Kenapa dari tadi kau tampak termenung dari tadi?"Pertanyaan itu membuat Dimas tersentak dari lamunannya. "Eh Paman? Maafkan aku! Apa yang tadi paman tanyakan?"Danu menggeleng pelan. "Kau ini!" dengkusnya lalu kembali mengulang pertanyaannya tadi. Netra tuanya menatap teduh Dimas yang tampak berpikir. Sepertinya pemuda di hadapannya ini ragu untuk menjawab pertanyaannya."Tidak apa-apa jika kau tidak mau menjawab pertanyaan paman, tapi kau harus ingat satu hal. Kau bisa menceritakan apa pun pada paman. Kau pun bisa menceritakan apa yang mengganggu pikiranmu. Atau jangan-jangan hal yang membuatmu melamun itu karena kau mengingat sesuatu?"Dimas tersenyum mendengar perkataan Danu. Ia merasa mendapat perhatian dari orang tua yang selama ini ia rindukan. Namun seketika wajahnya menampilkan raut kecemasan saat Danu melontarkan pertanyaan terakhir. Takut jika pria paruh baya ini mulai menaruh curiga padanya. "Bukan itu yang
Read more

38. Bertukar Pikiran

"Apa maksudmu, Dimas?""Itulah yang kurasakan, Paman!"Danu menatap Dimas dengan lekat. Mencari keyakinan dalam tatapan pria yang lebih muda. Ia memang tidak menemukan kebohongan di mata Dimas. "Kau tidak mengatakan hal ini karena cemburu bukan, Dim?" tanya Danu tidak bisa menahan rasa penasarannya. "Aku mungkin cemburu, Paman, tapi aku tidak akan menjelekkan seseorang hanya karena hal itu.""Jika memang begitu, kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?""Aku tidak tahu pasti! Hanya saja melihat bagaimana Erlan memandang Andrea membuatku resah. Aku bisa melihat obsesi pemuda itu saat dia menatap Andrea. Bukan hanya itu, dia juga berusaha untuk menjauhkanku dari Andrea. Ah! Bukan hanya aku tapi dari orang-orang di sekitarnya. Erlan berusaha menjauhkan kita dari Andrea. Belum lagi, Erlan juga menatapku dengan penuh kebencian. Dia berambisi untuk menjadikan Andrea menjadi miliknya sendiri, Paman. Apa paman tidak merasakan hal itu?"Penutura
Read more

39. Berbagi Beban

"Kau tampak ceria sekali, hm? Ada sesuatu yang baik terjadi?"Dimas terus memerhatikan Andrea yang tidak berhenti mengumbar senyum sejak beberapa hari ini. Sungguh ia penasaran dengan hal ini. Tidak biasanya Andrea seceria ini sebelumnya. Jujur saja ia takut, takut jika yang membuat Andrea seceria ini adalah kedekatannya dengan Erlan. Ia takut tidak memiliki kesempatan lagi untuk mendekati Andrea, cinta pertamanya.Sudah tiga minggu ini ia melihat Erlan terus mendekati Andrea dan Andrea menerimanya dengan terbuka. Saat ia masih mengikuti Andrea dulu, ia tahu Andrea memang ramah dan berteman dengan siapa saja. Namun, untuk kali ini, perasaannya mengatakan Erlan bukanlah pria yang baik untuk dijadikan seorang teman. Ia mengatakan ini bukan karena ia cemburu pada kedekatan Andrea dengan Erlan, tapi ia memang ia menangkap gelagat buruk dari pemuda itu.Ia harap semua firasatnya ini tidak menjadi kenyataan. Namun seperti yang d
Read more

40. Kedatangan Tamu

"Kau Dimas bukan?""Iya?" Dimas berbalik, melihat siapa yang menepuk bahunya. "Maaf Anda Mas Arkan bukan? Putra Paman Wirawan, kepala desa ini? Ada yang aku bisa bantu, Mas Arkan?" tanya Dimas dengan sopan pada pria yang menyapanya di halaman rumah Andrea. Tidak biasanya Arkan datang berkunjung. Pria ini baru tiga kali ditemuinya, itu pun hanya saling bertegur sapa. Mengingat pria ini bekerja di kota. Dahinya mengernyit saat melihat raut keraguan di wajah pria ini. Apa sebenarnya yang ingin pria ini katakan? "Mas Arkan baik-baik saja?" tanyanya lagi saat pria yang beberapa tahun lebih tua daripada dirinya ini masih belum bicara. "Mas Arkan jangan-jangan ke sini karena dimintai tolong oleh Paman Wirawan? Soalnya beberapa hari yang lalu Paman Wirawan mengatakan akan ada pendataan untuk keamanan dan kebersihan desa. Kalau memang benar demikian, aku akan memanggil Andrea. Dia yang paling tahu mengenai hal itu."Dimas meletakkan sapu lidi yang sedari tadi masih
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status