Beranda / Urban / The First and Only One / 38. Bertukar Pikiran

Share

38. Bertukar Pikiran

Penulis: Asihdias
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa maksudmu, Dimas?"

"Itulah yang kurasakan, Paman!"

Danu menatap Dimas dengan lekat. Mencari keyakinan dalam tatapan pria yang lebih muda. Ia memang tidak menemukan kebohongan di mata Dimas. "Kau tidak mengatakan hal ini karena cemburu bukan, Dim?" tanya Danu tidak bisa menahan rasa penasarannya. 

"Aku mungkin cemburu, Paman, tapi aku tidak akan menjelekkan seseorang hanya karena hal itu."

"Jika memang begitu, kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

"Aku tidak tahu pasti! Hanya saja melihat bagaimana Erlan memandang Andrea membuatku resah. Aku bisa melihat obsesi pemuda itu saat dia menatap Andrea. Bukan hanya itu, dia juga berusaha untuk menjauhkanku dari Andrea. Ah! Bukan hanya aku tapi dari orang-orang di sekitarnya. Erlan berusaha menjauhkan kita dari Andrea. Belum lagi, Erlan juga menatapku dengan penuh kebencian. Dia berambisi untuk menjadikan Andrea menjadi miliknya sendiri, Paman. Apa paman tidak merasakan hal itu?"

Penutura

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The First and Only One   39. Berbagi Beban

    "Kau tampak ceria sekali, hm? Ada sesuatu yang baik terjadi?"Dimas terus memerhatikan Andrea yang tidak berhenti mengumbar senyum sejak beberapa hari ini. Sungguh ia penasaran dengan hal ini. Tidak biasanya Andrea seceria ini sebelumnya. Jujur saja ia takut, takut jika yang membuat Andrea seceria ini adalah kedekatannya dengan Erlan. Ia takut tidak memiliki kesempatan lagi untuk mendekati Andrea, cinta pertamanya.Sudah tiga minggu ini ia melihat Erlan terus mendekati Andrea dan Andrea menerimanya dengan terbuka. Saat ia masih mengikuti Andrea dulu, ia tahu Andrea memang ramah dan berteman dengan siapa saja. Namun, untuk kali ini, perasaannya mengatakan Erlan bukanlah pria yang baik untuk dijadikan seorang teman. Ia mengatakan ini bukan karena ia cemburu pada kedekatan Andrea dengan Erlan, tapi ia memang ia menangkap gelagat buruk dari pemuda itu.Ia harap semua firasatnya ini tidak menjadi kenyataan. Namun seperti yang d

  • The First and Only One   40. Kedatangan Tamu

    "Kau Dimas bukan?""Iya?" Dimas berbalik, melihat siapa yang menepuk bahunya. "Maaf Anda Mas Arkan bukan? Putra Paman Wirawan, kepala desa ini? Ada yang aku bisa bantu, Mas Arkan?" tanya Dimas dengan sopan pada pria yang menyapanya di halaman rumah Andrea. Tidak biasanya Arkan datang berkunjung. Pria ini baru tiga kali ditemuinya, itu pun hanya saling bertegur sapa. Mengingat pria ini bekerja di kota.Dahinya mengernyit saat melihat raut keraguan di wajah pria ini. Apa sebenarnya yang ingin pria ini katakan? "Mas Arkan baik-baik saja?" tanyanya lagi saat pria yang beberapa tahun lebih tua daripada dirinya ini masih belum bicara. "Mas Arkan jangan-jangan ke sini karena dimintai tolong oleh Paman Wirawan? Soalnya beberapa hari yang lalu Paman Wirawan mengatakan akan ada pendataan untuk keamanan dan kebersihan desa. Kalau memang benar demikian, aku akan memanggil Andrea. Dia yang paling tahu mengenai hal itu."Dimas meletakkan sapu lidi yang sedari tadi masih

  • The First and Only One   41. Peringatan

    "Maaf, aku terlambat Mas," ujar Dimas meminta maaf. Napasnya pun masih memburu karena buru-buru ke ladang. Tadinya ia hendak langsung ke sini setelah selesai menyapu halaman. Sayangnya, Andrea memintanya memindahkan beberapa barang untuk dibersihkan. Ia tidak kuasa menolak, lebih lagi barang itu cukup berat untuk diangkat oleh Andrea seorang diri."Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai," balas Arkan.Dimas mengulas senyum. Ia tahu Arkan hanya merendah. Benar-benar pria yang baik. "Jadi apa yang Mas Arkan bicarakan denganku?" tanyanya.Hah! Desah napas Arkan mengalun berat. "Jujur! Aku tidak tahu harus mulai dari mana," ujar Arkan memulai pembicaraan. "Namun aku harus bicara. Jika sampai terjadi hal yang buruk, maka aku yang akan menyesal."Belum apa-apa, Dimas sudah dibuat bingung lagi oleh Arkan. Sebenarnya apa yang ingin pria ini bicarakan, sampai-sampai harus mengajaknya bicara di ladang, di mana sudah tidak ada petani yang masih bekerja, mengingat hari

  • The First and Only One   42. Rencana Awal Berhasil

    "Bagaimana?"Erni tersenyum dengan lebarnya. "Kau tenang saja, kakakmu ini sudah mempersiapkan semuanya. Tinggal eksekusi," ujarnya.Erlan tersenyum senang mendengarnya. Setelah sekian lama, akhirnya ia akan bisa memiliki Andrea. "Baiklah! Nanti akan aku lanjutkan setelah kakak memberiku kode.""Tapi kau ingat yang harus kau lakukan bukan? Dan ingat hal ini Erlan, kau harus tetap berhati-hati. Tetaplah bersikap biasa saja, jangan sampai orang-orang curiga.""Kau tenang saja, Kak. Semia warga akan sibuk dengan acaranya dan kita dengan leluasa menjalankan rencana yang telah kita susun."Mendengar Erlan bicara meremehkan keadaan membuat decakan mengalun dari bibir Erni. "Kau ini! Bisa tidak jangan menyepelekan sesuatu? Itu bisa jadi bumerang untukmu sendiri.""Sudah kakak jangan khawatir. Aku akan berhati-hati," balasnya. "Ayo! Kita ke sana sekarang! Jangan sampai mereka mencurigai kita karena terlalu lama di sini, terutama suamimu itu. S

  • The First and Only One   43. Isyarat

    Erni tersenyum lebar melihat Vandy melakukan tugasnya dengan baik. Bibirnya pun menyunggingkan seringai saat Andrea sudah meminum jus yang sudah dicampurnya dengan obat itu. Tugasnya sudah selesai sekarang. Hanya perlu menunggu waktu sampai obat itu bekerja dan Erlan melakukan apa yang harus ia lakukan.Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang adik. Ah itu Erlan! Berkumpul bersama pemuda desa lainnya. Saat matanya bersitatap dengan Erlan. Ia mengangguk pelan, memberi isyarat pada adiknya jika ia sudah melakukan tugasnya dan giliran untuk Erlan yang melakukan tugasnya.Erlan yang melihat isyarat dari kakaknya tersenyum. Inilah yang ia tunggu. "Sudah! Kalian teruskan mengobrolnya. Aku ingin mengambil minum dulu," ujar Erlan pada teman-temannya. Ia menyisihkan diri dari mereka lalu bergegas pergi. Ia harus menunggu hingga waktunya obat itu bekerja dan ia bisa melancarkan rencananya untuk bisa memiliki Andrea.Sementara Dimas yang sedari tadi mengawasi Er

  • The First and Only One   44. Halangan

    "Ck kenapa pria itu ada di sana? Aku tidak bisa mendekati Andrea kalau begini. Bisa-bisa rencanaku akan gagal karena dia. Mengganggu saja, obat itu akan bereaksi dalam dua jam. Selama itu aku harus mencari cara agar pria asing itu menjauh dari Andrea," ujar Erlan pada dirinya sendiri.Dengan cepat ia pergi dari tempatnya berdiri untuk mengawasi Andrea. Ia harus memberi tahu kakaknya tentang ini. Tidak sulit menemukan kakaknya itu karena Erni terlihat paling mencolok di antara ibu-ibu yang sedang bercengkerama di salah satu sudut halaman rumah milik Andrea ini. "Maaf ya ibu ibu semua, aku pinjam Kak Erninya sebentar."Tanpa basa basi lagi Erlan menarik Erni menjauh. "Ada apa lagi sih, Lan. Kau terus mengganggu kesenangan kakak. Kakak sudah melakukan bagian kakak. Sekarang giliranmu.""Itu aku mengerti, Kak. Tapi lihat itu!" ujar Erlan sambil menunjuk ke arah Dimas dan Reta yang asyik bermain dengan anak-anak. "Pria asing itu terus berada di dekat Andrea, bagaiman

  • The First and Only One   45. Mulai Bereaksi

    "Kau tampak pucat Andrea." "Memang aku merasa sedikit pening, Bi, tapi aku baik-baik saja." "Eh? Kalau begitu kau istirahat saja. Ini pasti karena kau kelelahan," seru wanita paruh baya yang merupakan istri dari Galang itu. "Tidak apa-apa, Bi Ratih. Aku baik-baik saja. Akan aku lanjutkan, tinggal sedikit lagi." Ratih menggeleng. "Tidak-tidak! Bibi tidak ingin kau semakin sakit lagi, nanti. Jadi sekarang tinggalkan itu. Biarkan bibi dan yang lainnya, yanh melanjutkannya. Seperti katamu, ini tinggal sedikit lagi." "Tapi ..." "Yang dikatakan Ratih benar. Kami di sini tidak ingin kau sakit. Jadi beristirahatlah!" imbuh Aruni. Wanita paruh baya yang merupakan istri dari Danu itu mendekat ke arah Andrea lalu menjauhkan tubuh gadis itu dari piring-piring yang harus mereka cuci. Aruni menuntun pelan tubuh Andrea ke arah kamar gadis itu. "Ayo! Bibi antar ke kamarmu." "Tidak perlu, Bi. Aku bisa sendiri ke kamar," tolak Andrea. Me

  • The First and Only One   46. Ketakutan

    Andrea terus merasa kepanasan. Ia sudah menghabiskan air minumnya, tapi entah mengapa tubuhnya masih terasa panas. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya seperti ini. Andrea berusaha untuk membaringkan tubuhnya. Berharap rasa panas yang ia rasakan hilang. Namun, bukannya menghilang. Rasa panas itu terus itu terus menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.Saat tubuhnya bergesekan dengan selimut yang membalutnya, tubuh entah mengapa merasakan sensani luar biasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa lebih baik. Jadi ia terus melakukannya agar tubuhnya merasa baik. Namun, itu hanya berlangsung sesaat karena tubuhnya semakin terasa panas, dan rasa itu semakin menjeratnya. Mengikuti instingnya, Andrea mencoba menyentuh tubuhnya sendiri, tapi tetap saja itu belum cukup. Ia ingin disentuh lagi dan lagi. 'Ada apa ini?' batinnya. Kenapa ia seakan mendamba seseorang untuk menyentuhnya. Menyentuh seluruh bagian tubuhnya bahkan yang terdalam. 'Tolong! Tolong aku!'Andrea

Bab terbaru

  • The First and Only One   70. Harapan Baru

    "Kalian beristirahatlah! Pasti lelah setelah mengikuti rangkaian prosesi pernikahan.""Benar yang dikatakan oleh pamanmu. Kalian istirahat saja, sisanya biar kami yang mengurusnya," imbuh Ratih menimpali perkataan suaminya.Dimas dan Andrea saling berpandangan sebelum mengiyakan perkataan paman dan bibi mereka. Tidak dipungkiri, mereka lelah setelah seharian mengikuti prosesi pernikahan. Terlebih mereka juga menerima kehadiran warga desa yang datang untuk memberi selamat dan doa untuk mereka. Keduanya beranjak menuju kamar masing-masing tapi baru beberapa langkah, celetukan Ratih menghentikan niat mereka."Kalian sudah menikah, apa kalian sudah lupa?"Baik Dimas dan Andrea berbalik dan menoleh. Keduanya tersenyum malu sembari menggeleng. Tentu saja mereka tidak lupa.Ratih bersedekap sembari menatap geli ke arah pasangan pengantin baru di depannya. Senyumnya mengembang melihat sikap malu-malu yang ditunjukkan oleh Dimas dan Andrea. "Lantas? Jika begitu kenapa kalian menuju ke kamar y

  • The First and Only One   69. Akhirnya Menikah

    "Kau sudah siap?"Andrea sempat tertegun sebelum mengangguk. Danu yang bertanya hanya mampu memberikan senyumnya melihat reaksi Andrea. Sekalipun Andrea mengatakan baik-baik saja, tapi ia yakin itu hanya di bibir saja. Jauh dalam hatinya, gadis yang sudah seperti anaknya ini pasti merasa sedih. Siapa pun akan merasakannya saat harus menikah tanpa kehadiran orang-orang terkasih yang mendampingi, terlebih untuk Andrea yang seorang gadis.Danu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Andrea. Keduanya keluar dari ruang tunggu, berjalan perlahan menuju ruangan tempat pernikahan akan dilaksanakan. "Kau cantik, Andrea. Sangat! Andai tuan dan nyonya besar masih ada, mereka pasti akan bahagia melihatmu menikah," ujar Danu pelan diiringi dengan hela napas. "Dan seharusnya bukan paman yang berada di sampingmu kini, tapi tuan Keenan."Andrea menghentikan langkahnya mendengar perkataan Danu. Tidak dipungkiri ada rasa sedi

  • The First and Only One   68. Nasehat

    "Kau sudah mendengarnya sendiri bukan? Andrea teguh dengan keputusannya untuk menikahimu. Jadi aku harap kau tidak akan mengecewakan kami, terlebih Andrea," tutur Aruni sembari menatap lekat ke dalam mata Dimas. Awalnya ia ingin meninggalkan suaminya dan Andrea bicara berdua, tapi saat hendak pergi dari ruang keluarga, ia mendapati Dimas masih berdiri di lorong yang menghubungkan ruang makan dan ruang tamu. Pada akhirnya ia pun mengurungkan niat untuk pergi. Memilih tetap tinggal dan mendengar pembicaraan suaminya dengan Andrea.Dimas yang sedari tadi memperhatikan Andrea dan Danu, mengalihkan pandangannya ke arah Aruni. Membalas tatapan wanita paruh baya di hadapannya. Ia akui ia sempat ragu akan keputusannya, tapi setelah mendengar pembicaraan antara Danu dan Andrea membuatnya lebih yakin. Jika Andrea bisa seyakin itu untuk menghadapi konsekuensi dari pilihannya di masa mendatang, ia pun bisa. Ia tidak boleh goyah lagi, terlebih keputusannya ini menyangkut hidup seseorang.

  • The First and Only One   67. Tentang Keputusan Andrea

    Aruni menghela napas panjang setelah Dimas pergi. Mengalihkan seluruh atensi pada suaminya dan Andrea. Danu sudah berjalan mendekati gadis yang sebenarnya adalah nona muda mereka. Gadis malang yang sudah tinggal bersama mereka di desa ini lebih dari tiga tahun lalu. Gadis malang yang terpaksa tinggal di desa ini karena keegoisan dan keserakahan beberapa orang. Netranya terus mengamati dua orang yang berdiri menghadap jendela itu.Tidak berniat untuk mendekat ataupun pergi. Memilih menjadi pendengar dengan duduk di tempat yang tadi diduduki Dimas. Ia tidak ingin mengganggu pembicaraan keduanya. Dibandingkan dengan dirinya dan Ratih.Danu dan Galang yang lebih dekat dengan Andrea. Mengingat Danu dan Galang-lah yang tetap bekerja pada keluarga Chandrawijaya dan mengikuti keluarga majikan mereka itu pindah ke Jepang lima belas tahun yang lalu, sedangkan ia dan Ratih memilih kembali ke desa mereka bersama anak-anak. Awalnya ia dan Ratih mengira semua baik-

  • The First and Only One   66. Mencoba Bicara

    "Kau yakin dengan keputusanmu ini, Andrea?"Andrea tidak urung berbalik dari depan jendela. Manik bulatnya tetap mengarah ke luar jendela, menatap pemandangan di luar rumahnya seakan pemandangan itu lebih menarik daripada yang lainnya. Pertanyaan dari Dimas pun tidak kunjung membuatnya mengalihkan perhatiannya. "Apa yang bisa kujelaskan lagi, Kak?Aku sudah menjelaskan semuanya di balai desa, tidak ada alasan lainnya lagi," jawab Andrea dengan tidak acuh berusaha mengabaikan kegusaran yang ia rasakan. Tangannya yang berada di kusen jendela terkepal erat berusaha menahan perasaannya yang berkecamuk. 'Aku takut sendiri lagi, Kak. Semua meninggalkanku sendiri. Papa, mama pergi, dan Kak Keenan? Dia meninggalkanku di desa ini sendiri. Bahkan dia tidak pernah sekalipun mengunjungiku. Aku takut sendiri lagi jika kakak pergi. Dan hatiku juga yakin jika Kak Dimas adalah pria yang tepat untukku dan menginginkan kakak selalu ada di sisiku,' batin Andrea sendu

  • The First and Only One   65. Keyakinan Hati

    Semua orang bebas untuk memilih. Begitupun dengan Andrea dan inilah pilihannya. Menikah dengan Dimas bukan pilihan mudah yang bisa ia putuskan dalam sekejap. Namun jika dihadapkan pada pilihan tersebut, maka ia yakin ini keputusan yang tepat. Terlepas dari ia yang tidak ingin pergi dari desa ini dan tidak tahu harus ke mana jika pergi dari desa ini, ia memutuskan ini karena hatinya memang menginginkan Dimas dan menyakini pria itu memang yang terbaik untuknya."Kau yakin dengan keputusanmu itu, Andrea?"Pertanyaan dari Pak Wira menyadarkan Andrea, ia menegakkan tubuhnya dan kembali menoleh ke arah Dimas yang masih menatapnya. Wajah pria itu masih tampak syok dan Andrea mengerti hal itu. Siapa yang tidak terkejut dengan jawaban yang ia berikan tadi? Tidak ada, bahkan dirinya sendiri pun terkejut, tapi ia tidak menyesal dengan pilihannya."Aku yakin Paman," jawabnya sekali lagi lalu kembali menghadapkan ke arah depan. Menatap para perangkat desa yang menunggu jawab

  • The First and Only One   64. Perasaan

    Jawaban yang diberikan Andrea tak pelak membuat semua orang yang ada di balai desa itu terkejut. Mereka kira Andrea akan menolak atau tidaknya bernegosiasi lagi dengan mereka mengenai keputusan yang telah mereka jatuhkan padanya dan Dimas. Namun tidak, Andrea tanpa ragu menjawab mau menikah dengan Dimas. Lebih terkejut lagi dengan perkataan Andrea setelahnya."Aku setuju bukan karena aku mengakui perbuatan yang dituduhkan padaku dan Kak Dimas. Aku menyetujuinya karena tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak memiliki tempat untuk pergi, tidak memiliki tempat tinggal selain di desa ini. Aku tidak memiliki tujuan untuk pulang," ujarnya.Tidak bisa dipungkiri Dimas merasa hatinya sakit dan kecewa mendengar perkataan gadis yang duduk di sampingnya ini. Andrea mau menikah dengannya hanya karena tidak memiliki pilihan lain. Apa tidak ada sedikit saja rasa yang tumbuh di hati Andrea untuknya? Namun perasaan sedih itu langsung hilang digantikan oleh rasa iba setelah mendengar ke

  • The First and Only One   63. Di Antara Pilihan

    Tubuh keduanya membeku di kursi yang mereka duduki mendengar perkataan Pak Wira. Menikah? Mereka harus menikah? Kata-kata itu berputar dalam kepala mereka. Bagaimana mereka bisa menikah? Mereka tidak saling mencintai, bagaimana mereka bisa menikah? Memang tidak dipungkiri ada rasa nyaman saat mereka bersama. Pun ada getaran dalam hati mereka yang mereka rasakan saat dekat satu sama lainnya. Namun apa itu cukup disebut cinta? Bahkan dalam sebuah pernikahan cinta pun tidaklah cukup, ada komitmen, kepercayaan dan kesiapan diri di dalamnya. Sementara hubungan mereka selama ini tidaklah lebih dari pertemanan semata. Tidak ada komitmen apa pun dalam hubungan mereka. Lantas bagaimana mereka bisa menikah?Dalam diam mereka menyimak perdebatan antara Pak Wira dengan Erlan. Meski telinga mereka terbuka lebar untuk mendengar perdebatan itu, tapi tidak satu pun yang bisa ditangkap oleh mereka. Pikiran mereka masih dipenuhi dengan perkataan Pak Wira sebelumnya sampai pertanyaan dari Pak I

  • The First and Only One   62. Tidak Terima?

    "Bagaimana itu mungkin?""Aku tidak menerima itu!"Seruan itu datang dari Erlan dan Erni. Senyum yang tadi menghiasi bibir keduanya saat mendengar Dimas dan Andrea harus pergi dari desa ini sirna sudah. Erlan bahkan sudah berdiri dengan raut kesalnya. "Kenapa mereka harus menikah? Andrea tidaklah salah dalam hal ini. Bagaimana kalian bisa memutuskan hal yang memberatkan Andrea? Ini tidak adil. Lagi pula aku sudah memberikan bukti jika Andrea korban dari kebrengsekan pria itu."Pak Wira tersenyum sinis mendengar seruan kedua kerabatnya itu. Sekarang ia yakin dugaannya mengenai Erlan dan Erni yang menjebak Dimas dan Andrea. "Kenapa tidak mungkin?"tanyanya dengan sinis. "Ya! Kau memang memberikan kesaksianmu, tapi itu tidaklah cukup untuk memutuskan Dimas adalah tersangka sedangkan Andrea adalah korban. Bahkan Andrea sendiri menyanggah kesaksianmu itu dan menyatakan kalau Dimas yang menolongnya di saat dia sedang dalam keadaan tidak berdaya tadi malam. Jadi t

DMCA.com Protection Status