Home / Romansa / Gelora Cinta Enrico / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Gelora Cinta Enrico: Chapter 101 - Chapter 110

130 Chapters

Berendam

Pria itu masih tertegun menatap Francesca, wanita yang dipanggil Mamma oleh bocah kecil di sisinya. Wajah cantik yang tampak sedih dan lelah, membuat Enrico tersentuh. Ia bisa melihat duka yang mendalam dari raut wajah wanita tersebut. Tatapan matanya yang lekat tak berbalas. Arah pandang wanita itu hanya untuk anaknya."Bolehkan, Ma?" rengekan Frans membuat wanita itu tersenyum.Senyuman yang sangat manis dan begitu memikat. Seketika Enrico bisa melihat aura keibuan yang sangat kuat ketika tatapan mata Francesca terarah ke anaknya. Senyuman lembut yang membuat hati Enrico merasakan desiran berbeda, pertama kali dalam ingatannya. Matanya tak dapat beralih dari senyuman lembut itu. "Jika Tuan mengijin
last updateLast Updated : 2021-06-27
Read more

Minum teh

 "Gunakan bath up di kamarku. Kau bisa menyiapkan air hangat untuk anakmu di sana."  Perkataan Enrico membuat perasaan Francesca diliputi kebahagiaan. Pria itu membuka diri bagi anaknya, anak kandung yang tidak ia sadari. Sifat Enrico yang lembut berbanding terbalik dengan sikap dingin di masa lalu. Francesca memiliki harapan baik ke depannya. Ia segera menuju kamar Enrico, membuka pintu kamar tersebut dengan hati-hati. Saat sudah berada di dalam kamar, dia menarik napas dalam-dalam dengan memejamkan mata. Aroma khas yang ada di dalam kamar ini mengingatkan dirinya akan banyak hal. Di balik pintu ini, di mana ciuman pertamanya di renggut oleh pria itu, tempat tidur di mana dia pernah tidur dalam buaian Enrico, ruangan di mana pertama kali dia melihat tubuh pria dewasa tanpa sehelai benangpun. 
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Menginginkan dirimu

 Satu bulan kemudian. "Fransss! Ayooo jangan lari-lari seperti itu. Ini bajunya belum dipakai."  Lagi-lagi Francesca harus berlarian di pagi hari untuk mengejar Francisco anaknya. Bocah tersebut kembali menggoda ibunya, keluar kamar hanya mengenakan celana tanpa pakaian. Francesca segera mengejar anaknya hingga keluar kamar. Frans kecil berputar mengelilingi lantai bawah kastil dengan gesit. Bocah itu sesekali menaiki kursi tamu dan berloncatan, membuat Francesca khawatir jika Enrico tidak suka. "Frans, ayo dong. Malu kalau tidak pakai baju."  "Gak malu. Kan cuma ada Pappa dan Aunt Serra juga Uncle Devonte." Alasan yang dia temukan untuk tindakan yang ia lakukan.
last updateLast Updated : 2021-06-29
Read more

Hadiah

Pertanyaan yang kembali diajukan oleh Enrico membuat wanita yang dagunya masih dalam sentuhan jemari pria itu, menjadi termangu.     "Bagaimana dengan dirimu, apakah kau menginginkan kehadiranku?"  kembali pertanyaan itu terngiang dalam benaknya.   "Tentu saja aku menginginkan dirimu. Tidakkah kau merasakan penantianku sekian lamanya?" batin Francesca berteriak. Namun, wanita itu masih termangu dalam kebisuan.  "Ini rumahmu, Enrico. Bukan aku yang seharusnya kau tanyai. Tetapi aku yang seharusnya bertanya padamu. Apakah kehadiran kami, mengganggu ketenanganmu?" Francesca membalikkan pertanyaan Enrico dengan pertanyaan lain. Pria itu tersenyum dengan tatapan kecewa. Ia melepaskan se
last updateLast Updated : 2021-06-29
Read more

Berenang

Wajah Francesca memerah ketika hidung mereka bertemu, ia tak sempat lagi menghindar ketika kecupan Enrico dengan cepat mendarat di pipinya. Francesca merasa dirinya bagaikan remaja yang baru mengenal cinta.Masa remaja yang ia lalui tanpa mengenal cinta, di mana dirinya terlalu fokus dengan musik dan menangani gadis patah hati akibat ulah Aaron, membuat Francesca menjauhkan diri dari percintaan.Hingga semua berubah karena Enrico. Sikap Monster yang berubah menjadi Malaikat Cinta, mampu mengikis benteng pertahanan Francesca, hingga lahirnya buah dari cinta mereka dan keteguhan untuk melewati lembah kelam."Ayo, Mamma dan Pappa kita belenang." Frans masuk ke dalam air dan mulai bermain bola dengan Serra. "Frans kita ke pojokan sana, yuk." Serra mengajak bocah terseb
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more

Ciuman

Pria itu dengan lembut membelai wajah Francesca dan berbisik, "Apakah ini terlalu cepat, jika aku ingin menciummu?" Mata cantik yang terpejam dan bibir penuh yang tergigit lembut, membuat perasaan Enrico dibalut dalam lingkaran pesona yang tak dapat ia elakan lagi. Tangannya terangkat melepaskan bibir itu, mengusapnya perlahan merasakan kelembutan dan kekenyalan di jemarinya.Rasa halus dan kenyal yang dia rasakan, bibir merah yang terbuka dan wajah cantik yang pasrah, membuat pria itu tak dapat menahan lagi untuk menuntaskan keinginannya.Tanpa menanti jawaban dari pemilik bibir indah itu, ciuman dia daratkan. Bibir mereka saling bersentuhan, menempel lembut dalam getaran perasaan yang tak dapat diucapkan. Bola mata saphire itu terpejam, menikmati kehangatan yang dia rasakan dari sentuhan bibir mereka
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more

Gudang bawah tanah

Malam harinya, Serra dan Devonte sudah menyiapkan makan malam di halaman depan Kastil. Cuaca bulan Purnama yang indah membuat mereka memutuskan untuk menikmati  sinarnya dengan menikmati barbeque.Hari itu Eva datang bersama Pompei. Eva tampak lebih dewasa setelah tiga tahun berlalu. Dia akhirnya menikah dengan Pompei, pria yang menjadi tangan kanan Enrico dalam mengawasi pekerja di Pulau Olive. Mereka belum dikaruniai anak, membuat Eva sangat sayang dan dekat dengan Fransisco "Flans mau sosis yang banyak. Minumnya coklat sama marshmallow." Flans tak hentinya melihat pada Pompei yang sedang memanggang marshmallow untuk Frans."Jangan banyak-banyak ya, ingat sudah malam." Francesca memberikan peringatan pada anaknya."Kan nanti sebelum bubuk, Frans sikat gigi." Bocah kecil itu sangat pandai beralasan."Asal Frans tidak ketiduran ya." Enrico mengacak rambut Frans
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more

Akar dari Cinta

Tangan Francesca gemetaran di depan pintu kamar Enrico. Ia berulangkali hendak mengetuk pintu kamar, namun didera keraguan yang luar biasa. Francesca takut melakukan kesalahan jika begitu saja masuk ke dalam kamar, Enrico akan berpikiran buruk padanya."Francisco …." Francesca membuka sedikit pintu kamar Enrico dan memanggil anaknya.Tak ada jawaban yang terdengar di dalam kamar tersebut, membuat Francesca keheranan. Wanita itu memberanikan diri membuka pintu kamar lebih besar dan masuk ke dalamnya. Ia menyebarkan pandangan ke sekeliling kamar tanpa ada tanda-tanda Frans dan Enrico. Keheningan itu membuat Francesca menuju ke kamar mandi dan yang dia lihat hanyalah kekosongan."Ke mana mereka berdua? Kenapa sepi sekali? Bukankah Enrico membawa Frans untuk menyikat giginya dan tidur?" Francesca bergumam dengan perlahan.Wanita dengan mata hazel itu kemudian menatap ke arah lantai atas kamar Enrico,
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more

Sungai kenangan

Malam itu mereka tidur di satu tempat tidur dengan Frans di tengah. Francesca memejamkan mata dan tertidur dengan tenang dalam perasaan damai, sementara Enrico memandang kedua orang yang sudah masuk dalam hatinya, penuh perasaan cinta. Ia tertidur jauh di tengah malam. Tangannya melingkar melalui Frans hingga ke lengan Francesca. Perasaan sebagai seorang pria yang harus melindungi keluarga itulah yang muncul dalam pikiran Enrico. Pagi harinya ia terbangun dengan menemukan Francisco menatapnya gembira. Balita itu tersenyum lebar dengan mata birunya yang mempesona."Flans bobok sama Pappa ya?"Enrico berdehem sebelum akhirnya mengangguk."Sayang, Mamma gak bobok sama kita juga ya." Bibir kecil berwarna merah itu mengerucut. Saat pagi hari Frans bangun dari tidurnya dia tidak menemukan siapapun kecuali Enrico
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Gubuk

Tangan Francesca masih melingkar di leher Enrico begitu juga ke dua kakinya. Wanita itu merasa nyaman dengan posisinya saat ini.  Teringat saat dulu ketika Enrico membawanya ke sungai ini. Pria itu seketika memeluk dirinya dan mengatakan ada buaya yang lewat.  Jika dipikirnya kembali, tidak ada buaya di pulau ini. Semua area sudah jauh dari binatang buas, kecuali ular tentunya.  Dalam hati Francesca terkekeh. Tidak ada ular di sungai ini. Itu hanya alasan yang sengaja ia katakan. Posisi ini adalah posisi yang sama yang pernah dia lakukan dulu, saat Enrico dengan sengaja menipunya. "Apakah ularnya sudah pergi?" tanya Enrico perlahan. "Belum, dia masih ada di belakangmu." Francesca dengan sengaja menggerakkan kakinya untuk membuat arus air terasa di dekat kaki pria itu. "Kalau begitu, jangan bergerak. Tetaplah diam apapun yang terjadi." Ucapan mesra dan dalam Enrico entah mengapa tera
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status