Home / Romansa / My Husband's Secret / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of My Husband's Secret: Chapter 21 - Chapter 30

162 Chapters

Misteri Mas Gala dan Bapak di Masa Lalu

Hal sederhana yang membuatku bahagia selain bisa menyiapkan makanan untuk suami, tentu saja ketika suamiku juga menyukai makanan itu. Sederhana sih makanannya. Namun akyang kulihat, dia lahap sekali menyantap makanan. Tadinya aku berpikir bahwa Mas Gala tidak mau makan. Bisa jadi, dia sudah makan malam di luar. Tapi kebetulannya, dia belum makan sama sekali. Dan ya, akhirnya mahakarya seorang Nara yang dibantu oleh Bi Marni bisa dihargai.Sekarang, kami berdua sudah ada di kamar. Tentu saja, aku tidak pernah berhenti tersenyum. Makan malam sudah selesai dari tadi, tetapi kebahagiaan itu masih ada hingga sekarang. Bahkan, kebahagiaan tersebut malah semakin memuncak.“Makasih ya, Mas,” ucapku pelan.Kulihat Mas Gala sedang melepas pakaian kantor. Sesekali, dia curi-curi pandang saat aku mengamatinya.“Jangan lihatin saya terus!” tegasnya tanpa membalas ucapan terima kasihku.“Emangnya kenapa?” tanyaku dengan mata t
Read more

Pertengkaran Terbesar

Dari tadi, aku gelisah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah mengetahui fakta ini. Fakta kalau Mas Gala menyimpan berita kematian Bapak satu tahun lalu. Ada apa sebenarnya? Kenapa pernikahanku dengan Mas Gala terlihat begitu rumit. Apa yang harus kulakukan?Aku harus telepon Ibu. Aku harus menanyakan banyak hal kepadanya. Meski Bapak orang yang tertutup, aku yakin kalau Ibu tahu bagaimana kehidupan Bapak. Bisa jadi, Mas Gala dan Bapak memang ada hubungan di masa lalu.“Ibu!” Aku yang sudah tidak sabar menekan-nekan dada. “Nara mau tanya sesuatu.”“Lho?” Sepertinya, Ibu terkejut. “Kita baru tadi pagi teleponan lho, Nar.”“Aku tahu,” desahku. “Sebenarnya, Nara nggak mau nanyain hal ini Bu. Cuman semakin ditunda, Nara semakin resah.”“Tenang,” ucap Ibu. “Ceritakan ke Ibu. Apa yang mau kamu tanyakan?”“Ini soal Bapak!” Aku yang
Read more

Tragedi di Depan Pintu Kamar Kos

Aku membuka kamar kos dengan gerakkan lambat. Saat pintunya terbuka, ruangan itu begitu sumpek. Ah, mungkin aku telancur hidup enak di rumah Mas Gala. Aku hidup di rumah besar dan ber-AC. Sementara di sini? Hanya ada kipas angin kecil yang sudah berdebu.Untung saja masa sewa kosan ini belum habis. Saat memutuskan untuk pergi dari kosan, aku belum sempat pamit kepada pemilik kos. Secara otomatis, pemilik kos menganggap jika kamar ini masih diisi olehku. Hal tersebut menguntungkanku saat ini. Aku masih bisa hidup tanpa harus tinggal di rumah Mas Gala.Kenapa aku nggak pulang ke rumah Ibu?kamu pasti sudah tahu jawabannya. Tinggal di rumah Ibu hanya akan membuatnya terbebani. Sudah kubilang, beban Ibu terlalu banyak. Ditinggalkan Bapak membuat mentalnya down. Bagaimana jika aku malah menyusahkannya? Dengan kembali ke rumah, aku hanya akan membuatnya bersedih.Sekarang, aku masuk ke dalam kamar kos. Aku mengunci pintu, menyimpan koper dipojokan kamar, menghi
Read more

Perhatian Seorang Istri

Aku menempelkan saputangan di dahi Mas Gala. Saat sepuluh menit lalu menemukannya di depan pintu, aku langsung mengangkat badan Mas Gala ke atas ranjang, lantas buru-buru membeli keperluan ke warung depan. Dan saat ini, Mas Gala masih belum sadar. Sementara aku sedang bolak-balik mencelupkan, memeras, dan mengompreskan saputangan di dahinya.Kenapa sih Mas, kamu ngeyel banget? Kenapa kamu nekat untuk ngajak aku pulang? Pakek tidur di depan kosan lagi! Ini nggak masuk akal bagi orang sepertimu, Mas. Kamu yang bisa melakukan apa pun yang kamu mau dengan semua otoritas itu malah melakukan hal konyol seperti ini.Aku melihat badan Mas Gala bergerak setelah aku mengompresnya selama lima belas menit. Jelas aku lega. Hal yang paling menakutkan bagiku salah satunya saat lihat orang pingsan, kemudian tidak sadar-sadar. Dan inilah jawaban dari doaku. Mas Gala mengerjapkan mata.“Syukurlah, Mas .....” Aku membereskan rambutnya yang berantakan.Saat aku m
Read more

Sifat Menyebalkan yang Mendarah Daging

Mobil yang terparkir di pinggir jalan akhirnya melaju. Aku tenang. Setidaknya aku sudah punya tujuan untuk kedepannya. Niatku bukan hanya soal membuat Mas Gala luluh, tetapi juga niat untuk terus membersamai, bagaimana pun keadaannya. Aku akan selalu ingat bahwa wujud cinta bukan hanya soal kata, tetapi juga didukung rasa dan karsa.Aku melirik Mas Gala yang sedang menyetir. masih ada sedikit sisa pucat di sekitaran bibir, tetapi secara keseluruhan, dia sudah pulih. Bahkan badannya terlihat lebih segar daripada sebelumnya.“Mas, tadi kamu simpen mobil di pinggir jalan lho,” ucapku. “Nggak takut digondol maling?”“Kalau mobilnya digondol maling, saya akan salahkan kamu.”Tuh kan, baru saja aku bahagia bisa dijemput Mas Gala dengan segala perjuangannya. Sekarang, ucapannya sudah membuatku kesal. Pelan, tetapi nyelekit. Tidak ada lelaki menyebalkan selain Mas Gala-ku ini.Tenang Nara, kamu tidak boleh terpengaruh.
Read more

Tentang Semua Dendam

Untuk pertama kalinya selama hidup, aku pergi ke luar pulau. Dulu, aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk keluar dari pulau Jawa, khususnya Bandung. Namun sekarang, aku sudah menginjakkan kaki di depan salah satu panti asuhan di Pekanbaru. Aku bersama seorang lelaki yang kini telah menjadi suamiku.Kedatangan kami disambut oleh beberapa pengurus panti yang kontan membantu membawakan barang-barang dari taksi. Belasan anak yang diurus di sini juga berkerumun. Ada yang malu-malu. Ada pula yang menyalami Mas Gala. Umumnya, anak-anak yang menyalami Mas Gala adalah anak-anak yang sudah menginjak SMA. Mungkin mereka pernah diajak main oleh Mas Gala ketika masih di sini.Ada seorang wanita berkerudung yang melambaikan tangan dari teras rumah. Wajahnya terlihat teduh. Aku melihat matanya yang basah. Ah, sepertinya, Ibu tersebut sangat merindukan Mas Gala. Apakah dia Ibu Panti yang mengurusi segala kebutuhan Mas Gala saat masih tinggal di sini?Melica berlari ke arah
Read more

Teka-teki yang Hampir Terungkap

Apa benar kalau kamu menikahiku hanya karena dendam, Mas? Apa ini juga ada hubungannya dengan Bapak? Ah, aku jadi ingat dengan perkataan Ibu soal masa lalu Bapak. Ibu pernah bilang jika pernah ada konflik berdarah-darah yang terjadi, hingga Bapak pergi ke Garut dan bertemu Ibu. Kemungkinannya, Mas Gala menikahiku karena aku adalah anak Bapak!Dadaku sesak. Aku merasa seperti boneka yang hanya dijadikan tumbal demi memuaskan hasrat seseorang. Hasrat untuk membuat diri orang tersebut menjadi lebih bahagia. Sementara aku, aku tersiksa. Tapi, apa benar Mas Gala akan bahagia jika dendamnya terpenuhi? Apa pula yang akan dia lakukan setelah dirinya menikahiku?Aku menyender di dinding luar kamar Melica. Hingga aku mendengar suara Mas Gala lagi.“Saya kecewa sama kamu, Mel,” ucapnya. “Kamu seperti menelanjangi saya di hadapan semua orang. Kamu tidak bisa menjaga privasi saya!”Tidak ada tanggapan dari Melica. Hingga kemudian, pintu terbuka
Read more

Rahasia-rahasia Melica

Saat sudah sampai di kamar Melica, aku memeluknya lagi. Makin erat. Entah, Melica seperti orang yang membelaku disaat semua fakta terbongkar. Padahal, bukankah seharusnya Melica membela Gala? Secara, Gala adalah teman masa kecilnya.“Udah, Nar,” Melica melepas peluk. Dia menarik koperku, kemudian menyimpannya di pojok. “Kamu yang tenang ya di sini. Jangan banyak pikiran dulu.”Aku tersenyum sambil menyeka mata. “Makasih ya, Mel. Aku nggak tahu kalau seandainya semua ini terjadi tanpa ada kamu. Mungkin aku nggak bisa cerita ke siapa-siapa.”“My pleasure, Nar.” Melica duduk di tepi ranjang, tepat di sisiku. “Tapi Nar, apa kamu bakalan nyaman tidur sama aku? Kalau kamu butuh privasi, aku bisa kok siapin kamar lain buat kamu.”“Nggak usah.” Aku mengembuskan napas keras. “Sekarang, aku butuh teman cerita Mel. bahkan aku masih butuh penjelasanmu soal Mas Gala.”Saat aku b
Read more

Perjuangan Gala Mengejar Cinta

Aku mengerjap saat Melica membuka gorden. Sudah pagi. Dan ini hari kedua aku di panti. Tentu saja, hari ini adalah hari yang bikin galau. Ingin rasanya menjerit, tapi aku tidak bisa menangis kencang jika ada di lingkungan panti asuhan. Bisa-bisa, aku diprotes anak-anak.“Gimana? Nyenyak?” tanya Melica.“Lumayan,” jawabku pelan.Kamu buhong Nara!Ya, aku bohong. Faktanya, aku dua kali terbangun pada dini hari. Aku tidak tenang. Pikiranku terus-terusan melayang membayangkan Mas Gala. Detik ini pun, orang pertama yang ada di otakku adalah Mas Gala.Apakah dia tidur nyenyak? Apa Mas Gala bisa tidur tanpaku?Nara, Nara, bukankah selama ini dia tidur tanpamu? Meskipun sekamar, bukannya kalian tidur di tempat berbeda?Ya, ya, ya. Tapi tetap saja, Mas Gala selalu muncul di dalam otak.“Nar, ke kebun belakang, yuk ....” Melica yang sudah mengenakan baju santai, mengajakku. “Kita metik bayam buat
Read more

Fakta Gala Semasa Kecil

Aku sedikit bersenandung sesaat setelah selesai memetik bayam. Saat aku ke dapur, sudah ada Ibu Panti. Dia sedang membersihkan areal dapur. Ah, aku kira, Bu Panti sudah tidak memasak untuk anak-anak. Ternyata, masih dia yang mengatur kebutuhan makanan.“Pagi, Bu.” Aku menyapanya dengan semangat tinggi.Ibu menengok ke arahku. Namun dia sedikit melotot saat Mas Gala muncul di belakang. Mas Gala yang sedang menenteng keranjang, otomatis tersenyum lebar saat bertemu Ibu Panti.“Nara?” ucap Ibu Panti. “Kalian ....” Ibu Panti terlihat ragu dengan apa yang kami bawa. “Kalian yang metik bayam?”“Iya, Bu,” jawabku. “Tadi Melica yang ngajak aku.”“Makasih ya ....” Ibu Panti mengangguk-angguk. “Tapi, ini pertama kalinya lho, Ibu lihat Gala mau ke kebun. Waktu dulu mana mau dia ke belakang? Disuruh ngambil cabai aja nggak mau.”Saat Ibu Panti berbicara seper
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status