Beranda / Romansa / Little Seducer / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Little Seducer: Bab 21 - Bab 30

182 Bab

Hidden secret

Edward bangun. Menguap lebar lalu mengulet. Jiwanya belum sepenuhnya kembali, jadi dia tidak memprotes perlakukan kurang ajar kaki Youngjae tadi."Minta uang." Rosie menadahkan telapak tangan kanannya, yang kiri masih bertengger di pinggang."Buat apa?""Bayar makanan. Buat apa lagi? Aish, cepat!"Edward meraih dompet di saku celana pendeknya dan mengeluarkan tiga lembar uang ratusan ribu. Rosie tersenyum manis sembari menyambar uang itu."Terima kasih, Kak Edward." Dia berbalik menuju pintu depan tempat kurir grabfood sudah menunggu.Gadis itu kembali ke sofa tempat Edward duduk termenung. Menggeser badan besar kakak tirinya dengan kasar untuk bisa duduk nyaman di sofa kecil itu. Rosie membuka plastik putih yang membungkus makanan di meja. Satu cup bubur ayam dan satu k
Baca selengkapnya

The sensation that Rosie gave me

"Mungkinkah karena—" Dia menggantung kalimatnya. Mata hazelitu menatap ke arah selangkangan Edward penuh arti."Bukan begitu! Jangan berpikir yang tidak-tidak," si pemuda berkata dengan muka merah padam sekalian menutupi area yang jadi objek perhatian si gadis."Tenang saja, Kak Edward. Aku punya kenalan tukang urut yang terkenal. Dia bisa bikin punyamu tahan lama." Rosie menepuk pundak kakak tirinya dengan wajah prihatin."Kubilang bukan itu!" wajah Edward makin merah dan panas."Apa ukuran yang menjadi masalah?? Tukang urut itu juga bisa memperbesar-""Aku mau mandi."Edward buru-buru bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Enggan mendengar ocehan tidak senonoh Rosie pagi-pagi begini. Sebelum dia behasil menutup pintu kaar mandi dengan sempurna, dia masih sempat mendengar teriakan Rosie yang terakhir."Kalau kau malu, bisa juga melakukannya sendiri. Aku bisa mengajar
Baca selengkapnya

Wrong struggle

"Kau suka yang seperti ini kan, Edward?" tanya gadis itu seraya mempercepat gerakan tangannya.Edward mengerang dengan nafas pendek merasakan sensasi panas berkumpul di perutnya. Persis seperti ketika tangan yang sama melakukan hal yang sama padanya beberapa hari lalu.Juga, dengan waktu yang sama. Tepat saat dia akan sampai ke puncak, gadis kejam itu menghentikan semua rangsangannya. Edward membuka mata dan menatap Rosie antara heran dan kecewa."Aku akan memberikanmu hal yang lebih nikmat dari ini. Aku akan menunggumu di kamarku. Kau boleh datang setelah mengusir Alice."***Rosie Wilkins terkekeh mencemooh.Pemandangan di luar jendela kamarnya teramat menarik. Edward tergesa-gesa mengusir tunangan yang katanya sangat dia cintai. Kurang dari lima menit sejak kegiatan nakal yang mereka lakukan di dapur, Edward sudah berhasil menyingkirkan Alice seperti perempuan itu adalah hama yang menggangu. 
Baca selengkapnya

Brotherhood copulation

Edward jadi begitu agersif. Tanpa ampun dia menyiksa adik tirinya hanya dengan daging kenyal di antara mulutnya. Bagian bawah milik Rosie membuatnya hilang akal. Begitu manis juga panas. Sangat sensitif, namun juga mampu bertahan lama di bawah gempuran lidah dan bibirnya.Baunya tidak harum, tapi punya aroma khas yang membuat Edward makin rakus dan sukar berhenti melumat. Dia malah menyesak makin dalam.Rintihan putus-putus dibarengi tubuh kaku gadis itulah yang menghentikan Edward. Rosie pelepasan hanya bercinta dengan lidah Edward.Edward menyapu sisa-sisa cairan kental milik Rosie dari bibirnya dengan lidah. Setelah itu, tanpa memalingkan tatapan bergairah dari sosok yang masih berusaha turun pasca orgasme barusan, Edward membuka celana panjangnya."Apa yang mau kau lakukan?" Rosie menautkan kedua alisnya, bingung.Edward tertawa geli. Rosie sungguh tidak tahu apa yang akan dia, mereka lebih tepa
Baca selengkapnya

Fake Pride

"Itu tadi luar biasa," komentar Edward tiba-tiba. Sayangnya kalimat itu menyadarkan mereka berdua."Cih!" decak Rosie mengejek. "Tentu saja aku luar biasa."Edward hanya tersenyum dalam diam mendengar si kasar Rosie telah kembali. "Omong-omong. Mau sampai kapan kau memelukku?" Rosie kembali bertanya dengan nada sok jijik."Nah! Harusnya aku yang bertanya begitu. Kau kan yang menindihku dari tadi."Sontak saja Rosie bangkit dari posisinya. Dia berdehem pelan untuk menyembunyikan rasa malunya. Tapi wajahnya makin merona kala mengingat bahwa milik Edward masih tertacap di lubangnya. Rosie mengangkat pantatnya dan menjauh dari ranjang.Edward terkekeh geli dan kali ini tidak mau menyembunyikannya. Kekehan Edward dan sikap canggung Rosie terhenti setelah suara ketukan pintu terdengar.Tok!Tok!Tok!"Rosie, sayang. Apa kau ada di dalam?" panggil Nyon
Baca selengkapnya

Sinful world

"Oi! Bangun."Edward dengan ragu-ragu menyibak selimut dari wajahnya. Pemuda itu sekedar menunjukkan matanya yang sipit dan menemukan Rosie, berdiri dengan keangkuhan entah dari mana, bersedekap, masih tanpa busana dan tidak terlihat terganggu akan fakta tersebut, sambil menancapkan tatapan dingin padanya."Aku akan mandi. Kau harus enyah dari sini setelah aku selesai." Perintah itu terasa merendahkan. Begitu kontras dengan racauan dan desahan Rosie beberapa menit lalu."T-tunggu." Edward sudah beranjak dari ranjang dan telah menahan tangan Rosie.Gadis itu berpaling. Tatapannya masih sedingin es tapi ada setitik tanda tanya. Rosie menunggu Edward melanjutkan kalimatnya. Edward secara refleks memutus tatapan mereka. Tanpa sebab yang jelas merasakan panas di wajahnya dan debaran di dadanya. Dia juga langsung melepaskan pegangannya pada lengan Rosie seakan sentuhan kulit mereka membakarnya.
Baca selengkapnya

A great teaser

"Selamat datang di dunia para pendosa, Kak Edward. Kuharap kita bisa hidup akur mulai sekarang karena sudah berada pada level yang sama."Si gadis remaja menjauhkan bibirnya dari telinga Edward untuk menghadapi wajah merah padam itu. Mungkin Edward Quin hanya bisa diam membisu menanggapi setiap pelecehan dan hinaan darinya, tapiwajah itu memancarkan rasa jijik yang begitu kental. Sorot mata hitam Edward menatap Rosie bak Rosie adalah seonggok kotoran yang mengotori pakaian mahalnya. Begitu jijik dan benci."Aku akan mandi. Aku mau kau sudah pergi dari sini setelah aku selesai. Jadilah anak baik dan jangan memancing amarahku lagi, Edward. Kau mengerti, kan?" Rosie menepuk-nepuk pipi Edward pelan. Mengulas senyum manis untuk kesekian kalinya hari itu. Dia bangkit, berbalik dengan anggun, dengan pelan berjalan masuk ke kamar mandi.***Edward menuruti perkataan Rosie. Dia menghilang dari
Baca selengkapnya

Coercion of the will

"Sayang, aku ingin bicara." dia berkata, membawa nada manja sembari melirik Claire. Jelas sekali hanya ingin bicara empat mata dengan Rosie yang artinya Claire harus menyingkir."Aku sedang sibuk. Tidak ada waktu." Benar sekali Rosie sibuk. Sibuk menghindari Griffin tepatnya. Sejak awal mereka memutuskan untuk 'bersenang-senang, Rosie dengan jelas mengatakan bawa dia tidak suka terikat hubungan apapun. Semua yang mereka lakukan tidak akan berlanjut ke hubungan yang lebih dari friends with benefit. Tidak boleh ada perasaan dalam hubungan itu.Tetapi, Griffin nampaknya punya pemikiran yang berbeda. Pemuda itu terus saja meminta Rosie untuk jadi pacarnya. Ralat. Griffin terus saja meminta Rosie untuk jadi pacar gelapnya. Nah, Griffin memang sudah punya pacar dan gadis itu satu sekolah dengan mereka.Luar biasa, kan?"Come on, babe. Please."Masih belum mau menyerah atau memang tidak punya urat malu ada
Baca selengkapnya

Looks speechless

Rosie terus mencoba melawan, mendorong dan menghalau tangan kurang ajar pemuda itu sekuat tenaga. Namun, kekuatannya jauh di bawah kakak kelasnya. Griffin memegangi kedua tangan Rosie dan memipit tubuhnya supaya tidak bisa menghindar.Ciuman itu makin kasar dan beringas. Bibir lelaki itu mulai turun ke leher, menghisap dan menggigit kulit putih yang lembut hingga berubah kemerahan. Dia merobek seragam Rosie supaya bisa menjangkau dada Rosie dengan mulutnya. Rosie memekik kesakitan kala Griffin mulai memakai giginya untuk menandai daerah tersebut.Lalu, dalam sekejap Rosie merasakan Griffin terlempar ke udara dan tersungkur di lantai. Gadis yang masih kehabisan nafas karena perlawanan yang sia-sia tadi melihat Edward berdiri di depannya dengan tatapan nyalang.Pemuda Quin itu memasang wajah garang dan aura menakutkan. Dia menatap Rosie sekilas lalu berpaling pada Griffin. Dia mendekat pada pemuda berseragam, lalu duduk di perutnya. T
Baca selengkapnya

It's impossible to escape from the snare

"Kubilang berhenti menemui para cowok bedebah itu! mereka hanya bisa melecehkanmu saja!" ucapnya sedikit terlalu kasar dari yang dia maksud. Salahkan amarahnya yang belum reda. "Dan siapa kau berani memerintahku? Apa kau lupa kau itu bukan lagi orang suci, Edward? Kau tidak pantas mengaturku di saat hidupmu juga sama hinanya denganku!" Rosie mengangkat alis dengan berani. Seharian ini semua lelaki yang dia kenal bertindak semena-mena. Tadi Griffin dan sekarang Edward. "Pokoknya kau tidak boleh menemui pria itu dan pria lain lagi! Aku punya hak! Aku adalah Kakak-mu! Apa kau lupa?! Aku bertanggung jawab atas dirimu!" suara Edward tegas dan mengintimidasi. Sang kakak tiri mencengkram kedua lengan Rosie supaya dia bisa menatapnya lekat.  Rosie jadi terpesona untuk sesaat. Untuk pertama kalinya wajah mereka berada dalam jarak sedekat ini sampai Rosie bisa melihat jelas dua tanda kembar di bawah alis pemuda itu yang menur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status