“Pulanglah.” Pram mengulangi perintahnya. Walaupun diucapkan dengan lembut namun membuat hati Hani tertusuk.Hani mendesah sesaat, mengatur jantungnya agar berdetak normal. “Kalau dibolehkan, malam ini aku numpang tidur di sini, Mas. Aku nggak berani pulang,” ucapnya meminta ijin dengan suara lirih, menyingkirkan rasa malu yang sedari tadi hinggap di hati.Masih dengan wajah sedingin angin malam, Pram memaku tatapannya pada Hani dengan tajam. Lalu melempar pandangan ke luar rumah ketika bola mata Hani menyiratkan permohonan menatapnya.“Biar aku tidur di lantai ini, nggak apa-apa,” lanjut Hani berdesis.Pram menoleh lagi padanya, lalu bertanya, “Apa aku telepon orang tua kamu untuk jemput kamu?”Hani menggeleng lemah. “Ibu sama ayah lagi ada di Jogja, temanin kakakku lahiran di sana.”“Suamimu? Emang nggak nyariin?” Pram lugas menanyakan itu tanpa ragu. Aneh baginya jika
Last Updated : 2021-09-05 Read more