Semua Bab REVENGE (INDONESIA): Bab 101 - Bab 110

168 Bab

Memalukan

    "Kau, dasar keponakan tidak tahu diuntung. Jangan berpikir kau sudah mengalahkan kami. Kau dan ayahmu sama-sama licik. Aku pastikan, kau akan mendapatkan balasannya," desis Mario sambil menunjuk ke dada Rafael. Tatapannya penuh permusuhan, jelas semua ini terjadi setelah Rafael membeberkan semua kelakuan busuk Marcel yang mengganggu Kiana pada sang kakek.    Rafael yang memang tidak salah dan menghajar Marcel, tentu tidak terima. Sementara Guzman jelas memahami semuanya dengan bijak dan menghukum Marcel selama dua bulan untuk tidak diperbolehkan ikut campur dalam masalah perusahaan. Tak hanya itu, Marcel juga tidak diperbolehkan berkeliaran ke club malam atau tempat-tempat lainnya yang biasa dikunjungi, jika tidak maka Guzman akan mencabut semua hak untuk Marcel.     Sementara Mario diperintahkan untuk mengawasi anaknya agar tidak melanggar atau kalau tidak, hal yang sama akan terjadi padanya juga. Guzman akan mencoret Mario sebagai
Baca selengkapnya

Aku Menyukaimu?

    "Aku menyukaimu, Rafael. Aku menyukaimu."    Ucapan itu diakhiri dengan lumatan menggebu di bibirnya. Kiana bergerak di pangkuan Rafael tanpa mengenakan sehelai benang pun. Mengerang saat kulit mereka bersentuhan dan ketika tubuh bagian bawah mereka bersatu dalam peluh. Begitu juga dengan Rafael yang memejamkan matanya dan menikmati setiap keindahan yang Kiana miliki. Dia puas setiap kali bercinta dengan wanita ini. Sekarang, hasratnya kian membludak setelah mendengar ucapan wanita itu.     Didorongnya Kiana hingga menabrak meja di depannya secara kasar, menyebabkan meja itu bergeser dari tempatnya. Jeritan kesakitan terdengar, namun sekali pun tak membuat gerakan Rafael terhenti. Laki-laki itu malah menggoyangkan pinggulnya semakin kasar. Menikmati punggung Kiana di depan matanya. Dia selalu senang saat berhasil menaklukkan Kiana. Wanita yang selalu menantangnya untuk berdebat.     Menyukai? Suka? Wanita itu me
Baca selengkapnya

Cucu Kurang Ajar

    "Bisakah aku datang ke rumahmu malam ini?"    "Tidak."    "Bisakah aku bertemu dengan Kiana?"    "Tidak."    "Rafael, apa kau ingin mengurung Kiana di rumah seharian?"    "Ya," jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya sedikit pun dari berkas-berkas milik pasiennya. Tidak memedulikan jika di depannya Ken yang terus merengek meminta agar diizinkan untuk menemui Kiana.    "Rafael--"    Telinganya yang sudah panas mendengar ocehan temannya itu, tanpa sadar membuat Rafael menggebrak meja. Dia berdiri dari duduknya dan menatap tajam ke arah Ken. "Sebaiknya kau keluar. Aku harus pergi rapat beberapa sebentar lagi."    "Tapi--"    Tak mau berdebat panjang lebar, Rafael langsung pergi meninggalkan Ken begitu saja. Dia melangkah buru-buru menuju ruang rapat para dokter. Sementara Ken hanya terdiam karena memang, dia tidak ikut serta. Hanya orang-orang yang
Baca selengkapnya

Sepertinya Aku Menyukai Tubuhmu

    Kiana terdiam di kamar Rafael tanpa tahu harus melakukan apa. Dia hanya diperintahkan oleh Mara untuk tetap berada di dalam kamar. Jangan berusaha keluar atau membuat keributan. Meski begitu, Kiana penasaran, memang ada siapa sampai dia kembali dikurung seperti ini? Tadi, saat dia mengintip melalui jendela, matanya hanya menemukan mobil mewah yang masuk ke dalam halaman rumah Rafael. Sayangnya, dia tidak bisa melihat siapa yang keluar dari mobil itu.    Apakah ada seseorang yang penting datang ke sini? Rafael sengaja menyembunyikannya? Laki-laki itu memang sepertinya berniat untuk membuatnya mendekam hingga mati di sini.    Di saat tengah memikirkan hal tersebut, pintu kamar terbuka. Menampilkan sang pemilik rumah. Rafael berdiri menatap Kiana dengan kedua alis yang mengernyit heran. Kenapa wanita ini bisa ada di sini? Padahal dia sudah menyuruh Mara untuk menyembunyikan Kiana di tempat yang aman, bukan di kamarnya.    "K
Baca selengkapnya

Mimpi yang Aneh

    "Kau membuang semua peninggalan orang tuamu?" tanya Guzman saat dia dan Rafael berada di balkon lantai atas. Menatap pemandangan malam dengan segelas wine sebagai teman.     "Tidak. Aku menyimpannya di tempat yang aman."     Guzman mengangguk. Sebagai ayah, dia cukup senang jika Rafael masih mau menyimpan barang-barang milik Darren. Meski dia tidak berharap cucunya akan merawatnya. Setelah apa yang terjadi, anaknya memang pantas dibenci. "Dua hari lagi peringatan kematian ayahmu. Apa yang ingin kau--"    "Aku tidak akan datang. Jangan beritahu aku apa pun tentang itu karena aku tidak akan pernah datang," potong Rafael sebelum Guzman menyelesaikan kalimatnya. Matanya menatap lurus ke arah langit. Menatap rembulan yang bersinar sangat terang, tidak seperti biasanya.    "Itu sangat tidak etis. Kau adalah anak satu-satunya. Mana mungkin tidak datang?"    Rafael menoleh. Menghadiahkan
Baca selengkapnya

Fantasi Kiana

    Kiana menatap pantulan dirinya di cermin. Kalung berlian pemberian Rafael terlihat menggantung di lehernya dan membuatnya terlihat sangat cantik. Rambut hitamnya dibiarkan terurai indah dengan poni yang menutupi kening. Hanya saja, yang dikenakannya sekarang adalah seragam pelayan. Namun meski demikian, Kiana tetap cantik.     Setelah selesai merapikan penampilan, dia bergegas keluar kamar. Melakukan tugasnya seperti biasa. Menyiapkan sarapan untuk Rafael. Meski anehnya, setelah kejadian di pagi hari saat dia membangunkan laki-laki itu, Rafael jadi menghindarinya. Kiana merasa kalau Rafael tidak mau berdekatan dengannya. Tepat saat dirinya tengah memikirkan itu, matanya tiba-tiba melihat sosok yang dia pikirkan berjalan ke arahnya. Sontak saja, Kiana lantas berjalan mendekatinya.    "Rafael! Kau mau langsung berang--"    Sungguh nahas, ucapan Kiana terputus saat Rafael berjalan melewatinya begitu saja. Tanpa menatap
Baca selengkapnya

Kau Tua, Rafael

    "Maaf, sepertinya aku mengganggu kalian."    Pemandangan yang ada di depannya membuat dia benar-benar menelan ludah kasar. Tidak bisa mengalihkan matanya sedikit pun. Paha mulus Kiana yang terpampang karena rok panjangnya yang tersingkap, serta tangan Rafael yang menyentuh dada wanita itu yang terbuka, ditambah posisi keduanya terlihat sangat intim. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa malu. Telat sedikit saja, mungkin aktivitas panas tak bermoral itu sudah terjadi.    Apa Kiana memang wanita seperti ini? Menggoda pria untuk melakukan hubungan intim? Dia tidak percaya. Jujur, saat Rafael mengatakan kalau keduanya tidur bersama, dia masih ragu. Akan tetapi, setelah melihat tindakan provokatif Kiana dengan mata kepalanya sendiri, dia rasa ucapan temannya benar. Kiana seperti wanita-wanita lain yang melempar tubuhnya sembarangan untuk disentuh.    "Do-dokter Ken?"    Kiana tergagap. Dia kaget bukan k
Baca selengkapnya

Selamatkan Aku

    Kiana memainkan rambut hitam milik Rafael dengan lembut. Napasnya masih tersengal-sengal setelah sebelumnya dia dan laki-laki itu menghabiskan banyak tenaga. Dia lagi-lagi tidak bisa menolak ketika Rafael menyentuhnya. Kenyataannya, Kiana sangat menikmati apa yang terjadi di antara mereka. "Tubuhmu panas. Aku menyukainya."    Tangan Kiana tidak bisa berhenti menyentuh tubuh Rafael yang berkeringat. Membuat laki-laki itu kembali mengerang lirih merasa digoda. "Cukup Kiana. Berhenti menggodaku."    Secepat kilat, Rafael menahan tangan Kiana ke atas. Tidak membiarkan wanita itu kembali meraba-raba tubuhnya. Menutup tubuh mereka dengan selimut tebal. Meski karena Kiana tidak bisa diam, selimut yang menutupi tubuhnya sedikit merosot ke bawah. Memerlihatkan tubuh bagian atasnya di hadapan Rafael.     Melihat hal tersebut, Rafael berdehem sambil mengalihkan pandangannya. Dia spontan melepaskan tangannya yang menggenggam len
Baca selengkapnya

Curiga

    "Terima kasih sudah menyelamatkanku, Tuan Marcel."    Kiana menatap Marcel yang tersenyum sambil fokus menyetir. Dia berada di dalam mobil milik Marcel setelah laki-laki itu menyelamatkannya dengan mengajaknya pergi meninggalkan Arkan. Kiana tidak tahu apakah ini pilihan yang tepat atau tidak, tapi hanya laki-laki ini yang bisa menolongnya tadi. Tubuhnya bahkan masih gemetar saat mengingat Arkan hampir menangkapnya.    Setelah apa yang terjadi, kini kehadiran Arkan terasa seperti mimpi buruk. Kiana tidak mungkin lupa akan kata-kata laki-laki itu yang berniat mencarinya dan memasukkan dia kembali ke penjara atau rumah sakit jiwa. Kata-kata Arkan yang penuh kebencian. Maka satu-satunya untuk menghindari itu adalah dengan menjauhi Arkan.    "Kiana, apa kau sudah makan?"    "Huh? B-belum." Kiana sedikit tergagap mendengar perkataan laki-laki itu yang tiba-tiba.     "Bagaimana kalau kita pe
Baca selengkapnya

Aku tidak Berniat Melarikan Diri

    Rafael menatap hotel di depannya dengan tangan terkepal. Dia masuk terburu-buru dan berjalan ke arah meja resepsionis sambil memasang wajah dingin. "Tolong tunjukkan ke mana Marcel membawa seorang wanita!"    "Maaf Tuan, ini--"    "Kau harus mengatakannya jika ingin selamat. Kau tahu siapa aku 'kan!" Rafael menyorot tajam pada sang resepsionis. Hingga resepsionis itu ketakutan dan mengatakan apa yang diketahuinya, sekaligus menunjukkan di mana keberadaan Marcel.    Tak mau membuang waktu, Rafael dengan segera berlari menuju ke arah kamar yang disebut oleh sang resepsionis. Hatinya sudah sangat panas memikirkan apa yang dilakukan Marcel terhadap Kiana.    Bagaimana mungkin anak buahnya sendiri membiarkan Kiana pergi? Membuatnya harus pulang detik itu juga karena marah memikirkan Kiana kabur. Wanita pelayan itu membiarkan Kiana keluar, padahal sudah tahu kalau dia tidak pernah mengizinkannya. Meski beruntung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status