Beranda / Romansa / BOSSY / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab BOSSY: Bab 1 - Bab 10

17 Bab

01. Gadis polos

Sosok gadis berkaca mata bulat, kemeja formal berwarna navy dengan rok hitam selutut yang sedikit kebesaran, sepatu pansus hitam yang sedikit lusuh hampir tak layak pakai, lalu tas selempang bewarna hitam, sedang berlari sekencang-kencangnya di trotoar jalan. Entah apa yang terjadi hingga membuat gadis itu bangun terlambat pagi ini. Beruntungnya, gadis itu sampai tepat waktu di halte tepat saat bus berhenti di sana. Dengan peluh keringat yang membasahi pelipis, gadis kurus dan pendek itu menaiki beberapa tangga kecil bus dan masuk ke dalam bus itu. Seperti biasanya, kota Jakarta selalu padat akan pekerja. Dan di dalam bus, tidak ada kursi kosong yang tersisa, membuat gadis kurus itu berdiri dan berpegangan pada handle grip bus yang sedikit tinggi hingga gadis kurus itu harus berjinjit. Kini bus itu melaju. Gadis kurus itu s
Baca selengkapnya

02. Perasaan Azkar

"Balik ke kursi kerja masing-masing! Bos mau mampir ke kantor kita!"Seruan itu membuat Azkar dengan cepat berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di kursi kerja miliknya.Sama seperti rekan kerja mereka yang lain, Ava dan Alana sontak langsung memasang ekspresi serius dan menatap layar monitor komputer seolah mereka sedang bekerja."Selamat pagi semua!"Ava mengangkat wajah. "Pagi pak," sahutnya kompak bersama rekan kerjanya yang lain.Sosok lelaki berkepala empat itu tersenyum lebar dengan wajah tegasnya yang khas, bersama pria-pria berbadan kekar dibelakangnya yang menjaga.Lelaki berkepala empat itu adalah pemilik perusahaan besar dan ternama di Indonesia, beliau kerap dipanggil Was."Semangat kerja!" seru Pak Was.
Baca selengkapnya

03. Ava dan Han

Ini adalah hari kerja pertama, senin, setelah semalam hari libur.   Ava melangkahkan kaki dengan tidak bersemangat di lobi utama, sesekali ia mengusap matanya yang gatal.   Akhir-akhir ini, Ava tidak bisa tidur nyenyak.   "Lo udah tahu belum, kalau lagi ada loker buat jadi sekretaris CEO baru kita nanti?"   Ava menghentikan langkah dengan mata yang melotot sempurna. Ia menoleh kepada dua orang perempuan yang tak jauh berada dari tempatnya berdiri.   "Serius, mau nyoba nggak?" tanya wanita itu.   Ava menatap dan mendengarkan pembicaraan mereka secara terang-terangan.   "Mau dong, lo sendiri?"   "Jelas aja gue mau, siapa yang gak mau uang banyak? Terus
Baca selengkapnya

04. Tujuan Han

"Kamu makan duluan.""Pak Han saja yang duluan.""Kamu.""Tapi ... Saya masih sedikit kenyang, Pak."Han menghela napas. "Saya bakalan makan mie ayamnya kalau kamu yang makan duluan."Ava meringis pelan.Bagaimana mungkin Ava bisa makan mie ayam itu terlebih dahulu, dibanding atasannya.Ava dan Han sedang duduk berhadapan di kursi panjang yang menghadap jalanan.Membuat mereka bisa menikmati pemandangan jalanan raya saat itu.Ava meraih sepasang sendok makan dan garpu. "Saya bakal minta sendok satu lagi, Pak." ucapnya saat Han menatapnya.Han menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya.
Baca selengkapnya

05. Lelaki tampan

"Iya Alana iya, besok gue udah masuk kerja lagi kok."   "Gue nggak mau tahu ya, besok lo harus kerja! Gue sendirian disini huhuhu .... "   Ava terkikik pelan mendengar rengekan Alana dari seberang telepon. "Gue juga udah bosan dirumah terus,"   "Terus lo ngambil libur buat apa?? Gue kan udah saranin lo buat senang-senang, bukan malah dirumah aja selama satu minggu. Gila, gue bisa setres kalau jadi lo."   "Gue gak tahu mau ngapain. Ke taman, kafe, perpustakaan, terus rebahan. Gue rasa itu udah cukup buat have fun." Ava tersenyum kecil. "Bahagia gue sesederhana itu, La."   Terdengar helaan napas dari seberang telepon. "Ya, ya, ya. Selera orang memang beda-beda, tapi hidup nggak harus semonoton itu. Lo ngelakuin hal berulang-ulang selama sa
Baca selengkapnya

06. Deon dan Han

    "Pakai jas ini, baju mu akan segera datang."   Ava menatap sebuah jas hitam yang kebesaran sedang menyelimuti tubuhnya.   "Pa-pak Han?" Ava mengusap air matanya. "Nan-nanti jas Pak Han kotor, sa-saya nggak punya banyak uang untuk membeli yang baru." Ava kembali terisak, ia hendak melepas jas Han yang tersampir di tubuhnya namun Han menahan pergerakannya.   "Harga jas itu tidak sebanding dengan harga diri-mu." ujar Han dan menatap sekelilingnya yang ramai. "Siapa pun yang berani menyakiti gadis ini, kalian akan berurusan dengan saya!" teriak Han lantang di lobi utama perusahaan pagi itu.   Semua orang yang berada di lobi tentu saja kaget, tidak menyangka bahwa sang direktur anak dari pemilik perusahaan besar ini melindungi gadis karyawan biasa bernama Ava. Dengan cepat, gosip pagi in
Baca selengkapnya

07. Gadis jelek

Suasana lobi perusahaan pagi ini di gemparkan oleh sebuah pengumuman yang tertempel di majalah dinding lobi utama. Di mading, tertempel dua wajah lelaki tampan dan sebuah judul yang membuat semua orang heboh. Pilih salah satu untuk menjadi seorang CEO. 1. Deon                       2. Han Pilih dukunganmu dengan aplikasi yang telah di sediakan! "De-Deon?" Ava menatap foto di majalah dinding itu tak percaya. "Cowok yang lempar jus?" "Iya, ternyata dia anaknya Pak Was. Gila, saingannya ketat. Pilih Pak Han yang tampan, mapan, dewasa, atau Pak Deon
Baca selengkapnya

08. Perkelahian

 Gadis jelek? Deon memastikan bahwa orang yang berjoged di ponselnya sama dengan orang yang sedang ketakutan beberapa meter di hadapannya. Gadis itu adalah Ava. Ava datang ke klub malam karena paksaan dari Alana yang menyuruhnya untuk bersenang-senang. Bersenang-senang seperti apa ini? Ava mengedarkan pandangannya ke penjuru klub, suara dentuman musik yang keras, orang-orang yang menari di lantai dansa, pasangan muda-mudi yang saling bercumbu di tempat terbuka. Ava memperbaiki letak kaca mata bulatnya. Ia sedang mengenakan dress selutut bermotif bunga-bunga dengan bagian dada yang sedikit terbuka, dress ini hasil pinjaman dari Alana yang begitu bersemangat menyuruh Ava ke klub. Ava melotot kecil saat melihat wanita-wan
Baca selengkapnya

09. Malam bulan purnama

"Ke-kenapa tidak pesan ojek online saja, Tuan?" "Nggak usah banyak tanya jelek." "Ta-tapi, di sini sangat gelap. Sa-saya takut, Tuan." Deon memutar bola mata malas. "Nggak usah manja, dasar penakut!" Ava memeluk dirinya sendiri, ia menatap jalanan yang sepi dengan takut. Deon mengajak Ava pulang ke apartemen Deon dengan berjalan kaki, menyusuri jalanan sepi di larut malam saat ini. Deon tampak tidak peduli, ia sedang menahan kesal karena Arga dan Aryan tak kunjung mengangkat teleponnya. Sedangkan taksi atau ojek online tidak ada yang mau melintas di jalan sepi ini, karena sudah sering terjadi pembegalan di jalan ini. "Tu-tuan, apakah masih jauh?" Deon melirik Ava dengan malas. "Lama
Baca selengkapnya

10. Terpaksa mengalah

Ava mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan sebuah cahaya menyinari wajahnya yang berasal dari ventilasi jendela kamar.Perlahan, Ava membuka kelopak matanya. Ia meregangkan otot-otot tangan dengan kesadaran yang belum penuh seutuhnya.Ava duduk, lalu menatap jendela kaca besar dengan tirai yang sudah terbuka di hadapannya. "GUE DIMANAAA?!" teriak Ava panik, ketika sudah sadar sepenuhnya.Ava memegang kedua matanya, memastikan ia sedang mengenakan kaca mata bulatnya atau tidak. Ternyata Ava sedang tidak memakai kaca mata, ia menyipitkan mata dan mencari-cari keberadaan kaca matanya dengan mata yang sedikit buram dan tangan yang sibuk meraba-raba.Ava langsung memasang kaca mata bulat miliknya yang ia dapat di atas meja nakas di samping kas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status