Beranda / Romansa / Young Mom / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Young Mom: Bab 41 - Bab 50

106 Bab

AKU YANG MENGHAMILI JENI

“Saya dijebak Om, saya....”“Louis! Kalau kamu masih berani bohong, Papi tidak akan segan mencabut semua fasilitasmu,” teriak Aditya Saloka murka.Louis mendesis geram, diam-diam ia mengepalkan tinjunya dengan erat, rahangnya menegang dan sorot mata kebencian ia tujukan pada Jeni dan teman-temannya.“Mami yakin Louis tidak salah Pi,” timpal Monica.“Diam!” bentak Aditya pada istrinya.“Kalau kamu tetap tidak mau mengakuinya, Papi sendiri yang akan menjebloskan kamu ke penjara!” seru Aditya Saloka yang seakan habis kesabarannya.Louis menunduk, ia malu pada keluarga Renata sekaligus murka, tubuhnya gemetar hebat, ia kemudian mengangkat wajahnya dan memandang ke arah Renata yang tampak menahan Louis untuk mengakuinya.Louis jadi semakin bimbang.“Ayo cepat katakan Louis!” paksa Aditya Saloka lagi.“I... iya Pi, Louis minta maaf kepada semuanya, L
Baca selengkapnya

AKU AKAN MENJAUHINYA

Keesokan harinya, Steven datang ke rumah Tamara untuk menjemput Jeni dan mengantarnya pergi ke toko bunga, selain itu juga, Steven ingin tahu hasil menjebak Louis kemarin karena Steven sangat sibuk hingga ia sama sekali tidak ada waktu untuk bertanya soal itu.“Jadi, bagaimana reaksi Om Aditya dan juga lainnya Jen?”“Mereka sangat syok, dan keluarga Renata membatalkan pertunangan juga pernikahan Louis.”Steven tersenyum puas dan dengan tidak sabar ia berkata, “Lalu apa hukuman yang Om Aditya berikan untuk Louis?”Jeni tak langsung menjawab, ia melirik ke arah Steven dengan berbagai kekhawatiran yang tampak di matanya yang indah.“Kenapa kamu diam Jen? Aku bahkan sudah tidak sabar untuk mendengarnya.”“Steven, aku minta maaf, dari awal aku sebenarnya tidak menginginkan rencana ini, aku sudah melupakan Louis, tapi kalian selalu memaksaku.”“Maksud kamu?”Stev
Baca selengkapnya

DIA HANYA BERPURA-PURA BAIK

“Apa yang membuatmu trauma?”Jeni menggeleng, ia tidak mungkin menceritakan semuanya pada Louis soal Renata yang berkali-kali ingin mencelakainya.“Jeni, aku calon suamimu,” ujar Louis meyakinkan Jeni agar berkata jujur.Ekspresi Jeni berubah, tidak menyangka Louis akan mengatakan itu padanya, maka ia memberitahukan yang sebenarnya tentang Renata yang berkali-kali ingin membuatnya keguguran.“Jadi semua ini karena Renata?”Jeni mengangguk.“Tapi aku tidak suka kamu tinggal di rumah Tamara, aku tahu mereka tidak suka padaku, aku janji akan menjagamu Jeni, kamu harus percaya padaku, kamu mau kan aku carikan kos?”Jeni menghela nafas, pada akhirnya ia pasrah dengan Louis dan mengangguk.Mereka kemudian tiba di sebuah kos ‘La Venna’, sebuah kos dengan bangunan minimalis modern, sepertinya kos ini baru saja dibangun beberapa bulan lalu karena semuanya masih terlihat baru.
Baca selengkapnya

TINGGALKAN AKU

“Jeni kamu kenapa?” terdengar suara panik Steven di seberang telepon.“Perutku sakit Stev.”“Kamu dimana sekarang?”“Kos La Venna kamar nomor 05, Stev tolong cep....”Jeni tidak bisa mengatakan apapun lagi, ia pingsan di depan kamarnya dengan kondisi pintu terbuka.Sementara di apartemennya, Steven semakin panik, ia berkali-kali meneriaki Jeni namun sia-sia, Steven kemudian mengambil kunci mobilnya dan bergegas ke sana.***“Tolong... tolong! Ada yang pingsan.” Teriak seorang perempuan berusia sama dengan Jeni, ia baru pulang kerja hendak ke kamarnya, namun justru perempuan itu medapati Jeni tergeletak pingsan di tengah pintu.Menit berikutnya, beberapa penghuni kos lain berkumpul dan kemudian memanggil ibu kos.“Kenapa dia bisa pingsan?”“Saya tidak tahu Bu.”Ibu kos kemudian memanggil suaminya dan membawa Jeni ke rumah sak
Baca selengkapnya

AKU TAHU KAMU LEBIH INGIN BERSAMANYA

“Jeni, kata dokter kamu baru boleh pulang besok, tapi maaf aku tidak bisa menunggumu di sini, aku harus pulang, mungkin aku akan menjemputmu besok pagi.”Jeni menatap Louis kecewa.Tapi Louis tidak peduli, ia pergi setelah mengatakannya.Jeni mencibir dalam hati, “Kenapa aku begitu bodoh? Bisa-bisanya aku tadi memarahi Steven dan berprasangka buruk padanya, padahal Steven selalu menolongku, bisa saja dia dijebak oleh seseorang atau Renata mungkin.”Jeni mendesah pelan, kemudian meraih ponselnya dan menghubungi Steven, Jeni deg-degan menunggu Steven menerima panggilannya.“Halo Jeni, ada apa?” suara bariton khas seorang Steven yang penyabar dan penyayang mencapai telinganya dan itu membuat Jeni menghela nafas lega.“Steven.”“Ya?”“Aku minta maaf.”“Aku sudah memaafkanmu.”“Benarkah?”“Tentu saja Jeni, aku p
Baca selengkapnya

AKU INGIN KITA MENIKAH SECEPATNYA

Jeni benar-benar memikirkan ucapan Tania dan Tamara kemarin.“Menikah secepatnya? Apakah Louis akan bersedia?” batinnya.“Kamu kenapa Jen?” tanya Louis saat mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, periksa kehamilan.Jeni menggeleng dan ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.“Bicaralah! Kenapa kamu masih menganggap aku seperti orang asing? Kita pernah bersama selama tujuh tahun hingga membuahkan calon bayi yang ada dalam kandunganmu, meski sekarang masing-masing dari kita telah mencintai orang lain.”Jeni mengatupkan bibirnya dan tetap diam, perkataan Louis justru membuatnya sakit hati, mengingat ia mencintai Louis selama tujuh tahun dan berakhir dengan cara menyedihkan.“Baiklah, aku tidak akan memaksamu Jen.”Jeni menurunkan kelopak matanya dan akhirnya memutuskan untuk menceritakannya pada Louis, “Wisuda akan terjadi tiga bulan lagi, itu artinya perutku akan semakin mem
Baca selengkapnya

DIA BERUBAH

“Hidup itu pilihan Mi, dan Louis sudah berani memilih jalan seperti itu, jadi dia harus bertanggung jawab, bukan begitu Louis?”Louis yang sama sekali tidak berani membantah apapun perkataan Papinya, hanya memilih mengangguk.“Besok, undang dia ke sini, kita akan makan siang bersama, sekaligus membahas pernikahan kalian.”“Iya Pi.”Louis menyetujui dengan patuh, seolah-olah hatinya sama sekali tidak merasa keberatan sedikitpun.“Louis, kenapa kamu begitu pasrah?”Monica masih terlihat tidak terima.“Mi, tolong jangan mengajarkan hal yang buruk kepada Louis, atau aku akan mengurangi 70 persen uang bulananmu.”Monica membelalak tak percaya lalu mendengus marah dan memilih diam setelahnya.“Dan kamu Louis, kalau kamu selalu patuh dan nurut apapun perintah Papi, Papi tidak akan segan memberikan apapun yang kamu minta, termasuk menggeser Steven dan menjadikanmu
Baca selengkapnya

TIGA HARI LAGI

Jeni baru sadar ketika mendengar deru mobil Louis yang melaju pergi dari kos La Venna. Jeni menepuk-nepuk pipinya sendiri untuk memastikan keadaan bahwa dirinya bukan berada di alam mimpi.Jeni tersenyum kemudian saat menyadari itu nyata, lalu menyelinap kembali ke kamarnya.***Keesokan harinya, seperti janjinya Louis menjemput Jeni ketika jam makan siang. Jeni sudah siap dengan dress terbaru dan terbaiknya yang dibelikan Louis hari ini.Pagi-pagi tadi Jeni menerima paket datang dan ternyata itu adalah paket baju yang dikirimkan Louis, dress squareneck ala korea warna broken white.Simpel but elegan, begitulah penggambaran dress itu, terlihat begitu cocok dipakai oleh Jeni, dan semakin menyempurnakan kecantikannya siang ini.“Kamu sangat cantik Jen,” puji Louis.Jeni hanya menyematkan senyum tipis di wajahnya, dan bersedia menerima tangan Louis untuk menggandengnya dan memasuki mobil.Sebenarnya Jeni sangat deg-deg
Baca selengkapnya

NGIDAM

Jeni menyeringai puas, bersamaan dengan hal itu mualnya hilang. Ia mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit dengan perasaan senang.Mobil Louis kemudian melaju kembali menuju warung mie ayam depan kampus. Sesampainya di sana, Jeni merasa tidak sabar untuk segera memesan mie ayamnya, ia dengan penuh semangat turun dari mobil Louis dan langsung menghambur masuk ke warung.Memesan dua mie ayam juga dua es kelapa muda.Tak sabar, Jeni berkali-kali menelan salivanya begitu tercium bau mie ayam yang baru saja dihidangkan di mejanya, ia meraih mie ayam itu dan langsung menyambarnya.“Jeni, itu masih panas.”“Aku tiupin mienya,” kilah Jeni.“Jeni, sabar dong, nanti lidah kamu kepanasan.”Jeni menyeringai.“Bukan aku yang tidak sabar Louis, tapi anak kamu.”“Hmm. Bukannya tadi kamu juga sudah makan di rumahku?”Louis semakin muak dengan tingkah laku Jeni.
Baca selengkapnya

AKU MINTA MAAF

“Percayalah! Semua akan baik-baik aja, bagaimanapun kamu akan menikah, jadi kamu harus menghubungi mama dan papa kamu.”“Aku tidak tahu papa ada di mana sekarang Tam, Mama sudah lama bercerai dengan Papa.”“Siapa tahu Mama Livia masih punya nomor yang bisa dihubungi.”“Iya Tam, mudah-mudahan saja.”“Yasudah kalau begitu, bye Jeni. Semoga semuanya berjalan lancar.”“Iya Tamara, bye juga, aamiin.”Jeni mengakhiri panggilannya.Memikirkan perkataan Tamara untuk memberitahu mamanya, Jeni mendadak deg-degan, berbagai ketakutan menyerang pikirannya, tapi Tamara benar, terlepas pernikahannya dengan Louis itu bertahan lama atau tidak, ia tetap harus memberi tahu mama dan papanya.Dengan keringat dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya, juga jantung yang bereaksi berdegup begitu kencang, Jeni memberanikan diri untuk memencet angka demi angka hingga terangkai satu n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status