Beranda / Romansa / Beautiful Fault / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Beautiful Fault: Bab 31 - Bab 40

62 Bab

Chapter 31 Attention

Akira menggeliat dalam tidurnya ketika indera pendengarannya menangkap sesuatu yang berisik. Ia seperti mendengar suara pintu yang terbuka dan beberapa benda yang bergesekan.Kelopak matanya terbuka perlahan dan mendapati Can yang baru saja keluar dari kamar mandi dan menaruh satu persatu pakaiannya di keranjang khusus pakaian kotor.“Can? Kau sudah pulang?” Ia sedikit menegakkan tubuh dan berusaha menyesuaikan pencahayaan meskipun gorden masih tertutup.Pria itu tersenyum manis. “Aku sudah pulang sejak malam, Akira.”Akira mengernyit sesaat sebelum menguap dan kembali bertanya. “Jam berapa kau pulang?”“Jam sebelas malam,” sahutnya jujur dan kembali masuk ke kamar mandi untuk menaruh handuk kecilnya di sana.Ia kembali keluar kamar mandi dengan setelan santai. Celana pendek dan kaus lengan pendek dengan rambut yang masih sedikit acakan dan terlihat basah.Air menet
Baca selengkapnya

Chapter 32 Behind

“Aku tinggal di unit apartemen,” sahut Ayse tersenyum manis, memasukkan sendok berisi makan siang ke dalam mulutnya.Para pelayan sebagian makan siang di kursi panjang yang berada di ruang loker. Ayse duduk bersama Susan dengan bekal makan siang yang dirinya bawa. Sebenarnya, ada ruang khusus untuk makan siang, tapi terlalu jauh karena berada di belakang gedung area basement. Di mana kantin untuk para pekerja seperti mereka berada dan berkumpul.Susan tampak terpaku. “Kau serius, Ayse? Bukankah untuk menyewa apartemen selama sebulan cukup mahal? Aku tidak akan sanggup untuk membayarnya. Oleh sebab itu, aku memilih tinggal di rumah Bibiku. Karena orangtuaku berada di desa.”Ayse mengangguk pelan. “Tapi aku masih menyimpan sedikit tabungan,” balasnya.“Sekarang, aku sedang membutuhkan uang untuk menyambung hidup. Ya, sekadar untuk makanku saja sudah lebih dari cukup.”“Kau misterius sekali. Apa kau anak seorang pengusaha yang memilih keluar dan hidup mand
Baca selengkapnya

Chapter 33 Meet Iskander

“Nak, bagaimana dengan rapat yang akan dilalukan selama tiga hari di Istanbul?”“Aku sudah menyuruh Sekretarisku untuk menyiapkan semua berkas dan juga keberangkatannya, Pa,” balas pria itu mengalihkan sejenak pandangannya dari layar laptop.Pagi hari setelah sarapan bersama, pria itu memutuskan memasuki ruang kerja di rumah mewahnya. Ia melihat sejenak apa saja yang belum dikerjakannya, termasuk memeriksa email yang semalama dikirimkan Sekretarisnya. Ia cukup lelah dan tidur tepat waktu.Tuan Sener mengangguk dan menumpukan kedua lengannya di atas meja kerja Can. Ia sedikit menautkan jemari tangannya. “Akira sempat mengatakan jika siang ini kau tidak akan ke perusahaan?”“Iya. Aku akan menemaninya mengecek kandungannya,” balas pria itu dengan hangat.“Kandungannya?”Saat itupula Can menipiskan bibirnya, menatap lekat Tuan Sener yang memandangnya lurus. Can menelan saliva susah paya
Baca selengkapnya

Chapter 34 Seductive Lips

“Lihatlah Ayse. Dia masih bertahan hingga dua jam di mejanya berada,” cetus Fuat.Ayse menatap pria itu dengan pandangan tidak suka. “Hubungannya dengan diriku apa, Fuat? Bukankah pelanggan bebas duduk semau mereka, selama beberapa jam dia bertahan di sana.”Susan yang baru saja mengantarkan pesanan menatap mereka dengan memicing. “Apa yang kalian bicarakan?”“Seorang pria tampan dan kaya menyukai teman kita,” balasnya cepat yang langsung membuat manik hazel Ayse membeliak.Bibir Susan terbuka sempurna dengan tatapan kaget. “Kau serius?!”“Hei! Berhentilah mengatakan hal yang tidak benar!” seru Ayse mendelik sebal.Fuat tertawa geli melihat wajah memerah dan tatapan tajam perempuan itu. “Jika, tidak ada sesuatu yang menarik pandangannya padamu, kenapa dia tidak beranjak dan keluar? Bahkan, makanan dan minumannya telah habis.”Susan berdecak pelan. “Di mana pria yang
Baca selengkapnya

Chapter 35 Understand Her Feeling

“Sepertinya aku harus berulang kali mengatakan permintaan maafku padamu, Ayse,” ucap pria itu yang membelakangi tubuhnya, sibuk di atas kompor dan menyiapkan malam malam sederhana dengan bahan yang ada di kulkas.Ayse tertawa kecil mendengar gerutukan Can. “Jika saja pikiranku tidak tertuju dan menggebu untuk sampai di unitmu. Mungkin kita bisa singgah ke minimarket terdekat, membeli beberapa bahan tambahan dan bukan sekadar memanfaatkan bahan sisa ini.”“Tenanglah Can ...”“Meskipun hanya spaghetti, aku bahagia bisa makan malam bersamamu,” ucapnya dengan tulus, menyusupkan kedua lengannya dan menautkan jemari tangan Ayse ketika berada di depan perut yang tercetak jelas ketika Can membuka pakaiannya.Sayangnya, mereka masih memakai pakaian lengkap, kecuali Can yang sudah menanggalkan jas dan menyingsingkan lengan kemeja panjangnya hingga sebatas siku.Pria itu mengembuskan napas kasar, lalu mengangg
Baca selengkapnya

Chapter 36 Resentment

Iskander menenggak wine begitu tenang meskipun indera pendengarannya menangkap langkah kaki seseorang.“Kakak ... Ada apa kau menyuruhku pulang?!” teriakan itu berasal dari pintu utama dan pria dewasa itu tetap menunggu suara yang familier.Ia duduk di ruang keluarga, menonton film action.“Kakak?”Pria itu menoleh ke arah pintu, menerbitkan senyum hangatnya, “Hai, Ilker ...”“Bagaimana perjalananmu dari Istanbul ke sini? Apakah menyenangkan?”Dengkusan pelan dan bibir mencebik itu justru di dapatkan Iskander. Tanpa peduli jika saudaranya akan tersinggung, Ilker—pria berusia dua puluh tiga tahun—itu mengumpati Iskander, mengambil duduk di sampingnya.Ia pun melirik sekilas minuman Iskander. Pria itu sangat santai menyambut kedatangan dirinya yang sebenarnya penuh dengan amarah. “Kenapa kau menyuruhku untuk pul
Baca selengkapnya

Chapter 37 Akira's Wish

“Sampai jumpa, Can. Bekendaralah dengan kecepatan normal,” ucap Ayse sedikit berjinjit dan mencium pipi kanan dan kiri pria itu sekilas.Can menatap lekat Ayse. Keduanya berada di luar unit perempuan itu dan mengantar Can untuk pulang sebatas pintu. Tapi, Ayse mengernyitkan kening mendapati sorot lain dari Can.“Ada sesuatu yang ingin kau katakan?” tanyanya tepat sasaran ketika Can mengerjap.Pria itu menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Malam belum terlalu larut dan ia memang harus pulang dengan jam yang telah mereka sepakati dalam pesan singkat tadi. Sayangnya, Can seolah tidak ingin merusak momen mereka dengan pernyataannya kali ini. Namun, ia harus tetap mengatakannya dan mendapati respons apa pun yang dilontarkan Ayse.“Akira memintaku untuk mengabulkan permintaannya,” cetus pria itu menatap lurus Ayse.Sesaat ia melihat keterdiaman Ayse. Kemudian dengan pelan ia bertanya, “Per
Baca selengkapnya

Chapter 38 Uncomfortable

“Akira sayang ... Bibi merasa jika kau sudah lama tidak pulang ke rumahmu, Nak.”Akira terkekeh kecil, membiarkan paras cantiknya terangkum dalam kedua telapak tangan Nyonya Erdem. Ia merasakan kehangatan saat bibir wanita itu menempel di keningnya. Penuh kasih sayang.“Ayo, masuklah, Nak.”Can mengulum senyum dan mengikuti keduanya masuk ke dalam rumah Akira. Rumah dari mendiang Keluarga Muammer, orangtua Akira yang dijaga—dirawat—oleh Paman dan Bibi Akira.Nyonya Erdem adalah Adik dari mendiang Tuan Muammer. Wanita itu pun tidak dikaruniai seorang anak, bahkan diusianya yang akan mendekati usia lima puluh tahun. Jadi, sebagai gantinya, wanita itu merawat sepenuh hatinya pada Akira Muammer.“Jadi, kalian akan berpindah ke mari sementara waktu?” tanyanya melihat tas jinjing yang dibawa Can, diletakkannya di atas sofa.“Tidak, Bibi,” sahut Akira menoleh pada wanita yang m
Baca selengkapnya

Chapter 39 Intimacy in the Kitchen

Ayse membeliak dengan napas tercekat, mendapati Can sudah duduk di sofa dengan pandangan lurus ke arah teve menyala. Pria itu menoleh datar, tidak seperti biasanya dan membuat Ayse merasakan dadanya bergemuruh cepat.“Dari mana saja?” tanyanya beranjak berdiri.“Nyaris sepuluh kali aku meneleponmu dan tidak ada satupun balasan yang kuterima. Ini hari libur, bukan?”Ayse mengangguk ragu, lalu berjalan mendekati Can setelah menutup pintu. “Can ... Aku baru pulang dari minimarket,” lirihnya dengan takut menunjukkan kantung berisi belanjaan.Sebelah alis pria itu terangkat. “Ponselmu akan mengusik aktifitasmu jika kau memang menghidupkannya, Ayse.”Ayse tertegun. “Aku ... Mematikan suara ponsel dan sengaja melakukannya.”Can sedikit kaget, tapi ia berusaha mengendalikannya. “Ada apa? Apa hubungan ini membuatmu lelah, Ayse?”Perempuan itu tersinggung dan menatap tajam Ca
Baca selengkapnya

Chapter 40 Lie Again

“Kenapa akhir-akhir ini Can suka sekali untuk membawa baju ganti?” gumam Akira mengulum senyum.Ia mendengkus pelan melihat helaian dari lengan panjang kemeja itu keluar dari keranjang berisi pakaian kotor.Setelah sampai di rumah, Can segera masuk ke kamar dan mendapati Akira tengah melakukan telepon bersama temannya. Ia hanya memberikan senyuman manis sebagai kode dan langsung menuju kamar mandi setelah menaruh asal pakaian kotornya.Perempuan itu terdiam saat tidak jadi memasukkan utuh pakaian tersebut. Ia melihat bekas tepung terigu bersarang di bagian dada dan sedikit area lengan bawah, tepat di pergelangan tangan kemeja marun Can.Ia berdiri, mencoba merapikan dan menelisik jika kemeja itu memang kotor. “Apa yang dilakukan Can?”Tatapannya beralih ke arah pintu kamar mandi yang belum menampilkan Can.Dadanya bergemuruh kuat, merasakan sesuatu yang aneh karena memang sejak bebe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status