Home / Romansa / Beautiful Fault / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Beautiful Fault: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

Chapter 51 Painful

“Berapa lama aku harus membiarkan mataku tertutup, Can?”Ayse meraba penutup mata, sekaligus mengandalkan indera pendengarannya. Ia yakin Can duduk di sampingnya saat mobil yang sepertinya dikendarai sopir melaju entah kemana.“Tunggu sebentar lagi,” bisik pria itu dan Ayse terkesiap mendapati bibir tipis itu mendarat singkat di bibir ranumnya.Can mengulum senyum mendapati wajah Ayse memerah.“Aku tidak bisa melihatmu dan membalas perlakuan jahilmu, Can,” balas perempuan itu sedikit mencebik.Tawa kecil Can terdengar, mengisi keheningan mobil. Jemari tangannya dengan sigap menekan tombol penyekat supaya keintiman mereka tidak mendapatkan interupsi yang membuat Can kesal. Malam ini mereka akan datang ke dermaga.Mobil melaju dengan kecepatan sedang.“Can?!”Ayse terpekik ketika ternyata Can membawanya duduk di atas pangkuan pria itu.
Read more

Chapter 52 Love Her

Relung hati Akira seolah tertusuk ribuan jarum. Tatapannya tidak lepas menatap kedua orang di hadapannya. Senyum getirnya pun terus terpatri bersama langkah kakinya yang semakin maju.“Kenapa kau melakukan ini semua, Can?” suaranya terdengar putus asa.Air mata perempuan itu turun deras dengan sakit hati yang semakin kentara. Bayangan ciuman mesra mereka dan bagaimana langkah berat itu semakin maju, membuat lututnya kian lemah. Dua orang di hadapannya sudah menggoreskan luka dalam dirinya.Luka yang tidak terlihat. Tapi mampu membuat perasaannya sesak.Plak!Tamparan keras dan suara lantang Can tidak berarti apa pun saat telapak tangan Akira mendarat keras di pipi Ayse. Rasa panas di pipinya menjalar bersama suara tangis yang terpekik begitu menusuk perasaan terdalam Ayse.“APA KAU TIDAK TAU TELAH BERSAMA PRIA YANG SUDAH MEMILIKI SEORANG ISTRI?!”“KAU
Read more

Chapter 53 I Lost You

“Sekarang aku tau. Bagaimana seorang Yavuz Can Sener lebih memilih perempuan simpanannya di bandingkan istrinya sendiri.”“Bajingan!”Umpatan kasar dan kedua tangan terkepal itu menjadi respons pertama saat Can melihat kedatangan Iskander dari dalam kapal. Menapaki undakan tangga satu per satu dengan seringai puas. Ia mendekat, tidak lepas menatap Can sampai berdiri di samping Akira yang sudah patah hati.“Bagaimana Can? Aku berusaha memberikan semua informasi yang kuketahui bersama bukti-bukti hubungan gelapmu bersama Ayse. Bukankah istrimu harus tau kebusukanmu juga? Jadi, aku mempermudahnya dan memperkenalkan siapa Ayse yang sebenarnya,” ucapnya menyorot Ayse yang tidak berkutik.Wajahnya pucat pasi dan sangat terkejut mendapati Iskander dalang di balik semuanya. Can tidak pernah salah menyuruhnya untuk waspada, meskipun akhirnya mereka harus kalah telak saat kelicikan Iskander tidak dapat diprediksi.
Read more

Chapter 54 Second Wife

Ayse keluar dari apotek, mengeratkan mantel panjang yang membalut tubuh rampingnya. Ia menggigit bibir bawah, merasa sesak dalam hati dan juga denyutan di kepala. Seharian ia menunggu Can mengabarinya. Tapi, tidak ada satu pun hal yang bisa membuatnya tenang. Alhasil, dirinya mengabaikan makan dan merasakan tubuh lemah.Ia menggerakkan tangan, menghentikan taksi yang lewat dan segera masuk, menyebutkan di mana gedung apartemennya berada. Di dalam mobil, ia berusaha untuk tenang, meskipun pelupuk matanya berkaca-kaca.Ayse bahkan tidak bisa menghubungi nomor ponsel milik Can. Ia mengembuskan napas gusar. Berusaha tenang dan harus kembali sehat supaya besok pagi ia bisa pulang ke Ankara.“Ambil saja kembaliannya. Terima kasih telah mengantarku sampai ke sini,” ucapnya tersenyum manis, dibalas anggukan dan sapaan ‘selamat malam’ dari sang sopir ketika taksi sudah singgah di depan lobi.Ayse meringis pelan, masuk ke dal
Read more

Chapter 55 Afraid to Lose You

“Selama aku memimpikan sebuah pernikahan. Aku tidak pernah berpikir sedikit pun untuk mempersunting dua perempuan.”“Lalu, kenapa pemikiran aneh itu kau cetuskan? Apa bisa menjadi jalan keluar dari setiap hal yang sudah membuatku muak berada dalam pernikahan menyesakkan ini?”Ayse menggigit bibir bawahnya dan berusaha menahan desakan diri supaya tidak berkaca-kaca. Ia bisa melihat raut kekecewaan dari Can yang perlahan masuk ke dalam kamar. Sorotnya menyatakan jika pria itu sedih dengan ungkapan Ayse yang semakin menyulitkan Can keluar dari lubang yang sama. Ia ingin bebas, meskipun akan sulit karena memikirkan satu nyawa yang akan hadir.“Aku sudah berniat menceraikan Akira, tapi mendengar semua penuturanmu dan rasa sedihku juga terhadap calon anakku. Bagaimana aku bisa lebih baik untuk berpikir? Sejauh ini aku masih bertahan karena kau yang terus mengingatkanku, Ayse.”Perempuan itu terdiam.Henin
Read more

Chapter 56 Jerk

“Tolong, katakan di mana Can sekarang, Nyonya?”Sebuah gelengan lemah dari Nyonya Sener dan tatapan kejujuran itu membuat Nyonya Erdem mengembuskan napas panjang. Ia membuang pandangan, tidak tahu harus bertanya lebih jelas pada siapa di saat Keponakannya sendiri enggan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi.“Ada apa Anda menanyakan keberadaan putra kami, Nyonya?” tanya Tuan Sener, tidak mengerti saat menyambut kedatangan wanita itu yang bingung.Tuan rumah tersebut berinisiatif membawa tamu, sekaligus keluarga dari pihak menantu mereka untuk berbincang di ruang keluarga. Embusan napas itu kembali terdengar dan sorot mata Nyonya Erdem begitu tegas.Nyonya Sener tidak banyak bicara, jika saja kemungkinan di dalam pikirannya tidak singgah terlalu lama. Ia meragukan jika semuanya perlahan dilakukan Can secara ‘terang-terangan’. Raut wajah Nyonya Erdem terlihat jelas dan Ibu satu anak itu berusaha tidak mengetahui
Read more

Chapter 57 Bad Reputation

“DASAR PELAYAN TIDAK BECUS! KAU SUDAH MENGOTORI GAUN MAHALKU!”Seluruh tatapan pengunjung restoran tertuju pada dua orang yang kini menjadi objek perhatian. Perempuan muda dengan tinggi 178 sentimeter itu mengumpat, melihat betapa bodohnya pelayan berusia muda di hadapannya telah mengotori gaun miliknya.“Maafkan aku, Nona ...” lirih Ayse, tertunduk dengan nampan dalam pelukannya.Ia berani mengakui hal jika dirinya memang tidak sengaja menumpahkan minuman dingin yang terakhir dibawanya. Itu menjadi permintaan tambahan setelah perempuan itu memesan air putih. Karena pesanan itu diminta terakhir, tidak bersamaan dengan makanan yang sudah terhidang.Perempuan itu mengetatkan rahangnya, menatap tajam Ayse dalam balutan seragam kerjanya. “Seharusnya kau dipecat! Kinerjamu tidak bagus dan kau sangat bodoh!” cecar perempuan dengan wajah memerah dan meraih mantel di sisi kursi lainnya.Ayse semakin merasa
Read more

Chapter 58 Must End

“Ayse?” Perempuan itu langsung tertunduk mendapati Can yang bertamu ke apartemennya. Ayse tidak melihat lagi siapa yang bertamu dari celah kecil. Jika ia tahu, mungkin perempuan itu bisa menyembunyikan mata sembab dengan memakai masker atau jika ada alternatif yang lebih baik, ia akan memilihnya. Kesedihannya harus tersamarkan. “Ha-hai, Can. Kau membawa hadiah untukku?” Ia berusaha mengendalikan ekspresi, tersenyum semringah menatap ke beberapa paper bag yang dibawa Can. Ia seperti melihat beberapa gaun dan kotak sepatu. Mungkin, heels? “Apa yang tidak kau beritahu dengan cepat, Ayse?” Suara dingin itu membuat Ayse terpaksa menatap Can dengan sorot takut. Napas perempuan itu tercekat dan bibirnya terasa kelu melihat Can menatapnya tegas dan dingin. Ayse berdeham sebentar, lalu memundurkan langkahnya, “Silakan masuk.&r
Read more

Chapter 59 Chaos

PLAK! “BERANINYA KAU MELUKAI PERASAAN KEPONAKANKU, CAN!” Nyonya Sener membungkam mulutnya dan tidak bisa berhenti meneteskan air mata saat putra semata wayangnya diperlakukan dengan kasar. Seumur hidupnya, tidak pernah sedikit pun ia ringan tangan untuk memukul putranya. Anaknya sangat penurut sejak kecil. Entah kenapa hingga detik ini, ia mengambil langkah yang berbeda dan menentang beberapa kesepakatan ‘sah’ di dalam hidupnya. Tuan Sener hanya menatap sendu perlakuan yang sangat wajar diterima Can saat pria itu berani mengambil langkah seperti ini. Ayse berada di samping pria itu dengan bulir air mata yang turun. Pun sama apa yang dirasakan dan terlihat oleh Akira yang berdiri berdampingan dengan Tuan dan Nyonya Erdem. Keduanya tidak ingin membiarkan anak dari keluarganya mendapatkan perlakuan semena-mena. &ldquo
Read more

Chapter 60 Give Up for a While

Ayse menggeliat saat dirasakannya ada sentuhan yang terus membelai puncak kepalanya. Ia pun mengerjap, menyipitkan mata sampai ia terkesiap, mendapati wanita yang menjadi Ibu dari pria yang sangat dicintainya, duduk di tepi ranjang untuk menyapa Ayse. “Selamat pagi, Nak.” Dengan cepat Ayse mendudukkan tubuhnya, menatap dengan salah tingkah karena sepertinya ia mulai tidak tahu diri telah berada di mana. Ia menunduk meminta maaf, “Bibi ... Aku lupa menghidupkan alarm, supaya aku bangun lebih pagi. Maafkan aku, Bibi,” ucap Ayse dengan wajah memerah. Ia malu dengan sikapnya sendiri. Tapi, wanita yang tampak lembut menyorotnya, memberikan kehangatan dalam genggaman tangan membuatnya memberanikan diri untuk bersitatap. Sekalipun ia masih belum bisa mengembalikan kepercayaan dirinya. “Seharusnya aku yang meminta maaf padamu, Nak. Ini baru pukul setengah enam pagi. Aku sengaja datang ke mari hanya
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status